Inilah tempat sahabat Nabi Muhammad SAW dan Khalifah ke-4 Ali bin Abi Thalib sholat di masjid Kufah, pada saat ia ditikam oleh seorang munafik. Ini tragedi pertama bagi para Muslim, khususnya Muslim Syiah.
Akibat tikaman itu, Ali pun wafat dan sebelum wafatnya menantu Nabi Muhammad SAW itu mengatakan; “Demi Tuhan yang memiliki Kabah, aku telah mencapai kemenangan!” Tragedi terus menyusul dengan meninggalnya putra Ali dan cucu Rasulullah, Hassan bin Ali (sebagian kalangan meyakini Hassan diracun) dan dibunuhnya Hussein bin Ali, putra Ali dan cucu Rasulullah, oleh pengikut Khalifah Yazid bin Muawiyah.
Latar belakang semua tragedi ini adalah soal politik dan kekuasaan, bukan soal pertentangan ajaran agama. Para khalifah (penguasa yang korup atau perilakunya buruk di mata rakyat) selalu curiga bahwa para cucu/keturunan Rasulullah SAW (Hassan dan Hussein) akan merebut kekuasaan, maka mereka menggunakan segala cara untuk melenyapkan orang yang dianggap berpotensi jadi pesaing di kursi kekhalifahan.
Para keturunan Rasulullah SAW ini, walaupun status formalnya bukan penguasa negara, selalu dijadikan rujukan oleh masyarakat karena derajat keilmuan, kebijakan, moralitas, kedekatan pada Allah SWT, yang tinggi. Sementara khalifah yang formal berkuasa dipandang sebagai penguasa yang moralitasnya rendah.
Itulah sebabnya Khalifah yang berkuasa menggunakan kekerasan untuk memfitnah dan menjelek-jelekkan keluarga Nabi. Selama bertahun-tahun, dalam kotbah-kotbah Jumat waktu itu, Ali selalu difitnah dan dijelek-jelekkan. Jadi kalau sekarang ada orang yang orang bilang bahwa orang Syiah sering mencela sahabat Nabi, justru pada waktu itu Ali bin Abi Thalib (Imam pertama Muslim Syiah) sudah difitnah dan dijelek-jelekkan di mimbar-mimbar Jumat selama bertahun-tahun.
Kalau ada orang yang berani omong positif tentang Ali, bisa dipotong tangannya atau dibunuh. Kita bisa melihat betapa kejinya mekanisme kekuasaan kekhalifahan saat itu, yang sebenarnya sudah bangkrut secara moral. Celaan dan fitnah kepada yang dibaca pada setiap doa di masjid saat Jumatan, baru dihapus di era Khalifah Umar bin Abdul Azis.
Itulah sebabnya kalau sekarang kita Muslim Sunni sholat Jumat di masjid-masjid di Indonesia, kita tidak lagi menjumpai doa yang memfitnah dan menghujat Ali bin Abi Thalib.
Saya seorang Muslim Sunni, tetapi saya menulis ini untuk membuka mata sebagian Muslim Sunni di Indonesia yang merasa pemahaman Islam-nya sudah paling benar sendiri dan dengan enteng mengkafirkan yang lain, untuk berkaca. Tetapi jika reaksinya negatif atau menganggap tulisan saya cuma dongeng belaka, itu bukan urusan saya lagi. Kita nanti akan sama-sama mempertanggungjawabkan perilaku kita di hadapan Allah SWT.
(ArisMunandar/Ama/MahdiNews/ABNS)
0 komentar:
Posting Komentar