SELAMAT DATANG DI AHLUL BAIT NABI SAW

AHLUL BAIT NABI SAW: Media Agama Dan Hati Umat Islam * Media Persatuan dan Kesatuan Sunni Dan Syiah


Ketika Anda berhadapan dengan seorang pemuda terpelajar, mungkin ia dengan semangat kritisnya akan bertanya kepada Anda, "Saya sedang mencari hakikat, dan saya tidak memiliki urusan dengan jawaban-jawaban kontradiktif para penulis dan orator Barat ataupun selain Barat. Sebetulnya apa hikmah poligami Rasulullah saw?

Para ahli sejarah menulis bahwa minimal Nabi saw memiliki 11 istri. Mereka adalah Khadijah, Saudah, 'Aisyah, Hafshah, Zainab binti Khuzaimah, Ummu Habibah, Ummu Salamah, Zainab binti Jahsy, Jawiriyah, dan Maimunah. Dan masih ada beberapa sahaya yang menjadi hak milik Baitul Mal. Mariah al-Qibthiyah adalah seorang sahaya yang menjadi istri resmi Rasulullah saw dan darinya beliau mempunyai seorang putra bernama Ibrahim. Mereka juga menulis, di antara sebelas wanita itu, dua orang (Khadijah dan Zainab binti Khuzaimah) meninggal dunia di saat Rasulullah masih hidup dan kesembilan orang lainnya meninggal setelah beliau wafat."

Ini adalah sebuah pertanyaan yang menarik. "Akar mayoritas penyelewengan agama dan etika generasi muda harus kita cari di sela-sela pemikiran dan keyakinan mereka (para intelektual). Dari sisi agamis, pola pikir generasi ini belum tercerahkan sebagaimana mestinya. Dan dari sini, ia sangat memerlukan pencerahan. Jika terdapat sebuah problema dalam membimbing generasi ini, pada umumnya hanya terbatas pada pemahaman bahasa dan logikanya. Pada waktu itulah setiap orang akan merasakan bahwa generasi muda ini tidak selalu menentang kebenaran bahkan ia memiliki kesiapan yang sangat besar untuk menerima hakikat agama."[1]

Anda, pembaca budiman, pasti mengetahui bahwa maksud kami adalah generasi muda yang sedang mencari hakikat dan kebenaran dan ingin mengarungi kehidupannya dengan merenungkan pengetahuan agama. Selanjutnya, dari pertanyaan-pertanyaan kritis yang diutarakannya, ia ingin memetik bunga-bunga jawaban yang semerbak mewangi sehingga kehidupannya menjadi bahagia nan tenteram.

Para ahli sejarah berasumsi bahwa penulis buku Tamaddun-e Islam va Arab (Kebudayaan Islam dan Arab), Dr. Gostave Lebon asal Prancis adalah seorang penulis yang jujur dimana dalam menggambarkan wajah kebudayaan Islam dan Arab, pandangan-pandangannya layak diacungi jempol. Kami pun setuju dengan hal itu. Akan tetapi, kami juga mengharapkan dari Anda untuk bersikap obyektif dan kritis.

Apakah orang yang menulis demikian, "Abul Fida`, seorang sejarawan Arab, dengan bersandarkan kepada ucapan para sahabat Rasulullah saw. Ia menyifatinya demikian, 'Akal beliau lebih sempurna dari akal semua orang. Dalam berpikir, beliau lebih unggul dari seluruh manusia. Beliau tidak berbicara sia-sia, selalu sibuk mengingat Allah, selalu menghadapi masyarakatnya dengan wajah tersenyum, dan ...'

Di samping itu semua, seperti pendapat para ahli sejarah Arab, Nabi Muhammad adalah seseorang yang selalu menjaga diri, pemikir, sedikit berbicara, bertindak hati-hati, berhati baik, dan ...
Menurut cerita, Rasulullah saw bukan orang terpelajar, dan kami pun menerima pendapat ini. Karena, jika ia adalah orang yang terpelajar, ia pasti menyusun al-Qur'an dengan lebih baik, dan jika ia adalah orang yang terpelajar, ia tidak akan mampu menyebarkan agama barunya. Karena, hanya orang yang tidak terpelajarlah yang memahami kondisi orang-orang yang tidak terpelajar."[2] Apakah orang yang menulis demikian ini masih dapat dianggap sebagi seorang penulis yang jujur?

Apa yang dinukil oleh ilmuan Kristen dari Abul Fida` dan selainnya ini, serta pendapatnya, "Dan kami pun menerima ucapan ini, karena jika ia adalah seorang terpelajar, ia akan manyusun al-Qur'an secara lebih baik", adalah pertanda kekurangan informasi penulis akan asbab nuzul dan pengumpulan al-Qur'an. Begitu juga, di bagian kedua pasal tersebut [3], ia juga memberikan penilaian-penilaian tidak benar, namun tulisan ini tidak selayaknya untuk mengkritisinya lebih jauh. Satu hal yang berhubungan dengan buku tersebut dan mungkin menjadi senjata utama para intelektual dan penentang Islam, seperti Salman Rusydi adalah pandangannya sebagai berikut, "Hanya satu hal yang dapat dijadikan alat untuk mengkritik Nabi yang tak tertandingi ini, yaitu, kecintaannya kepada wanita. Meskipun usianya sudah mencapai 50 tahun, ia tidak mencukupkan diri dengan istri pertamanya, Khadijah. Dan kecintaan ini tampak semakin meraja-lela di akhir-akhir usianya. Ia tidak pernah menutu-nutupi kecintaannya kepada wanita. Karena, ia sendiri pernah berkata, 'Dari dunia kalian ini hanya tiga hal yang kucintai: minyak wangi, wanita, dan, shalat, cahaya mataku.'"

Selanjutnya ia menulis, "Muhammad tidak memandang usia wanita yang hendak diambil. Karena, ia menikah dengan Aisyah yang masih berusia sepuluh tahun dan juga dengan Maimunah yang sudah berumur lima puluh tahun. Kecintaanya kepada wanita sudah sangat keterlaluan sehingga suatu hari ia memandang istri Zaid, anak angkatnya dan rasa cinta kepadanya merekah di hatinya. Oleh karena itu, Zaid menceraikan istrinya supaya dapat menikah dengan Nabi. Melihat peristiwa ini, Muslimin menjadi gundah-gulana. Malaikat Jibril setiap hari turun untuk datang menemuinya dan membawakan ayat-ayat yang menyatakan bahwa pernikahan itu dikarenakan sebuah kemaslahatan belaka. Oleh karena itu, kaum Muslim diam seribu bahasa dan tidak berani membicarakannya lagi.".

Referensi:
[1] Prolog buku Mas`aleh-ye Hejâb (Masalah Hijab), karya Syahid Muthahhari ra.
[2] Tamaddun-e Islam va Arab, Pasal IV, hal. 112-115, terjemahan Sayid Hasyim Huseini.
[3] Hal. 131.

(alhassanain/ABSN)

0 komentar:

Sejarah

ABNS Fatwa - Fatwa

Pembahasan

 
AHLUL BAIT NABI SAW - INFO SEJARAH © 2013. All Rights Reserved. Powered by AHLUL BAIT NABI SAW
Top