Ibnul Jauzi | |
---|---|
Gelar | Al-Imam, Al-Hafizh |
Kun-yah | Abul Faraj |
Nama | Abdurrahman |
Nasab | bin Ali bin Muhammad bin Ubaidullah bin Abdullah bin Hammadi bin Ahmad bin Muhammad bin Ja`far bin Abdullah bin al-Qasim bin an-Nadr bin al-Qasim bin Muhammad bin Abdullah bin al-Faqih Abdurahman bin al-Faqih al-Qasim bin Muhammad bin Abu Bakr Ash Shiddiq. |
Nisbah | Al-Baghdadi |
Lahir | 508 H (1114 M) |
Wafat | 597 H (1200 M) |
Etnis | Arab |
Zaman | Zaman keemasan Islam |
Wilayah aktif | Irak |
Jabatan | Pengajar |
Firkah | Sunni |
Mazhab Fikih | Hanbali |
Minat utama | Sejarah, Tafsir, Hadis dan Fikih |
Karya yang terkenal | Maudluat Kubra, Talbis Iblis, Minhajul Qashidin |
Perjalanan dakwah
Ibnul Jauzi menempuh pendidikan agama secara tradisional dan menempuh karir sebagai pengajar yang kemudian pada tahun 1161 M berhasil menjadi pengajar di dua perguruan tinggi agama. Ibnul Jauzi menjadi ulama yang terkemuka khususnya pada ilmu hadits sehingga ia dijuluki al-Hafizh. Ia adalah seorang penganut mazhab Hanbali yang kental dan menjadi motor penggerak atas tersebarnya mazhab tersebut. Ia adalah seorang penceramah yang dikenal dan kotbahnya bersifat konservatif, terutama dalam pandangannya terhadap pemerintah yang dianggap mendukung kebijakan pemerintah yang berkuasa di Baghdad. Hal ini menyebabkan ia disukai oleh khalifah Abbasiyah, Al-Mustadi (1142-1180 M). Pada tahun 1178-1179 M ia telah menjadi guru besar dari lima perguruan tinggi di ibukota dan menjadi pendakwah mazhab Hanbali terbesar di Baghdad.
Pada dekade 1170-1180 M ia mencapai puncak kekuasaannya. Ia kemudian menjadi jaksa penyelidik setengah resmi, ia tekun mencari doktin-doktrin ajaran yang menyimpang. Dia dikenal sangat kritis dan tegas terhadap aliran mistikus (Sufi) dan Syi'ah. Namun tindakannya yang tegas ini ditentang banyak ulama liberal. Antusiasme terhadap mazhabnya menimbulkan perasaan iri dan cemburu di antara ulama lain.
Perjalanan dakwah Ibnul Jauzi mulai mengalami kemunduran akibat kehilangan teman dekat, pendukung dakwahnya, yang merupakan orang dalam dari lingkaran pejabat pemerintah, yaitu ketika Ibnu Yunus ditahan pada tahun 1194 M. Di masa pemerintahan khalifah yang baru, putera Al-Mustadi, Kalifah Nashirudinnillah (1159-1225 M), ia diasingkan ke Wasith, disana ia tinggal lima tahun. Pada tahun 1199, dia dilepaskan dan dipulangkan ke Baghdad dan meninggal dua tahun kemudian pada usia 87 tahun.[1]
Karya ilmiah
Karya-karya Ibnul Jawzi menunjukan betapa dia mewarisi ajaran mazhab hanbali. Sebagian besar karyanya adalah bertema hagiografi dan tema-tema yang sifatnya mengandung polemik (polemical nature). Bidang ketertarikannya secara khusus adalah penilitian kritis dan mendalam terhadap aliran mistisme (tasawuf), dan menyatakan bahwa para mistikus (sufi) sejati seharusnya adalah mereka yang cara hidupnya mencocoki para sahabat nabi. Karya tulisnya disebutkan hingga mencapai 300-an judul[1] dan yang terkenal diantaranya adalah:- Zad al-Masir, kitab tafsir Al-Qur'an
- Maudluat Kubra, kitab kumpulan hadits-hadits palsu,
- Talbis Iblis,
- Minhajul Qashidin, sebuah kitab revisi atas kitab Ihya Ulumuddin karya Imam al-Ghazali.
- Shaidul Khatir,
Referensi
- Catatan kaki
Ibnu Jauzi Lahir
13 Dzulqa'dah tahun 508 hijriah, Ibnu Jauzi, seorang ahli fiqih dan al-Quran abad ke-6 Hijriah, terlahir ke dunia di kota Baghdad. Ibnu Jauzi banyak melakukan perjalanan ke berbagai kota untuk menuntut ilmu, sampai akhirnya ia dikenal sebagai ilmuwan besar pada zamannya. Ibnu Jauzi banyak menulis buku di bidang agama, di antaranya berjudul "al-Muntazham" dan "Mawa'idzul Muluk". Ia meninggal tahun 597 hijriah.
Anwari Meninggal
13 Dzulqa'dah tahun 583 hijriah, muhammad bin muhammad anwari abiwardi, seorang penyair dan cendikiawan termasyhur iran abad ke-6, meninggal dunia. anwari menghabiskan masa mudanya dengan menimba ilmu di berbagai bidang, seperti sastra, filsafat, dan matematika. setelah itu, ia mulai menyusun syair. anwari melalui syair-syairnya dikenal mampu menjelaskan masalah yang rumit dalam bahasa yang sederhana dan lancar. Kumpulan syairnya yang berjudul "Anwari" hingga kini masih beredar di Iran dan berkali-kali dicetak ulang.
(IRIB/wikipedia/ABNS)
0 komentar:
Posting Komentar