Oleh: Dinda Rahma
Manakala Allah swt telah menjadikan Rasulullah sebagai teladan kesabaran, juga banyak sekali di antara hamba-hamba-Nya yang diberi kemampuan oleh Allah swt untuk bersabar (semoga termasuk kita insya-Allah, amin).
Kita mungkin tak sekuat Ibrahim as, yang dengan kesabarannya yang sangat luar biasa, tetap tegar menjalankan perintah Allah swt, untuk menyembelih putranya tercinta Ismail as. Padahal Ismail as adalah anak yang sangat didambakannya.
Kita mungkin tak sesabar Nabi Ayub as, dalam menjalani ujian dan cobaan yang bertubi-tubi dan luar biasa dahsyat. Meski seluruh harta kekayaannya habis tak berbekas bahkan putra, putri dan dirinya sendiri ditimpa penyakit berat, namun Nabi Ayub as tetap istiqamah, tegas dan tegar seolah ia mengatakan Allah swt telah memberi dan ketika Allah swt mengambil kembali tak ada yang perlu dirisaukan karena Ia lebih tahu yang terbaik bagi hamba-Nya.
Bahkan mungkin kita tak sesabar Nabi Muhammad saw, namun airmata adalah rahmat yang Allah swt jadikan di dalam hati para hamba-Nya dan sesungguhnya yang paling dikasihi Allah swt adalah hamba yang sabar dan penyayang.
Untuk saudariku perempuan mu’min: “Jika engkau bertanya tentang keutamaanmu di surga, maka ketahuilah engkau lebih utama daripada bidadari, sebab bidadari tidak pernah lelah dan tidak dibebani kewajiban (taklif) berupa ketaatan, peribadahan, muamalah, perintah dan larangan. Kepadamu diwajibkan ketaatan pada Tuhan dan ketaatan pada suami serta mendidik anakmu dan mengurus rumahmu.” Tersenyumlah mulai hari ini dengan segala lelah dan gundahmu.
Duhai sahabat terkasih, saudariku tersayang, saudaraku yang kuhormati.
Tidaklah mudah merubah sedih dan luka serta nestapa menjadi bahagia dengan rasa sabar. Namun aku telah mencoba tidak ada obat yang paling mujarab di dunia ini kecuali bersabar dan mengembalikan semua urusan kepada Pemiliknya.
Apapun yang Allah beri saat ini pada kita adalah pinjaman dan kelak jika suatu saat Ia mengambilnya kembali adakah pantas kita mempertahankan dan merebut yang bukan haq kita? “Kepunyaan Allah-lah apa-apa yang ada di langit atau di bumi.” Ayah, Ibu, suami, istri, anak, saudara, teman dan harta benda cuma titipan sementara. Dan tidaklah diuji dengan berbagai macam cobaan kecuali orang-orang pilihan untuk membaikan rezeki dan derajatnya.
Maka, sehebat apapun luka yang kini terasa pahamilah bahwa materi hidup di dunia ini hanyalah kegembiraan dan kesedihan, tidak mungkin di dunia ini merasakan bahagia dan berbagai macam kesenangan lainnya secara terus-menerus, karena semua itu akan engkau rasakan di Surga saja. Sebagaimana juga tidak akan mungkin luka dan nestapa yang menyebabkan kesedihan tanpa ujung, karena itu semua tempatnya di Neraka.
Allah memberi nikmat kadang lewat bencana yang dahsyat, baik secara fisik ataupun guncangan jiwa, dan kadang Allah menguji dengan berbagai nikmat yang melimpah. Dan Do’a itu sebuah kekuatan untuk mengusir bencana dan nestapa.
Di balik segala kesukaran akan ada kemudahan bagi orang-orang yang bersabar. Inilah janji Allah azza wajalla.
Aku mendoakan semoga segalanya menjadi ringan bagimu, teruslah berdoa.
_______________
(dedyzulvita/ABNS)
0 komentar:
Posting Komentar