SELAMAT DATANG DI AHLUL BAIT NABI SAW

AHLUL BAIT NABI SAW: Media Agama Dan Hati Umat Islam * Media Persatuan dan Kesatuan Sunni Dan Syiah


1 Dzulqo'dah
Sayyidah Ma'shumah Lahir

1 Dzulqo'dah tahun 173 Hijriah, Sayyidah Fathimah Ma'shumah, putri mulia Imam Musa bin Ja'far a.s., terlahir ke dunia. Imam Musa bin Ja'far adalah keturunan Rasulullah generasi ke-6 dan menjadi imam dan pemimpin ke-7 umat Islam. Sepeninggal beliau, tampuk imamah diserahkan kepada putra beliau, yaitu Imam Ali Ar-Rida a.s. Namun, sebagaimana yang dialami oleh para imam ma'shum lainnya, Imam Ridha akhirnya dipenjara dan dibunuh oleh khalifah yang berkuasa saat itu. Semasa Imam Ridha diasingkan di Khurasan, Iran oleh Khalifah Ma'mun dari Dinasti Abbasiah, Sayyidah Ma'shumah yang merupakan saudara perempuan Imam Ridha, memutuskan untuk melakukan perjalanan dari Madinah ke Khurasan untuk menemui Imam Ridha.
Ketika Sayyidah Ma'shumah dan rombongannya baru sampai di kota Qom, Iran, putri yang suci dan mulia itu jatuh sakit dan akhirnya meninggal dunia. Beliau dikuburkan di kota Qom dan makamnya hingga kini menjadi pusat peziarahan yang ramai dikunjungi para pecinta Ahlul Bait dari berbagai penjuru dunia. Kota Qom pun kemudian berkembang menjadi pusat pengajaran ilmu-ilmu Ahlul Bait dan menjadi basis perjuangan rakyat Iran dalam era Revolusi Islam Iran.

Sinan Nakh'iy Kufi Meninggal
Tanggal 1 Dzulqo'dah tahun 177 Hijriah, Sinan Al-Nakh'iy Al-Kufi, yang terkenal dengan julukan "Abu Abdillah", seorang ulama dan ahli hadis di zaman permulaan Islam, meninggal dunia. Sinan Al-Nakh'iy Al-Kufi dilahirkan di kota Bukhara pada tahun 95 Hijriah dan merupakan salah satu keturunan Malik Asytar, seorang panglima dan pembela setia Imam Ali a.s. Sinan atau Abu Abdillah merupakan seorang ahli fiqih besar di zamannya sehingga beliau ditunjuk sebagai hakim di kota kufah.

2 Dzulqo'dah
Ibnu Khuzaimah Wafat

Tanggal 2 Dzulqo'dah 311 Hijriah, Ibnu Khuzaimah, seorang ahli hadits dan fakih termasyhur abad ke-4 Hijriah meninggal dunia. Dia terlahir ke dunia pada tahun 223 Hijriah, dan mulai menimba berbagai disiplin ilmu agama sejak masa mudanya dengan berkelana dari satu negeri ke negeri lain. Jerih payah dan kehebatannya kemudian terabadikan dalam karya-karya tulisnya dalam jumlah besar, satu diantaranya buku Attauhid wa Itsbat as-Sifaat ar-Rab.
Sebuah buku yang mengupas akidah Islam. Dalam kitab ini pula, Ibnu Khuzaimah memberikan penjelasan secara rinci keyakinan-keyakinannya tentang keesaan dan sifat-sifat Tuhan berdasarkan ayat-ayat AlQuran serta hadits dan riwayat-riwayat dari Ahlil Bait Rasul SAWW.

3 Dzulqo'dah
Ibnu Munir Terlahir

Tanggal 3 Dzulqo'dah 620 Hijriah, Ibnu Munir, seorang ahli fikih dan tafsir dari Mesir terlahir di Iskandaria. Dia belajar ilmu-ilmu dasar dari ayahnya sendiri sebelum kemudian menimba dan menekuni ilmu agama dalam berbagai bidangnya, termasuk fikih, ulumul Quran, dan sastera Arab dari guru-guru kesohor pada zamannya.
Dalam hidupnya, Ibnu Munir memegang berbagai jabatan, termasuk sebagai Qadhi. Dia wafat di Iskandaria pada usia ke 63 dan dimakamkan dia area sebuah masjid yang belakangan tenar dengan nama Masjid Jami' Al-Munir. Ulama ini meninggal berbagai karya tulis di bidang tafsir AlQuran dan beberapa bidang ilmu keislaman lainnya. Sebagian dari karyanya berkali-kali dicetak ulang di Kairo, ibu kota Mesir.

4 Dzulqo'dah
Mahlabi, Penulis Mesir Meninggal Dunia

Tanggal 4 Dzulqo'dah 656 Hijriah, Mahlabi, seorang penulis dan ilmuwan terkenal Mesir meninggal dunia pada usia 57 tahun. Dia dikenal sebagai penulis dan prosa terkemuka di zamannya, sampai-sampai, Ibnu Khalkan, sejarawan termasyhur mencatat tentang Mahlabi sebagai berikut, "Saya bertemu dengannya dan saya menyaksikan segala hal yang sebelumnya saya dengar tentangnya."
Mahlabi juga meninggalkan buku kumpulan syair. Syair-syairnya bersifat sederhana dan penuh kelembutan. Syair-syairnya amat populer di tengah masyarakat sehingga berkali-kali dicetak ulang di Mesir dan Beirut.

5 Dzulqo'dah
Sayyid Ibnu Thawus Meninggal Dunia

Tanggal 5 Dzulqo'dah 664 Hijriah, Ridha Ad-din Ali bin Musa yang terkenal dengan nama Sayyid Ibnu Thawus, seorang ulama fiqih, hadis, sejarah, dan sastra muslim, meninggal dunia. Dia menjalani masa kecil dan remajanya di tanah kelahirannya, Hilah, yang terletak di Irak. Di sana, ia mempelajari berbagai bidang ilmu agama. Sayyid Ibnu Thawus menjalani hidup dengan kezuhudan dan ketakwaan. Oleh karena itulah ia selalu menolak berbagai jabatan yang ditawarkan oleh rezim yang berkuasa saat itu, yaitu Dinasti Abbasiah. Dia banyak meninggalkan karya-karya penulisan di bidang ilmu teologi, akhlak, fiqih, dan hadis. Sebagian besar karya-karyanya diterjemahkan ke berbagai bahasa dan berkali-kali dicetak ulang. Di antara karya Ibnu Thawus yang terpenting aaadalah buku berjudul "Al-Luhuf" yang mengisahkan kejadian di hari Asyura dan dianggap sebagai salah satu buku sejarah terkemuka. Buku karya Ibnu Thawus lainnya berjudul "Al-Malahim wal Fitan" yang berisi berbagai peristiwa sebelum dan di saat munculnya Imam Mahdi (a.f.)

Ibnu Hisham Meninggal
Tanggal 5 Dzulqo'dah 761 Hijriah, Ibnu Hisham, seorang ilmuwan besar Mesir, meninggal dunia pada usia 53 tahun. Selain menguasai bidang nahwu dan hadis, Ibnu Hisham juga dikenal sebagai ilmuwan di bidang sastra dan bahkan mampu menyusun syair. Keterkenalan Ibnu Hisham terutama karena bukunya yang berjudul "Mughni." Buku ini amat dipuji oleh kalangan ilmuwan dan menunjukkan ketinggian ilmu Ibnu Hisham. Ibnu Khaldun, seorang sejarawan muslim terkemuka, juga menyebut-nyebut buku ini dan menyatakan bahwa buku ini memiliki nilai yang sangat tinggi. Selama berabad-abad, kitab "Mughni" dijadikan sebagai salah satu buku yang diajarkan di sekolah-sekolah.

6 Dzulqo'dah
Abul Hasan Sahrwardi Meninggal

Tanggal 6 Dzulqo'dah 533 Hijriah, Abul Hasan Sahrwardi, seorang ulama fikih dan matematikawan terkemuka muslim, meninggal dunia. Sahrwardi menguasai ilmu-ilmu keislaman namun ia lebih dikenal sebagai ahli matematika.

Dia menuntut ilmu dari Imam Muhammad Ghazali, ulama dan penulis besar pada zaman itu. Karya terkenal Sahrwardi adalah "Ushulul Jabar wal Muqabalah" yang hingga kini masih tersimpan dalam bentuk tulisan tangan.


Ibnu Hani Meninggal Dunia
Tanggal 6 Dzulqo'dah tahun 733 Hijri Qamari, Ibnu Hani, penyair, penulis, dan ahli philologis terkemuka dunia Islam meninggal dunia. Ibnu Hani dilahirkan di selatan Andalusia (Saat ini bernama Spanyol), setelah ia menyelesaikan pendidikan dasar, dan dalam usia yang masih remaja, ia melanjutkan studinya di perkuliahan para ulama dan pakar terkenal pada masa itu. Dalam waktu singkat, Ibnu Hani telah menguasai berbagai displin ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang sastra. Setelah itu, ia mulai mengajar dan mengkader murid-muridnya. Ibnu Hani juga dikenal sebagai penyair, dan meninggalkan sejumlah karya dalam bidang ini. Salah satu karya peninggalan Ibnu Hani adalah kitab "Syarhu Al-Tashil." Ia syahid dalam perang merebutkan kembali teluk Jabal Thariq.

7 Dzulqo'dah
Abul Hasan Laib Tutup Usia

Tanggal 7 Dzulqo'dah tahun 439 Hijriah, seorang ahli hadis terkenal meninggal dunia. Ahli hadis ini memiliki pusat pengajaran yang pengaruhnya cukup luas, sehingga banyak ilmuwan Arab yang menimba ilmu darinya. Di antara ulama yang yang menuntut ilmu dari Abul Hasan Laib adalah Khatib Baghdadi, seorang ahli sejarah terkenal. Oleh karena itulah dalam karya-karyanya, Khatib Baghdadi banyak menyebut jasa-jasa Abul Ahsan Laib.

Ayatullah Fadaiy Astani Wafat
Tanggal 7 Dzulqo'dah tahun 1262 Hijriah Ayatullah Fadaiy Astani, seorang ulama besar muslim, meninggal dunia. Sejak kecilnya, Fadaiy Astani telah mempelajari Al-quran dan ilmu-ilmu agama. Kemudian, ia melakukan perjalanan ke berbagai negara untuk menuntut ilmu, hingga akhirnya mencapai derajat keilmuan yang tinggi. Selain meninggalkan banyak karya penulisan di bidang agama, Ayatullah Fadaiy Astani juga menciptakan syair-syair yang dikumpulkan dalam sebuah buku kumpulan.

8 Dzulqo'dah
Daru Quthni Meninggal Dunia

Tanggal 8 Dzulqo'dah 385, Ali bin Umar Daru Quthni, seorang penulis yang ahli hadis dan fiqih muslim, meninggal dunia di kota Bagdad. Setelah menempuh pendidikan dasarnya, Daru Quthni melakukan perjalanan ke Mesir dan Suriah untuk mencari ilmu.
Selain menguasai hadis dan fiqih, Daru Quthni juga mahir di bidang sastra dan syair. Di antara karya-karya yang ditinggalkan Daru Quthni adalah kitab kumpulan hadis Rasulullah, berjudul "Sunan Daru Quthni." Karyanya yang lain berjudul "Al-Mukhtalif wal Mu'talaf".

Abu Hamid Shaghani Meninggal Dunia
Tanggal 8 Dzulqo'dah tahun 379 Hijri Qamari. Abu Hamid Shaghani, pakar astronomi dan matematika berkebangsaan Iran meninggal dunia. Ia dilahirkan di kota Khurasan Timur Laut Iran, dan menetap di Baghdad-Irak. Abu Hamid Shaghani termasuk maha guru dalam bidang astronomi dan matematika pada masanya. Ia tidak hanya mahir dalam menciptakan berbagai alat untuk keperluan observatorium, seperti teropong bintang, tapi bahkan tergolong seorang inovator dalam bidang ini. Ia juga mendirikan sebuah observatorium di kota Baghdad dan aktif mengobservasi bintang-bintang. Salah satu karya terkenal astronom berkebangsaan Iran ini adalah bukunya seputar astronomi dan teropong bintang.

Ibnu Zubair Meninggal Dunia
Tanggal 8 Dzulqo'dah tahun 348 Hijri Qamari. Ibnu Zubair, penulis dunia Islam meninggal dunia di kota Baghdad-Irak. Pada awalnya, ia belajar berbagai displin ilmu pengetahuan dari ayahnya. Setelah ayahnya wafat, Ibnu Zubair menginfakkan seluruh warisan yang ia terima dari ayahnya, dari harta itu, ia melanjutkan studinya, mendirikan perpustakaan, dan membantu para pelajar lainnya. Ibnu Zubair telah mengklasifikasikan karya-karyanya guna memudahkan para pembaca. Ia aktif mentranskrip dan menerbitkan burku-buku tentang cinta, bahkan ia menyalinnya sendiri dengan khat yang indah. Meskipun Ibnu Zubair menguasai berbagai displin ilmu pengetahuan, tapi ia sangat jarang menulis buku dan lebih aktif mentranskrip dan memperbanyak karya-karya tokoh lain. Ibnu Zubair juga menulis katalog untuk sebagian buku-buku yang ada di perpustakaannya, para ulama banyak memanfaatkan katalog yang ia tulis, seperti: Ibnu Nadhim, sejarawan dan penulis terkemuka dunia Islam.

9 Dzulqo'dah
Nashir Khusrou Qabadian Lahir

Tanggal 9 Dzulqo'dah tahun 394 Hijriah, Nashir Khusrou Qabadian, seorang penyair dan penulis termasyhur Iran, terlahir ke dunia di kota Balkh, yang kini termasuk wilayah Afganistan. Sejak kecil, Nashir Khusrou telah mempelajari berbagai ilmu yang berkembang di zamannya dan telah menghapal Al-Quran. Selain mahir di bidang sastra Persia, Nashir Khusrou juga menguasai ilmu hitung, teknik sipil, astronomi, kedokteran, farmasi, dan teologi.
Kehidupan Nashir Khusrou penuh dengan lika-liku. Awalnya, ia bekerja sebagai sekretaris dalam pemerintahan Mahmud dan Mas'ud Ghaznawi. Namun, setelah terjadi perubahan pemikiran dalam dirinya, Nasir Khusrou meninggalkan dunia politik dan melakukan penelitian di bidang agama. Ia juga melakukan perjalanan ke berbagai tempat. Hasil perjalanannya itu dicatatnya dalam buku "Safar Nameh". Dia juga banyak meninggalkan karya penulisan lain, di antaranya berjudul "Wajhud-Din" dan "Raushan-naiy Nameh".

10 Dzulqo'dah
Dinasti Samania Hancur

Tanggal 10 Dzulqo'dah tahun 389 Hijriah, Dinasti Samania yang telah berdiri selama 128 tahun di Khurasan, Asia Tengah, dan sebagian Iran tengah, akhirnya hancur di tangan Ilik Khan. Ilik Khan adalah salah seorang di antara budak-budak Turki, yang karena infiltrasi mereka di dalam pemerintahan Samania, mereka berhasil melumpuhkan kerajaan itu.
Selama masa kekuasaannya, raja-raja dari Dinasti Samania banyak berupaya untuk memajukan kota-kota wilayah kekuasaan mereka. Mereka melakukan pengembangan ilmu dan sastra serta memberikan penghormatan yang tinggi kepada para ulama. Pada saat itu, banyak pusat-pusat keilmuan dibangun di berbagai kota. Setelah hancurnya dinasti ini, kekuasaan di Iran dipegang oleh Dinasti Ali Buyeh dan Dinasti Turki bernama Ghaznawi.

Sabth Mardini Lahir
Tanggal 10 Dzulqo'dah tahun 826 Hijriah, Sabth Mardini, seorang astronom dan matematikawan muslim, terlahir ke dunia di kota Damaskus. Menurut catatan para sejarawan, karya-karya penulisan yang ditinggalkan oleh Sabth Mardini mencapai 32 judul dan hingga kini sebagiannya masih tersimpan dalam bentuk tulisan tangan. Di antara karya Sabth Mardini adalah buku berjudul "Daqayiqul Haqayiq" yang merupakan buku matematika.

11 Dzulqo'dah
Imam Ridha a.s. Lahir

Tanggal 11 Dzulqo'dah tahun 138 Hijriah, Imam Ali bin Musa Ar-Ridha a.s., Imam ke-delapan kaum muslimin dan keturunan Rasulullah SAWW generasi ke-7, terlahir ke dunia di kota Madinah. Setelah wafatnya ayahanda Imam Ridha, yaitu Imam Musa Al-Kadhim a.s., Imam Ridha meneruskan tugas ayah beliau sebagai pemimpin dan pembimbing umat Islam. Khalifah Ma'mun dari Dinasti Abbasiah yang berkuasa saat itu, merasa khawatir atas pengaruh Imam Ridha di tengah umat Islam. Demi menarik simpati rakyat dan mencari legalitas atas kekuasaannya, Khalifah Ma'mun kemudian mengangkat Imam Ridha sebagai putra mahkota. Imam Ridha juga dipaksa untuk meninggalkan Madinah dan tinggal di Marv, di timur laut Iran dengan tujuan agar Khalifah Ma'mun dapat lebih mudah mengontrol segala perilaku Imam Ridha.
Namun, keinginan Ma'mun untuk menghilangkan pengaruh Imam Ridha atas umat Islam tidak tercapai. Ketinggian iman, ilmu, dan akhlak Imam Ridha telah menimbulkan pengaruh besar di kalangan rakyat Khurasan dan masyarakat menjadi sadar akan hakikat Ahlul Bait Rasulullah. Untuk menghancurkan popularitas Imam Ridha di tengah masyarakat, Ma'mun bahkan mengundang pemuka berbagai agama untuk berdebat dengan Imam Ridha. Namun, ketinggian ilmu Imam Ridha malah membuat para pemuka agama itu mengakui kebenaran Imam Ridha. Akhirnya, Ma'mun mengambil keputusan untuk membunuh Imam Ridha dengan cara meracuni beliau pada tahun 203 Hijriah.
Salah satu hadis dari Imam Ridha a.s. adalah sebagai berikut, "Orang yang akan dekat denganku di hari kiamat adalah orang yang selama di dunia berakhlak lebih baik dan bersikap lebih dermawan terhadap keluarganya."

Syaikh Mufid Lahir
Tanggal 11 Dzulqo'dah 336 Hijriah, Muhammad bin Muhammad yang dikenal dengan panggilan "Syaikh Mufid", seorang ilmuwan dan ahli fiqih besar muslim, terlahir ke dunia di kota Bagdad. Beliau dibesarkan dalam sebuah keluarga yang mencintai ilmu dan pendidikan dasar Syaikh Mufid didapatnya dari keluarganya. Setelah itu, beliau melanjutkan pelajarannya dengan menuntut ilmu kepada ulama-ulama besar zaman itu. Di antara gerakan pemikiran yang dilakukan oleh Syaikh Mufid adalah melakukan perdebatan dengan ilmuwan-ilmuwan berbagai agama. Melalui perdebatan ini, Syaikh Mufid mengembangkan ilmu teologi, fiqih, dan perbandingan agama di kalangan kaum muslimin. Syaikh Mufid juga membimbing banyak murid-murid yang kemudian di antaranya menjadi ulama besar, seperti Syaikh Thusi, Sayyid Murtadha, dan Sayyid Ridha. Syaikh Mufid meninggalkan karya penulisan sebanyak 200 jilid, di antaranya berjudul "Al-Irsyad", "Al-Arkan", dan "Ushulul Fiqih."

12 Dzulqo'dah
Adib Naishaburi Meninggal

Tanggal 12 Dzulqo'dah tahun 1344 Hijriah, Adib Naishaburi, seorang penyair terkemuka Iran, meninggal dunia. Dia dilahirkan pada tahun 1281 Hijriah di Naishabur, sebuah kota di timur laut Iran. Sejak kecil, karena terserang penyakit cacar, dia kehilangan kemampuan pengelihatan salah satu matanya.
Meskipun demikian, Adib Naishaburi tetap bersemangat menuntut ilmu hingga akhirnya menguasai sastra Arab dan ilmu-ilmu yang berkembang di zamannya. Adib Naishaburi kemudian mengajar dan mulai menyusun syair.
Syair-syair Naishaburi memiliki kekhasan dalam pemilihan kata-kata yang bermakna dalam. Buku kumpulan syair Naishaburi terdiri 2000 bait syair yang sangat elegan dalam bahasa Arab dan Persia.

13 Dzulqo'dah
Ibnu Jauzi Lahir

Tanggal 13 Dzulqo'dah tahun 508 Hijriah, Ibnu Jauzi, seorang ahli fiqih dan Al-Quran abad ke-6 Hijriah, terlahir ke dunia di kota Bagdad. Ibnu Jauzi banyak melakukan perjalanan ke berbagai kota untuk menuntut ilmu, sampai akhirnya dia dikenal sebagai ilmuwan besar pada zamannya. Ibnu Jauzi banyak menulis buku di bidang agama, di antaranya berjudul "Al-Muntazham" dan "Mawaidzul Muluk". Dia meninggal tahun 597 Hijriah.

Anwari Meninggal
Tanggal 13 Dzulqo'dah tahun 583 Hijriah, Muhammad bin Muhammad Anwari Abiwardi, seorang penyair dan cendikiawan termasyhur Iran abad ke-6, meninggal dunia. Anwari menghabiskan masa mudanya dengan menimba ilmu di berbagai bidang, seperti sastra, filsafat, dan matematika. Setelah itu, ia mulai menyusun syair. Anwari melalui syair-syairnya dikenal mampu menjelaskan masalah yang rumit dalam bahasa yang sederhana dan lancar. Kumpulan syairnya yang berjudul "Anwari" hingga kini masih beredar di Iran dan berkali-kali dicetak ulang.

14 Dzulqo'dah
Ayatullah Dzun-Nuri Lahir

Tanggal 14 Dzulqo'dah tahun 1294 Hijriah, Ayatullah Dzun-Nuri, seorang ulama dan cendikiawan muslim terkemuka asal Tabriz, Iran, terlahir ke dunia. Sejak kecil, beliau telah mempelajari ilmu-ilmu agama dan sastra Arab dan kemudian beliau melanjutkan pendidikan ke Najaf, Irak.
Setelah meraih derajat mujtahid, beliau kembali ke Iran dan mengabdikan hidupnya di bidang pengajaran dan penulisan buku. Di antara karya-karya yang ditinggalkan oleh Ayatullah Dzun-Nuri adalah buku berjudul "Qadha wa Syahadat" dan "Syarhi bar Urwatul Wutsqa".

15 Dzulqo'dah
Ayatullah Mirza Husain Nainy Lahir

Tanggal 15 Dzulqo'dah 1276 Hijriah, Ayatullah Mirza Husain Nainy, seorang ulama besar Islam, terlahir ke dunia. Setelah menyelesaikan pendidikan dasarnya, beliau melanjutkan pendidikan ke Najaf, Irak, hingga mencapai derajat mujtahid. Ayatullah Nainy menguasai berbagai bidang ilmu, seperti matematika, hikmah, filsafat, irfan, dan fiqih. Keluasan ilmunya membuat Ayatullah Naini memiliki tempat istimewa di kalangan para ilmuwan Najaf saat itu.
Ayatullah Nainy banyak meninggalkan karya penulisan. Karya beliau yang terpenting berjudul "Tanbihul Ummah" yang membahas berbagai bentuk pemerintahan despotik dan kewajiban para ulama dalam menghadapi pemerintahan seperti ini. Buku ini meningkatkan perasaan anti-despotisme di tengah rakyat Iran dan amat berperan dalam menggalang revolusi konstitusional Iran pada periode Dinasti Qajar. Atayullah Nainy juga menyusun buku ilmu ushul-fiqih dengan bahasa yang sederhana dan jauh kerumitan.

16 Dzulqo'dah
Ismail bin Ebad terlahir ke dunia

Tanggal 16 Dzulqo'dah 326 Hijriah, Ismail bin Ebad menteri terkenal dari dinasti Ali Buweih, terlahir kedunia dalam keluarga Iran. Setelah menimba berbagai ilmu di zaman itu dan mempelajari sastra Arab ia pun mencapai derajat keilmuan yang tinggi. Ibnu Ebad sangat menyukai sastra Persia dan Arab. Dia juga gemar mengumpulkan para ahli sastra dan penyair untuk berdialog dengan mereka. Tidak hanya itu, dia juga memberi semangat pada mereka untuk saling berlomba membuat syair. Ibnu Ebad meninggalkan beberapa karya syair yang dikumpulkan dalam bentuk buku serta berbagai karya lainnya.

Ayatullah Mazandarani Meninggal
Tanggal 16 Dzulqo'dah 1309 Hijriah, Ayatullah Zainal Abidin Mazandarani, seorang ulama besar Iran, meninggal dunia. Setelah menyelesaikan pendidikan dasarnya, beliau pergi ke kota Najaf, Irak, untuk menuntut ilmu di hauzah ilmiah.
Di Najaf, Ayatullah Mazandarani menimba ilmu dari ulama-ulama besar zaman itu, di antaranya Syaikh Murtadha Anshari. Selain berkecimpung di bidang ilmu, Ayatullah Zainal Abidin Mazandarani juga selalu memperhatikan kaum fakir miskin.

17 Dzulqo'dah
Ayatullah Hairy Yazdi Meninggal

Tanggal 17 Dzulqo'dah 1355 Hijriah, Ayatullah Al-Udzma Syaikh Abdul Karim Hairy Yazdi, seorang ulama besar muslim dan pendiri hauzah ilmiah di kota Qom, Iran, meninggal dunia. Beliau dilahirkan di kota Yazd, Iran tengah dan setelah melalui pendidikan dasarnya, beliau pergi ke Irak untuk melanjutkan pendidikan. Setelah mencapai derajat mujtahid, Ayatullah Hairy Yazdi kembali ke Iran dan di sana beliau melihat perlunya didirikan sebuah pusat pendidikan Islam yang maju.
Oleh karena itulah pada tahun 1962, Ayatullah Hairy Yazdi mendirikan hauzah ilmiah di kota Qom yang dengan cepat berkembang dan kini menjadi salah satu pusat pendidikan Islam penting di dunia. Di hauzah yang didirikannya, Ayatullah Hairy Yazdi banyak mendidik murid-murid yang kemudian menjadi ulama besar, di antaranya Imam Khomeini.
Ayatullah Hairy Yazdi juga meninggalkan karya-karya penulisan, di antaranya berjudul "Kitab Ar-Ridha", "Kitab Ash-Sholah", dan "Kitab Al-Mawarits".

18 Dzulqo'dah
Umar Khayam Naishaburi Lahir

Tanggal 18 Dzulqo'dah 439 Hijriah, Umar Khayam Naishaburi, seorang matematikawan, astronom, filsuf, dan penyair besar Iran, terlahir ke dunia di kota Naishabur, timur laut Iran. Meskipun ketinggian ilmu Khayam jauh melampui kemampuannya di bidang sastra, namun Umar Khayam lebih terkenal di dunia sebagai seorang penyair. Syair-syairnya yang berstruktur rubaiyyat dan mengandung keindahan serta makna yang dalam telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa dunia.
Selain menghasilkan karya syair, Umar Khayam juga melakukan perbaikan terhadap kalender Persia. Kalender hasil susunan Umar Khayam dikenal dengan nama "Taqwim-e Jalali". Karya Umar Khayam yang lain adalah buku "Nuruz-nameh" dan "Tarikh-e Adab-e Jasn-e Nuruz", dan "Jabar wa Muqabalah" yang diterjemahkan ke dalam bahasa Perancis pada tahun 1851.

19 Dzulqo’dah
Kamaluddin Farsi meninggal dunia

Tanggal 19 Dzulqo'dah tahun 718 Hijriah, Kamaluddin Farsi, seorang ahli matematika dan fisikawan berkebangsaan Iran meninggal dunia. Sejak usia remaja, ia mulai melakukan petualangannya demi menimba ilmu dan keutamaan dari berbagai ilmuwan terkemuka pada masa itu. Kendatipun Kamaluddin Farsi tidak berumur panjang, tapi ia mampu menorehkan berbagai karya dalam bidang matematika dan ilmu optik. Di antara karya penting Kamaluddin Farsi adalah "Tazkiratul Al-Ahbab", yang membahas tentang teori angka-angka. Kajian dan penelitian mendalam buku ini membuktikan bahwa Kamaluddin Farsi tidak hanya seorang ahli matematika biasa, tapi juga seorang pemikir dan peletak dasar-dasar ilmu matematika. Karya lain Kamaluddin Farsi adalah "Tankihul Al-Manazir," hingga saat ini buku ini masih menjadi referensi bagi para peneliti.


Iran dan Turki Ottoman Menandatangani Perjanjian Rum
Tanggal 19 Dzulqo'dah tahun 1238 Hijtriah, perjanjian Rum, yaitu sebuah kesepakatan yang dibuat oleh para wakil pemerintahan Iran dan Turtki Ottoman ditandatangani di sebuah kawasan bernama "Rum" yang terletak di sebelah timur Turki. Perjanjian ini dibuat menyusul kekalahan beruntun yang diderita Turki Ottoman dalam perangnya melawan Iran.

Berdasarkan perjanjian ini, Iran melepaskan klaim kekuasaanya atas Sulaimaniah dan wilayah barat dari kawasan Zahab. Akan tetapi, sebagai konsesinya, Iran memperoleh kekuasaan atas Khurramsyahr, Pulau Khidr, dan pinggiran Sungai Arwand. Iran juga memilik hak untuk berlayar di kawasan-kawasan laut sekitar daerah-daerah tadi.

20 Dzulqo'dah
Ibnu Sina lahir

Tanggal 20 Dzulqo'dah tahun 370 Hijriah, seorang ilmuwan jenius dunia Islam bernama Ibnu Sina atau yang dikenal juga dengan nama Syaikh Ar-Rais terlahir ke dunia. Ilmuwan berdarah Persia ini sejak kecil sudah menunjukkan bakatnya yang luar biasa di bidang keilmuan. Sejak usia kanak-kanak ia sudah menguasai ilmu-ilmu dasar. Pada usia 10 tahun, ia sudah mampu menghapal Al-Quran. Seluruh bidang ilmu bisa dikatakan ia pelajari secara sempurna. Ia belajar logika, matematika, kedokteran, dan filsafat.
Setelah berhasil menyembuhkan penyakit akut yang diderita Nuh bin Mansur, Raja Kekaisaran Samani saat itu, Ibnu Sina diperkenankan untuk memperoleh akses membaca buku-buku berharga yang ada pada perpustakaan negara. Setelah itu, ia mulai menulis sejumlah buku berharga yang memberikan sumbangsih tiada tandingannya bagi dunia ilmu pengetahuan. Ibnu Sina yang mulai menulis pada usia 21 tahun, sampai akhir hayatnya berhasilnya menulis buku-buku yang bahkan masih digunakan sebagai literatur oleh ilmuwan masa kini meskpiun karya-karyanya itu telah berusia lebih dari satu millenium. Di antara karya-karyanya yang terkenal adalah buku berjudul, Syifa, Isyarat, dan Qanun.

Abu Ali Qairawani
Tanggal 20 Dzulqo'dah tahun 456 Hijriah, Abu Ali Qairawani, seorang penyair, sastrawan, dan kritikus ulung Maroko meninggal dunia. Abu Ali Qairawani dilahirkan pada tahun 390 Hijriah di Maroko. Sejak usia kecil, ia sudah mulai aktif menekuni berbagai disiplin ilmu pengetahuan di masanya, antara lain: syair dan sastra. Setelah menamatkan pendidikan dasar, Abu Ali Qairawani hijrah ke Qairawan (Tunisia sekarang) untuk menimba ilmu dari berbagai ilmuan tersohor masanya. Pada masa itu, kota Qairawan merupakan pusat peradaban Islam di utara Afrika dan Andalusia, para ilmuan dan sastrawan dunia Islam tinggal di kota ini. Setelah belajar bertahun-tahun, akhirnya Qairawani tampil sebagai penyair dan ahli sastra. Bait-bait syair Abu Ali Qairawani dikemas dalam bentuk majas dan narasi, ia menuangkan berbagai fase kehidupan sosial dan sastranya ke dalam bait-bait syair. Ia juga peletak ilmu mengkritisi karya sastra, dimana sebelumnya ilmu ini hanya sebatas prakata dan bagian dari ilmu lain, tapi ia mampu merubahnya menjadi sebuah cabang ilmu baru. Qairawani meninggalkan berbagai karya dalam bidang sastra, baik berupa tulisan tangan, atau yang sudah dicetak, di antara karya tersebut adalah "Pengenalan Bait-Bait Syair dan Penyair Qairawan.

21 Dzulqo'dah
Ibnu Nafis Meninggal

Tanggal 21 Dzulqo'dah 687 Hijriah, Ibnu Nafis, seorang cendikiawan dan tabib muslim, serta penemu sistem sirkulasi darah, meninggal dunia. Dia dilahirkan di Damaskus dan di kota itu pula dia menuntut ilmu di bidang keislaman dan kedokteran dari ulama-ulama terkemuka pada saat itu. Salah satu kitab yang paling awal ditulis oleh Ibnu Nafis adalah Penjelasan Terhadap Kitab Al-Qanun yang di sana ia memberikan penjelasan mengenai sistem sirkulasi darah. Berdasarkan tulisan Ibnu Nafis ini, tiga abad yang lalu seorang ilmuwan Eropa, Miguel Serveto mengeluarkan hasil penyelididkannya mengenai masalah yang sama. Karya lain Ibnu Nafis adalah Ash-Shamil yang berisi tentang teknik operasi.

22 Dzulqo'dah
Nizamul-Mulk Lahir

Tanggal 22 Dzulqo'dah 408 Hijriah, Nizhamul-Mulk, seorang cendikiawan dan politikus Iran terkemuka abad ke-5 Hijriah, terlahir ke dunia di kota Thus, timur laut Iran. Nizhamul-Mulk pada masa pemerintahan Dinasti Saljuk diangkat sebagai menteri dan ia memegang posisi itu selama tiga puluh tahun. Selama masa jabatannya tersebut, Nizhamul Mulk banyak melakukan kebijakan yang berpengaruh besar bagi kemajuan Iran, di antaranya pendirian berbagai sekolah yang dikenal dengan nama "Nizhamiyah".
Nizhamul Mulk juga merupakan seorang penulis. Salah satu karyanya berjudul "Siyasat-Nameh" yang merupakan penuturan pengalamannya selama menjadi menteri dan pandangannya mengenai metode-metode pemerintahan yang baik. Hingga saat ini, buku ini dianggap sebagai salah satu buku sastra Iran yang terpenting.

Majma'ul Bayan Selesai Ditulis
Tanggal 22 Dzulqo'dah 536 Hijriah, kitab tafsir Al-Quran termasyhur, "Majma'ul Bayan", selesai ditulis. Kitab tafsir ini ditulis oleh Syaikh Thabrasi, salah seorang mufassir besar muslim asal Iran. Karena ketinggian ilmunya, Syaikh Tabrasi digelari "Aminul Islam" atau penjaga Islam. Selain menulis kitab Majmaul Bayan, Syekh Thabrasi juga menulis berbagai buku lainnya yang menjadi bahan rujukan penting dalam studi ilmu-ilmu Islam. Kitab tafsir Majmaul Bayan sendiri hingga kini masih terus dicetak ulang di Iran, Mesir, dan Libanon.

23 Dzulqo'dah
Ibnu Najjar Lahir

Tanggal 23 Dzulqo'dah 578 Hijriah, Ibnu Najar, seorang sejarawan, ahli hadis, dan sastrawan muslim terkenal, terlahir ke dunia di kota Baghdad. Dia memulai pendidikan agamanya sejak kecil dengan cara menghapal Al-Quran dan kemudian melakukan perjalanan ke berbagai kota untuk menuntut ilmu. Dalam perjalanannya tesebut, selain mengumpulkan hadis dan melengkapi pengetahuan agamanya, Ibnu Najar juga melakukan berbagai penelitian sejarah. Ibnu Najar banyak menulis buku-buku, di antaranya berjudul "Manaqibul Imam".

24 Dzulqo'dah
Perjanjian Hudaibyah Ditandatangani

Tanggal 24 Dzulqo'dah tahun ke-enam Hijriah, Rasulullah saww beserta sekitar 1400 kaum muslimin, dengan tanpa membawa perlengkapan perang, berangkat dari Madinah ke Mekah dengan niat untuk menunaikan ibadah umrah. Namun di tengah perjalanan, di sebuah kawasan bernama Hudaibiyah, rombongan Rasulullah dicegat kaum musyrikin.
Setelah melalui perundingan panjang antara kedua pihak, akhirnya disepakati untuk ditandatangani perjanjian Hudaibiyah, yang di antaranya berisi ketetapan bahwa tahun itu, kaum muslimin tidak boleh memasuki Mekah untuk menunaikan ibadah umrah, namun tahun depan larangan tersebut akan dicabut. Perjanjian Hudaibiyah merupakan keberhasilan diplomatis besar yang dicapai kaum muslimin. Dua tahun kemudian, yaitu tahun delapan Hijriah, kaum muslimin bahkan berhasil menguasai kota Mekah tanpa terjadi pertumpahan darah.

25 Dzulqo'dah
Rasulullah Berangkat Haji Wada'

Tanggal 25 Dzulqo'dah tahun ke sepuluh Hijriah, Rasulullah beserta lebih dari 100.000 kaum muslimin, keluar dari kota Madinah dengan tujuan untuk menunaikan haji ke kota Mekah. Seusai menunaikan ibadah haji, dalam perjalanan pulang ke Madinah, Rasulullah memerintahkan kafilahnya untuk berhenti di sebuah daerah bernama Ghadir Khum. Di tempat itu, Rasulullah SAWW menyampaikan wasiat penting mengenai kepemimpinan ummat sepeninggalnya. Saat itu pula, Rasulullah melantik Ali bin Abi Thalib sebagai imam atau pemimpin ummat Islam. Perjalanan haji Rasulullah bersama kaum muslimin tahun ke-10 Hijriah itu merupakan perjalanan haji terakhir yang beliau lakukan. Karenanya, ibadah haji yang dilakukan Rasulullah waktu itu dikenal dengan nama Haji Wada', atau haji perpisahan.

Mirza Farahani Meninggal
Tanggal 25 Dzulqo'dah 1237 Hijriah, Mirza Isa Qaem-e Maqam-e Awwal, yang terkenal dengan nama Mirza Buzurgh Farahani, seorang politisi dan sastrawan terkenal Iran pada era Qajar, meninggal dunia di kota Tabriz, barat laut Iran. Selama masa hidupnya, Mirza Farahani banyak melakukan usaha untuk memajukan Iran dan melakukan reformasi di negara tersebut. Buku-buku yang ditulis oleh Mirza Farahani di antaranya berjudul "Ahkamul Jihad wa Asbabur-Rashad".

26 Dzulqo'dah
Mas'ud bin Umar Taftazani Lahir

Tanggal 26 Dzulqo'dah tahun 722 Hijriah, Mas'ud bin Umar Taftazani, seorang faqih, mufasir, teolog, dan sastrawan muslim terkenal asal Iran, terlahir ke dunia di kota Quchan, timur laut Iran. Selama beberapa waktu, Taftazani melakukan perjalanan ke Khurasan dan kota-kota Asia Tengah lainnya untuk menuntut ilmu.
Karena kecerdasannya yang tinggi, Taftazani dengan cepat mencapai ketinggian ilmu dan pada usia 16 tahun ia telah mulai menulis buku-buku yang sebagiannya hingga kini masih menjadi buku pegangan di hauzah-hauzah ilmiah. Buku-buku karya Taftazani di antaranya berjudul "Al Mathawawl" dan "Al Irsyad". Pada tahun 772, Taftazani diundang Raja Timur agar datang ke kota Samarkand untuk mengajar di sana. Beliau tinggal di kota itu hingga menutup usia pada tahun 792 Hijriah.

27 Dzulqo'dah
Azad Bergerami Meninggal Dunia

Tanggal 27 Dzulqo'dah tahun 1200 Hijriah, Azad Belgerami, sejarawan dan sufi muslim asal India meninggal dunia. Sejak usia remaja, ia sudah mempelajari ilmu-ilmu dasar keislaman, juga bahasa Arab dan Persia. Dalam dua bahasa asing itu, Belgerami bahkan sampai memiliki kemampuan untuk membuat syair-syair yang bermutu. Karena kemampuannya yang brilian dalam membuat syair-syair yang memuji Rasulullah SAWW, Belgerami digelari sebagai "Orang Baik India". Di antara karya-karya Belgerami adalah buku berjudul "Delgosha Name", dan "Matsnawi".

28 Dzulqo'dah
Abul Qasim Thabrani Wafat

Tanggal 28 Dzulqo'dah tahun 360 Hijriah, Abul Qasim Thabrani, seorang ulama terkenal asal Isfahan, Iran, meninggal dunia. Ia adalah ilmuwan dan ahli hadits terkenal abad keempat hijriah. Untuk mempelajari ilmu-ilmu keislaman, Thabrani melakukan banyak perjalanan ke negeri-negeri muslim, dan selama 33 tahun lamanya, ia melakukan riset atas sejumlah bidang studi ilmu keislaman.
Ada tiga kitab ilmu hadits terkenal yang ditulisnya,masing-masing bernama "Mu'jam Kabir", "Mu'jam Wasath", dan "Mu'jam Shagir".

29 Dzulqo'dah
Imam Al-Jawad Gugur Syahid

Tanggal 29 Dzulqo'dah tahun 220 Hijriah, Muhamad Taqi bin Ali Al-Jawad, imam kesembilan para pengikut Ahlul Bait, gugur sebagai syahid di tangan musuh-musuh Islam. Imam Al-Jawad adalah generasi kedelapan keturunan Rasulullah SAWW. Beliau dilahirkan pada bulan Ramadhan tahun 195 Hijriah.
Setelah ayahandanya Imam Ali Ar-Ridha gugur di tangan Khalifah Al-Makmun, Imam Al-Jawad menerima tampuk imamah atau kepemimpinan atas ummat Islam. Pada masa imamah Imam Al-Jawad, ilmu-ilmu keislaman tengah berkembang pesat dan faham-faham baru dari dunia luar seperti berbagai aliran filsafat Yunani mulai masuk kepada masyarakat Islam. Sebagai orang yang dikenal memiliki ilmu sangat tinggi, Imam Al-Jawad menjadi pusat kunjungan para ulama dan cendekiawan muslim yang ingin mempelajari ilmu-ilmu keislaman. Imam juga aktif mengadakan berbagai pengajian dan majelis-majelis diskusi dengan para ilmuwan zaman itu. Dalam berbagai kesempatan, Imam juga secara konsisten menunjukkan berbagai kebobrokan pemerintahan represif Bani Abbasiah saat itu. Tindakan-tindakan politik Imam Al-Jawad inilah yang membuat gerah kalangan istana yang saat itu dipimpin oleh Khalifah Al-Mu'tashim.
Akhirnya, Al-Mu'tashim mengambil langkah pintas namun keji untuk membungkam gerakan Imam Al-Jawad dengan cara membunuhnya. Imam Al-Jawad gugur sebagai syahid menyusul jejak langkah ayahanda dan para pendahulunya pada usia yang masih sangat muda, yaitu 25 tahun. Salah satu haditsnya kami kutipkan berikut ini,
"Siapapun yang beramal tanpa pengetahuan, ia pasti tidak akan mampu melakukan perbaikan. Alih-alih melakukan perbaikan, ia malah akan melakukan kerusakan".

(sejarahkusejarahmu.blogspot.com/ABNS)

0 komentar:

Sejarah

ABNS Fatwa - Fatwa

Pembahasan

 
AHLUL BAIT NABI SAW - INFO SEJARAH © 2013. All Rights Reserved. Powered by AHLUL BAIT NABI SAW
Top