SELAMAT DATANG DI AHLUL BAIT NABI SAW

AHLUL BAIT NABI SAW: Media Agama Dan Hati Umat Islam * Media Persatuan dan Kesatuan Sunni Dan Syiah


Bismillahirrahmanirrahim.
Allahumma shalli ‘alaa Muhammad wa aali Muhammad.

Rasulullah saw bersabda:

فاطمة بضعة مني يريبني ما أرابها ويؤذيني ما آذاها

“Fathimah adalah belahan diriku, menggoncangkan aku apa saja yang menggoncangkan dia, dan menyakitiku apa saja yang menyakitinya.”[1]

Rasulullah saw juga bersabda:

فاطمة بضعة مني فمن أغضبها أغضبني

“Fathimah adalah belahan diriku, barangsiapa yang membuatnya marah ia telah membuatku marah.”[2]

Kedua Hadith Nabi di atas adalah jelas sebagaimana terdapat dalam Shahih Bukhari, kitab Nikah; Shahih Muslim, kitab Fadhil Ash-Shahabh, bab Fadhail Fathimah; dan Shahih Bukhari, kitab Awal Penciptaan, bab Manaqib Keluarga Dekat Nabi saw. Namun fakta sejarah menunjukkan bahwa Abu Bakar dan Umar telah menyakiti Fathimah, maka bukankah berarti keduanya telah menyakiti Rasulullah berdasarkan perkataan baginda Nabi sendiri? Sekarang marilah kita simak tulisan sejarawan dan ulama Sunni (Ahlussunnah) yang jujur dan terkemuka berikut ini:

DUA BELAS HUJAH MENYOKONG FAKTA BAHWA ABU BAKAR DAN UMAR TELAH MENYAKITI FATHIMAH[3]

1. Abu Ja’far Baladhuri Ahmad bin Yahya bin Jabir Baghdadi, seorang ahli hadith dan sejarah Sunni yang boleh dipercayai, menulis di dalam buku sejarahnya bahwa Abu Bakar memanggil Ali untuk memberikan bai’ah, Ali menolak. Abu Bakar menghantar Umar, yang pergi dengan andang api untuk membakar rumah Ali. Fathima pergi ke pintu dan berkata, ‘Wahai anak Khattab! Adakah engkau datang hendak membakar rumah aku?’ Dia berkata, ‘Ya! Ini lebih berkesan dari apa-apa yang Bapa kamu lakukan.

2. Izzu’d-Din Ibn Abi’l-Hadid Mu’tazali, dan Muhammad bin Jarir Tabari, menyampaikan bahwa Umar pergi ke pintu rumah Ali dengan Usayd bin Khuzai, Salama bin Aslam dan sekumpulan lelaki. Umar memanggil, ‘Keluar! Jika tidak aku bakar rumah ini!

3. Ibn Khaziba melaporkan di dalam Kitab-e-Gharrar dari Zaid bin Aslam, yang berkata: ‘Saya adalah salah seorang dari mereka yang pergi bersama Umar dengan andang api ke pintu rumah Fathima. Ketika Ali dan orang-orangnya enggan memberikan bai’ah, Umar berkata kepada Fathima, ‘Biarkan sesiapa yang ada di dalam keluar. Jika tidak rumah ini akan dibakar dengan sesiapa yang ada di dalamnya.’ Ali, Hasan, Husain, Fathima dan sekumpulan para sahabat Nabi dan Bani Hashim ada di dalam. Fathima berkata: ‘Adakah kamu akan membakar rumahku bersama aku dan anak-anakku? Dia berkata: ‘Ya, demi Allah, jika mereka tidak keluar dan memberikan bai’ah kepada Khalifa Nabi.

4. Ibn Abd Rabbih, seorang ulama Sunni yang terkenal, menulis di dalam Iqdu’l-Farid, bagian III, ms 63, bahwa Ali dan Abbas sedang duduk di rumah Fathima. Abu Bakr memberitahu Umar: ‘Pergi dan bawakan orang-orang ini. Jika mereka enggan, perangi mereka.’ Maka Umar datang ke rumah Fathima dengan andang api. Fathima pergi ke pintu rumahnya dan berkata: ‘Adakah kamu datang hendak membakar rumahku? Dia berkata: ‘Ya.

5. Ibn Abi’l-Hadid Mu’tazali di dalam Shahre Nahju’l-Balagha, jilid I, ms 134, menyebutnya dari Jauhari’s Kitab-e-Saqifa, yang telah menulis dengan mendalam mengenai kejadian di Saqifa Bani Saad. ‘Bani Hashim dan Ali berkumpul di rumah Ali. Zubair juga bersama dengan mereka oleh karena dia menganggap dirinya seorang dari Bani Hashim. Ali pernah berkata: ‘Zubair selalu bersama kami, sehinggalah anaknya dewasa. Mereka telah memalingkan dia dari kami.’ Umar pergi ke rumah Fathima dengan sekumpulan lelaki. Usayd dan Salma juga bersama dengannya. Umar menyuruh mereka keluar dan memberikan bai’ah. Mereka menolak. Zubair mencabut pedangnya dan keluar. Umar berkata: ‘Tangkap anjing itu.’ Salma bin Aslam merampas pedangnya dan membalingkan ke dinding. Kemudian mereka menyeret Ali kepada Abu Bakr. Bani Hashim yang lain mengikut mereka dan menunggu untuk melihat apa Ali akan lakukan. Ali mengatakan bahwa dia adalah hamba Allah dan adik kepada Nabi. Tiada siapa yang mendengarkannya. Dia dibawa kepada Abu Bakr, yang menyuruh beliau memberikan bai’ah kepadanya. Ali berkata: ‘Saya yang lebih berhak pada kedudukan ini, dan saya tidak akan memberikan bai’ah kepada kamu. Sebaliknya telah menjadi tanggung jawab atas kamu untuk memberikan bai’ah kepada saya. Kamu mengambil hak ini dari Ansar berdasarkan perhubungan kamu dengan Nabi. Saya juga atas dasar yang sama memprotes terhadap engkau. Maka berlaku adillah. Jika engkau takut kepada Allah, terimalah hak aku, sebagaimana Ansar telah lakukan kepada engkau. Jika tidak ketahuilah bahwa engkau dengan sengaja telah menzalimi aku.’ Umar berkata: ‘Kami tidak akan meninggalkan kamu sehingga kamu memberikan bai’ah.’ Ali berkata: ‘Kamu telah bersubahat bersamanya. Hari ini engkau (Umar) menyokong dia (Abu Bakr), supaya esok dia akan pulangkan Khalifa ini kepada engkau. Saya bersumpah dengan Allah bahwa saya tidak akan turutkan permintaan kamu dan tidak akan memberikan bai’ah (kepada Abu Bakr). Dia yang seharusnya memberikan bai’ah kepada saya.’ Kemudian dia menolehkan mukanya kepada manusia: ‘Wahai Muhajir, takutlah kepada Allah. Janganlah mencabut hak penguasaan dari keluarga Muhammad. Hak itu telah diberikan oleh Allah. Janganlah menolak orang yang punya hak dari tempatnya. Demi Allah, kami Ahli Bayt mempunyai lebih kuasa di dalam perkara ini dari yang kamu ada. Adakah sesiapa diantara kamu yang punya pengetahuan kitab Allah, sunnah Nabi-Nya, dan juga perundangan agama kita. Saya bersumpah dengan Allah bahwa kami memilikki semua ini. Maka janganlah mengikuti diri kamu karena kamu akan menyimpang dari kebenaran.’ Ali pulang ke rumah dengan tidak memberikan bai’ah dan terus menyepikan dirinya di rumah sehingga wafatnya Fathima. Kemudiannya, dia terpaksa memberikan bai’ah.

6. Abu Muhammad Abdullah bin Muslim bin Qutayba bin Umar Al-Bahili Dinawari, adalah seorang dari ulama Sunni dan juga Kadi bagi kota Dinawar, menulis di dalam bukunya yang terkenal Ta’rikhu’l-Khulafate Raghibin wa Daulate Bani Umayya, yang dikenali dengan nama Al-Imama wa’s-Siyasa, jilid I, ms 13: ‘Ketika Abu Bakr mengetahui sekumpulan yang memusuhinya telah berkumpul di rumah Ali, dia menghantar Umar kepada mereka. Ketika Umar memanggil kepada Ali supaya keluar dan memberikan bai’ah kepada Abu Bakr, mereka semua tidak mahu keluar. Umar mengumpulkan kayu dan berkata: ‘Saya bersumpah dengan Allah, yang mempunyai nyawaku di dalam kawalan-Nya, sama ada kamu keluar atau aku akan bakar rumah ini dengan segala isi di dalamnya.’ Orang ramai berkata: ‘O Abu Hafsa! Fathima juga ada di dalam rumah itu.’ Dia berkata: ‘Biarkan dia di situ. Saya akan membakar rumah itu.’ Maka kesemuanya keluar dan memberikan bai’ah, melainkan Ali, yang berkata: ‘Saya telah bersumpah bahwa sehingga saya siap menyusun al-Quran, saya tidak akan keluar dari rumah dan tidak juga memakai pakaian lengkap.’ Umar tidak menerima alasan ini, tetapi penerangan yang rayuan dari Fathima dan desakkan dari yang lainnya, telah memaksa dia kembali kepada Abu Bakr. Umar mendesak dia untuk memaksa Ali memberikan bai’ahnya. Abu Bakr menghantar Qanfaz beberapa kali untuk memanggil Ali, tetapi dia selalu kecewa. Akhirnya Umar dengan sekumpulan manusia pergi ke pintu rumah Fathima. Ketika Fathima mendengar suara mereka, dia berkata: ‘Wahai Bapaku, Nabi Allah, apakah jenis siksaan yang kami alami dari anak Khattab dan anak Quhafa!

Ketika manusia mendengar rayuan Fathima, sebagian dari mereka pulang dengan hati yang sedih, tetapi Umar tinggal di situ dengan beberapa orang, sehingga akhirnya mereka mengheret Ali keluar dari rumahnya. Mereka membawa Ali kepada Abu Bakr, dan menyuruh dia memberikan bai’ah kepadanya. Ali berkata: ‘Jika saya tidak memberikan bai’ah, apa yang akan kamu lakukan?’ Mereka berkata: ‘Kami bersumpah dengan Allah bahwa kami akan patahkan tengkok engkau.’ Ali berkata: ‘Adakah kamu akan membunuh hamba Allah, dan adik kepada Nabi?’ Umar bekata: ‘Kamu bukan adik kepada Nabi Allah.’ Sedang ini semua berlaku, Abu Bakr mendiamkan diri. Umar kemudian bertanya kepada Abu Bakr, sama ada dia tidak melaksanakan arahan Abu Bakr dalam perkara ini. Abu Bakr berkata selagi Fathima masih hidup dia tidak akan memaksa Ali untuk memberikan bai’ah kepadanya. Ali kemudian pergi ke pusara Nabi, dengan sedih dan menangis, dia memberitahu Nabi apa yang Harun telah beritahukan abangnya Musa, sebagaimana yang direkamkan di dalam al-Quran: ‘Anak kepada ibu saya! Sesungguhnya manusia menganggap saya ini lemah dan hampir saja membunuh saya.’ (Qur’an 7:150).

Fathima Memberitahu Abu Bakr dan Umar bahwa Dia Mengutuk Mereka Berdua di Setiap Doa
Setelah menyebutkan segala kejadian itu dengan khusus, Abu Muhammad Abdullah bin Qutayba berkata bahwa Ali tidak memberikan bai’ahnya dan pulang ke rumah. Kemudian Abu Bakr dan Umar pergi ke rumah Fathima untuk memujuknya dan meminta keampunan darinya. Dia berkata: ‘Allah menjadi saksi saya bahwa kamu berdua telah bersalah kepada saya. Di dalam setiap doa, saya mengutuk kamu dan akan terus mengutuk kamu sehingga saya bertemu dengan Bapa saya dan mengadukan mengenai kamu.

7. Ahmad bin Abdu’l-Aziz adalah seorang dari ulama Sunni. Ibn Abi’l-Hadid menulis mengenainya dengan perkataan yang berikut: ‘Dia adalah seorang ilmuan, seorang ahli hadith dan juga sasterawan.’ Dia menulis di dalam Kitab-e-Saqifa dan Ibn Abil-Hadid Mutazali juga menyebut darinya di dalam Sharhe Nahju’l-Balagha, jilid I, ms 9, pada pengesahan Abil-Aswad, yang berkata: ‘Sekumpulan para sahabat dan Muhajirin menyatakan tidak puas hati mereka pada kedudukan Khalifa Abu Bakr dan bertanya mengapa mereka tidak diajak berunding. Ali dan Zubair juga menunjukkan marah mereka, enggan memberikan bai’ah, dan kembali ke rumah Fathima. Fathima menangis dan dengan serius telah merayu, tetapi tidak memberi kesan. Mereka mengambil pedang Ali dan Zubair dan membalingnya ke dinding, sehingga merosakkannya. Mereka kemudian diheret kemasjid dan dipaksa memberikan bai’ah.

8. Jauhari menyampaikan dari Salma bin Abdur-Rahman bahwa ketika Abu Bakr mendengar bahwa Ali, Zubair dan sekumpulan Bani Hashim telah berkumpul di rumah Fathima, dia menghantar Umar kepada mereka. Umar pergi ke pintu rumah Fathima dan memanggil dengan kuat, ‘Keluarlah, jika tidak, saya bersumpah saya akan membakar rumah ini!

9. Jauhari, menurut dari Ibn Abi’l-Hadid di dalam Sharhe Nahju’l-Balagha, jilid II, ms 19, menyebut dengan pengesahan dari Shabi: ‘Ketika Abu Bakr mendengar mengenai perhimpunan Bani Hashim di rumah Ali, dia berkata kepada Umar: ‘Berdua, kamu dan Khalid pergi dan bawa Ali dan Zubair kepadaku supaya mereka boleh memberikan bai’ah kepada aku.’ Maka Umar masuk ke rumah Fathima dan Khalid menunggu di luar. Umar berkata kepada Zubair: ‘Apa dengan pedang ini?’ Dia menjawab, ‘Saya telah membawanya untuk bai’ah kepada Ali.’ Umar merampas pedang itu dan membalingnya pada batu di dalam rumah dan merosakkannya. Kemudian dia membawanya keluar kepada Khalid. Umar masuk semula ke dalam rumah, dimana terdapat ramai orang, termasuk Miqdad, dan semua Bani Hashim. Kepada Ali dia berkata: ‘Bangun! Saya hendak membawa kamu kepada Abu Bakr. Kamu mesti memberi bai’ah kepadanya.’ Ali enggan. Umar mengheret dia kepada Khalid. Khalid dan Umar memaksa dia di sepanjang jalan yang penuh sesak dengan manusia, yang memperhatikan tragedi ini. Ketika Fathima melihat gelagat Umar, dia bersama dengan beberapa wanita dari Bani Hashim (yang datang untuk menenteramkan dia) keluar. Mereka merayu dan menangis. Fathima pergi ke masjid dimana dia berkata dengan Abu Bakr: ‘Betapa cepatnya kamu telah mengenepikan Ahli Bayt Nabi Allah. Saya bersumpah dengan Allah, saya tidak akan berkata-kata dengan engkau dan Umar sehingga saya bertemu dengan Allah.’ Fathima menunjukkan tidak setujunya yang amat sangat kepada Abu Bakr dan tidak berkata-kata dengannya di sepanjang baki hidupnya.’ (Lihat sahih Bukhari, bagian V dan VII).

10] Abu Walid Muhibu’d-Din Muhammad bin Muhammad bin Ash-Shahna Al-Hanafi (mati 815 H.), seorang dari ulama terkenal Sunni, menulis di dalam bukunya Rauzatu’l-Manazir Fi Khabaru’l-Awa’il wa’l-Awakhir, berkaitan dengan peristiwa Saqifa: ‘Umar datang ke rumah Ali bersedia untuk membakarnya dengan segala isi yang ada di dalamnya. Umar berkata: ‘Masuklah kepada apa yang ummah telah masuk.

11. Tabari di dalam Tarikhnya, jilid II, ms 443, menyatakan dari Ziyad bin Kalbi bahwa: ‘Talha, Zubair dan sebagian dari Muhajirin ada di rumah Ali. Umar bin Khattab pergi kesana dan mendesak supaya mereka keluar. Jika mereka tidak keluar, dia kata, dia akan membakar rumah itu.

12. Ibn Shahna, di dalam Hashiyya-e-Kamil of Ibn Athir, jilid XI, ms 112, menulis yang berkaitan dengan Saqifa, bahwa: ‘Sebahagian dari para sahabat Nabi dan Bani Hashim, Zubair, Atba bin Abi Lahab bin Sa’id bin As, Miqdad bin Aswad Kindi, Salman Farsi, Abu Dharr Ghifari, Ammar bin Yasir, Bara’a bin Azib, dan Ubai bin Ka’b, enggan memberikan bai’ah kepada Abu Bakr. Mereka berkumpul di rumah Ali. Umar bin Khattab pergi kesana bermaksud untuk membakarnya. Fathima membanyah kepadanya. Umar berkata: ‘Masuklah dimana semuanya telah masuk.


Ini tidak lain adalah contoh dari banyak lagi fakta sejarah yang direkamkan oleh ahli sejarah Sunni. Kejadian ini telah diketahui umum sehingga penyair-penyair lain telah menyebutnya. Seorang dari penyair itu, Hafiz Ibrahim dari Mesir, berkata di dalam syairnya di dalam memuji Umar:
‘Tidak ada manusia lain tetapi Abu Hafsa (Umar) yang mempunyai keberanian pada mengatakan kepada ketua Adnan (Ali) dan rekan-rekannya dengan berkata: ‘Jika kamu gagal untuk memberi bai’ah, saya akan membakar rumah kamu dan tidak akan meninggalkan walau seorang dari isi rumah yang hidup, walaupun Fathima.’
_______________
Referensi:
  1. Shahih Bukhari, kitab Nikah; Shahih Muslim, kitab Fadhil Ash-Shahabh, bab Fadhail Fathimah.
  2. Shahih Bukhari, kitab Awal Penciptaan, bab Manaqib Keluarga Dekat Nabi saw.
  3. Aqai Sultanul Wa’ezim Shirazi, Shaba -e-Penshawar, Judul Terjemahan: Dialog Sunni-Syi`ah di Peshawar, Swaramuslim Cyber Book.

(dedyzulvita/ABNS)

0 komentar:

Sejarah

ABNS Fatwa - Fatwa

Pembahasan

 
AHLUL BAIT NABI SAW - INFO SEJARAH © 2013. All Rights Reserved. Powered by AHLUL BAIT NABI SAW
Top