SELAMAT DATANG DI AHLUL BAIT NABI SAW

AHLUL BAIT NABI SAW: Media Agama Dan Hati Umat Islam * Media Persatuan dan Kesatuan Sunni Dan Syiah


- Asma` binti Abu Bakar, saudari Aisyah pernah datang bertamu ke rumah Rasulullah saw dengan mengenakan pakaian tipis sehingga anggota-anggota tubuhnya kelihatan. Beliau memalingkan wajahnya darinya sambil bersabda, "Wahai Asma`, jika seorang wanita sudah berusia balig, maka anggota badannya tidak boleh kelihatan kecuali ini dan ini". Beliau menunjuk wajah dan kedua telapak tangannya.[5]

- Pada persitiwa haji Wadâ', seorang wanita muda datang menjumpai Rasulullah saw untuk menanyakan suatu permasalahan. Fadhl bin Abbas sedang menunggangi kuda di belakang beliau. Lirik dan pandang mereka saling bertemu. Rasulullah saw mengerti bahwa mereka berdua saling melirik, dan wanita muda itu yang seharusnya memperhatikan jawaban permasalahannya, namun ia malah memfokuskan perhatiannya pada Fadhl, pemuda beliau yang tampan itu. Beliau memutar kepala Fadhl dengan tangannya seraya berkata, "Seorang pemudi dan pemuda (jika saling melihat), maka saya takut setan meletakkan kakinya di antara mereka."[6]

- Rasulullah saw pernah mengambil baiat dari kaum wanita. Akan tetapi, beliau tidak berjabatan tangan dengan mereka. Beliau memerintahkan supaya mendatangkan air sebelanga. Beliau mencelupkan tangannya ke dalam air itu dan memerintahkan mereka untuk mencelupkan tangan mereka. Beliau menjadikan hal itu sebagai cara berbaiat dengan kaum wanita.

Peristiwa ini telah disepakati oleh para sejarawan dan ahli tafsir. Para sejarawan menceritakannya dalam peristiwa pembebasan Makkah dan para ahli tafsir menyebutkannya dalam tafsir surah al-Mumtahanah ayat 12.

Aisyah berkata, "Selama hidupnya, tangan Rasulullah saw tidak pernah menyentuh tangan tangan seorang wanita yang bukan muhrimnya."

Dalam sebuah riwayat, Aisyah pernah ditanya, "Bagaimanakah akhlak Rasulullah saw?" Ia menjawab, "Akhlak Rasulullah saw adalah akhlak al-Qur'an. Allah telah mendidiknya dengan al-Qur'an." Jelas bahwa akhlak Qurani ini berdiri tegak di atas pondasi tazkiah dan penyucian diri.

Al-Waqidi meriwayatkan bahwa Abdullah bin Zaid al-Hudzali berkata, "Saya pernah melihat rumah-rumah Rasulullah saw ketika Umar bin Abdul Aziz memerintahkan supaya rumah-rumah itu dimusnahkan. Temboknya terbuat dari tanah liat mentah, kamar-kamarnya terbuat dari kayu dan pelepah kurma yang dilapisi tanah liat. Aku menghitung kamar-kamar itu dan seluruhnya berjumlah sembilan kamar." Tujuan menukil pernyataan itu adalah kami ingin menunjukkan kesederhanaan kehidupan Rasulullah.

Al-Waqidi menukil dari Mu'adz bin Muhammad al-Anshari dari 'Atha` al-Khurasani bahwa ia berkata, "Saya pernah mendengar Sa'id bin Mussayyib berkata, 'Demi Allah, saya sangat mengharapkan kamar-kamar itu dibiarkan seperti semula dan tidak digabungkan dengan bagian masjid atas perintah Walid bin Abdul Malik, sehingga masyarakat Madinah dan setiap orang yang datang ke Madinah melihat bagaimana Rasulullah saw menjalani kehidupannya. Hal ini akan menyebabkan mereka hidup dengan kezuhudan dan menghindari kehidupan mewah.'"

Abu Umamah bin Sahl bin Hanif al-Anshari sebagai saksi mata atas penghancuran kamar-kamar itu berkata, "Seandainya mereka tidak menghancurkan kamar-kamar itu dan membiarkannya seperti keadaan semula sehingga masyarakat tidak membangun rumah dengan penuh kemewahan dan melihat sejauhmana Allah ridha atas kehidupan Rasul-Nya, padahal semua kunci harta dunia berada di tangannya."[7]

Itulah Nabi Islam yang agung, hamba Allah termulia yang telah menjalani kehidupan dan meninggal dunia dengan penuh kesucian. Inilah kisah pernikahan Muhammad dan ahlul baitnya sebagai simbol kejujuran dan penunjuk jalan hidayah.

Ya Allah, curahkan shalawat atas Nabi Muhammad saw dan keluarganya.
Imam Ali as berkata,


إِنَّ الْمَرْأَةَ رَيْحَانَةٌ وَ لَيْسَتْ بِقَهْرَمَانَةٍ


Sesungguhnya wanita itu adalah bunga yang semerbak mewangi, bukan seorang pekerja kasar.[8]

Referensi:
[5] Mas`aleh-ye Hejâb, hal. 134, menukil dari Sunan Abu Dawud, jilid 2, hal. 383.
[6] Ibid. hal. 169, menukil dari Shahih Bukhari, jilid 8, hal. 63. Dalam buku al-Masâlik, Syahid Tsani menjadikan hadis ini sebagai sandaran terhadap fatwa wajibnya menutupi wajah dan telapak tangan.
[7] Sîreh-ye Nabawî, Tehrani, jilid 1, hal. 226, menukil dari ath-Tabaqât al-Kubrâ, jilid 1, hal. 499-500.
[8] Nahj al-Baâghah, surat No. 31.

(alhassanain/ABSN) 

0 komentar:

Sejarah

ABNS Fatwa - Fatwa

Pembahasan

 
AHLUL BAIT NABI SAW - INFO SEJARAH © 2013. All Rights Reserved. Powered by AHLUL BAIT NABI SAW
Top