Bahasa Arab: اثنا عشرية - Ithnāˤashariyya) adalah cabang dari ajaran Syiah
yang memiliki pengikut terbanyak. Mereka yang mengikuti ajaran yang
disebut sebagai Syiah Imamiyah ini mempercayai bahwa mereka mempunyai 12
orang pemimpin, yang pemimpin pertamanya adalah Imam Ali ra. dan pemimpin terakhir mereka adalah Imam Mahdi Al-Muntazhar (Imam Mahdi yang ditunggu), seorang Imam yang muncul pada tahun 868 dan kemudian menghilang. Para pengikut Itsna Asyariyyah yakin bahwa Imam Mahdi akan kembali untuk menghadapi dajjal dan akan membangun pemerintahan Islam.
Beberapa orang melihat bahwa Imam dalam Syi'ah memiliki tempat yang
sejajar dengan nabi. Tapi, dalam aspek keyakinan kaum Syi'ah Itsna
Asyariyyah, para Imam bukanlah nabi atau rasul. Para Imam hanyalah
membawakan pesan Nabi Muhammad saw. Syi'ah Itsna Asyariyyah tidak
menganggap Imam lebih berkuasa daripada nabi. Kebanyakan muslim salah
melihat Syi'ah dalam hal tersebut. Bahkan, di ajaran Syi'ah, jika ada
seseorang yang menganggap adanya nabi atau rasul setelah Nabi Muhammad
saw. akan langsung diberi status bid'ah atau kafir.
Syi'ah aliran lain, seperti Zaidiyyah, Ismailiyyah atau Bahraiyyah, berbeda dalam hal pergantian Imam dan nama-namanya, juga tidak menganggap bahwa Imam ke-12 (Muhammad bin Hasan) adalah Imam al-Mahdi.
Berikut ini adalah detail dari jumlah pengikut Syi'ah berdasarkan negara asal, menurut 2008 World Factbook:
Jabir bin Abdillah berkata:”ketika ayat 55 dari surat Nisa turun
yang menegaskan ”taatilah Allah, dan taatilah rasul, dan para pemimin
dari kalian” aku bertanya pada rasul SAWW, “kami telah mengetahui tuhan
dan rasulnya, namaun Ulil Amr yang wajib kita taati tersebut belum kami
ketahui, siapakah gerangan mereka itu? Beliau bersabda:”mereka
penggantiku, para Imam dan pemimpin sepeninggalku, yang pertama Ali,
kemudian secara berurutan Hasan pura Ali, Husain putra Ali, Ali putra Al
Husain, Muhammad putra Ali yang dalam Taurat dikenal dengan Baqirul
Ulum, dan kamu pada suatu saat akan berjumpa dengannya, dan kapanpun kau
menjumpainya sampaikanlah salamku padanya. Kemudian setelahnya secara
urut Ja’far putra Muhammad, Musa putra Ja’far, Ali putra Musa, Muhammad
putra Ali, Ali putra Muhammad, Hasan putra Ali, dan kemudian putranya
yang nama dan kunyahnya (panggilan) sama dengan ku. Tuhan akan
menjadikannya pemimin bagi dunia, dan ia akan tersembunyi dari pandangan
dan penglihatan, dan ia akan gaib lama sekali. Sampai suatu saat di
mana hanya ada orang-orang yang memiliki keiman yang kokoh, yang teruji
dan mendalam akan keyakinan terhadap kepemimpinannya. [Muntakhabul
Atsar, halaman 101].
.
Riwayat-Riwayat Dari Ahli Sunnah Berkenaan Dengan Ke-Imamahan 12 Orang Imam Tepat sekali kalau pada kajian ini kita bawakan riwayat- riwayat tentang ke-Imamahan para Imam 12 yang termuat dalam kitab-kitab standar Ahli Sunnah, riwayat- riwayat tersebut diantaranya:
Bukhari menukil dari Jabir bin Samarah:”Aku mendengar rasul bersabda:”setelahku 12 orang pemimpin akan datang.” Saat itu beliau melanjutkan ucapannya yang tak terdengar olehku kemudian ayahku berkata bahwa keseluruhan imam tersebut semuanya dari bangsa Quraisy.” [Sahih Bukhari, jild 9, bab Istikhlaf, halaman 81].
dari Jabir bin Samurah, ia berkata, “Saya masuk bersama ayah saya kepada Nabi SAW. maka saya mendengar beliau berkata, ‘Sesungguhnya urusan ini tidak akan habis sampai melewati dua belas khalifah.’ Jabir berkata, ‘Kemudian beliau berbicara dengan suara pelan. Maka saya bertanya kepada ayah saya, ‘Apakah yang dikatakannya?’ Ia berkata, ‘Semuanya dari suku Quraisy.’ Dalam riwayat yang lain disebutkan, ‘Urusan manusia akan tetap berjalan selama dimpimpin oleh dua belas orang.’ Dalam satu riwayat disebutkan. ‘Agama ini akan senantiasa jaya dan terlindungi sampai dua belas khalifah. (H.R.Shahih Muslim, kitab “kepemimpinan”, bab”manusia pengikut bagi Quraisy dan khalifah dalam kelompok Quraisy”).
Muslim juga menukil dari Jabir bin samarah:”aku mendengar rasul SAWW bersabda:”Islam akan memiliki pemimpin sampai 12 orang. Kemudian beliau bersabda yang tak bisa kupahami. Aku bertanya pada ayahku tentang apa yang tidak aku pahami itu, ia berkata:”beliau bersabda semuanya dari kaum Quraisy. [Sahih Muslim, jild 6, kitab Al-Amarah, bab annas taba’un li quraisy, halaman 3].
Muslim dari Jabir juga menukil, ia (Jabir) berkata:”aku dan ayahku berjalan bersama rasul SAWW saat itu beliau bersabda:”agama ini akan memiliki 12 pemimpin, yang kesemuanya dari bangsa Quraisy. [Sahih Muslim, jild 6, kitab Al-Amarah, bab annas taba’un li quraisy, halaman 3].
Muslim juga menukil dari Jabir:”aku mendengar rasul bersabda:”agama Islam akan langgeng sampai hari kiamat nanti, sampai dua belas orang khalifah memerintah yang kesemuanya dari Quraisy.
Agama ini akan tetap tegak berdiri dengan kepemimpinan dua belas orang khalifah, sebagaimana yang telah dijelaskan oleh riwayat-riwayat sebelumnya. Pada saat yang sama terdapat riwayat-riwayat yang menekankan keseiringan Ahlul Bait dengan Kitab Allah. Ini merupakan sebaik-baiknya dalil yang menunjukkan bahwa yang dimaksud dengan “dua belas orang khalifah” itu adalah para Imam dari kalangan Ahlul Bait.
Al-Qanduzi al-Hanafi sendiri telah menukilnya di dalam kitabnya Yanabi’ al-Mawaddah. Pada mawaddah kesepuluh dari kitab Mawaddah al-Qurba, bagi Sayyid Ali al-Hamadani —semoga Allah SWT mensucikan jalannya dan mencurahkan keberkahannya kepada kita— disebut-kan, “Dari Abdul Malik bin ‘Umair, dari Jabir bin Samrah yang ber-kata, ‘Saya pernah bersama ayah saya berada di sisi Rasulullah saw, dan ketika itu Rasulullah saw bersabda, ‘Sepeninggalku akan ada dua belas orang khalifah.’ Kemudian Rasulullah saw menyamarkan suar-anya. Lalu saya bertanya kepada ayah saya, ‘Perkataan apa yang disamarkan olehnya?’ Ayah saya menjawab, ‘Rasulullah saw berkata, ‘Semua berasal dari Bani Hasyim.”
Bahkan Al-Qanduzi meriwayatkan banyak hadis lain yang lebih jelas dari hadis-hadis di atas. Al-Qanduzi telah meriwayat dari ‘Abayah bin Rab’i, dari Jabir yang mengatakan, “Rasulullah saw telah bersabda, ‘Saya adalah penghulu para nabi dan Ali adalah penghulu para washi, dan sesungguhnya para washi sepeninggalku berjumlah dua belas orang. Yang pertama dari mereka adalah Ali, dan yang terakhir dari mereka adalah al-Qa’im al-Mahdi.”‘
hadis Tsaqalain maka kelihatan jelas bahwa 12 Imam adalalah dari Ithrahti Ahlulbait.
Ulama terkenal Al-Dhahabi mengatakan dalam bukunya Tadzkirat al-Huffaz , jilid 4, halaman 298, dan Ibn Hajar al-‘Asqalani menyatakan dalam al-Durar al-Kaminah, jilid 1, hal. 67 bahwa Sadruddin Ibrahim bin Muhammad bin al-Hamawayh al-Juwayni al-Shafi’i (disingkat Al-Juwayni) adalah seorang ahli Hadis yang mumpuni. Al-Juwayni menyampaikan dari Abdullah bin Abbas (ra) bahwa Nabi (sawa) mengatakan,”Saya adalah penghulu para Nabi dan Ali bin Abi Thalib adalah pemimpin para penerus, dan sesudah saya akan ada dua belas penerus. Yang pertama adalah Ali bin Abi Thalib dan yang terakhir adalah Al-Mahdi.”
Al-Juwayni juga meriwayatkan dari Ibnu Abbas (r) bahwa Rasulullah (sawa) berkata: ”Sudah pasti bahwa wakil-wakilku dan Bukti Allah bagi makhluk sesudahku ada dua belas. Yang pertama di antara mereka adalah saudaraku dan yang terakhir adalah anak (cucu) ku.” Orang bertanya: “Wahai Rasulullah, siapakah saudaramu itu?”. Beliau menjawab: “Ali bin Abi Thalib.” Lalu beliau ditanyai lagi: “ Dan siapakan anak (cucu) mu itu?” Nabi yang suci (sawa) menjawab: ”Al-Mahdi. Dia akan mengisi bumi dengan keadilan dan persamaan ketika ia (bumi) dipenuhi ketidakadilan dan tirani. Dan demi Yang Mengangkatku sebagai pemberi peringatan dan memberiku kabar gembira, meski seandainya masa berputarnya dunia ini tinggal sehari saja, Allah SWT akan memperpanjang hari itu sampai diutusnya (anakku) Mahdi, kemudian ia akan disusul Ruhullah Isa bin Maryam (a.s.) yang turun ke bumi dan berdoa di belakangnya (Mahdi). Dunia akan diterangi oleh sinarnya, dan kekuatannya akan mencapai hingga ke timur dan ke barat.”
Al-Juwayni juga meriwayatkan bahwa Rasulullah (saw) mengatakan: ”Aku dan Ali dan Hasan dan Husain dan sembilan anak cucu Husain adalah yang disucikan (dari dosa) dan dalam kebenaran.” [Al-Juwayni, Fara’id al-Simtayn, Mu’assassat al-Mahmudi li-Taba’ah, Beirut 1978, p. 160].
Sekaitan dengan ayat di atas, Jabir bin Abdillah bertanya, “Ya Rasulullah, Siapa kah orang-orang yang wajib ditaati seperti yang diisyaratkan dalam ayat ini?”
Rasulullah saw menjawab, “Yang wajib ditaati adalah para khalifahku wahai Jabir, yaitu para imam kaum muslimin sepeninggalku nanti. Imam pertama mereka adalah Ali bin Abi Thalib, kemudian Hasan, kemudian Husein, kemudian Ali bin Husein, kemudian Muhammad bin Ali yang telah dikenal di dalam kitab Taurat dengan nama “Al-Baqir” dan engkau akan berjumpa dengannya wahai Jabir. Apabila engkau nanti berjumpa dengannya, maka sampaikanlah salamku kepadanya. Kemudian setelah itu As-Shadiq Ja’far bin Muhammad, kemudian Musa bin Ja’far, kemudian Ali bin Musa, kemudian Muhammad bin Ali, kemudian Ali bin Muhammad, kemudian Hasan bin Ali, kemudian yang terakhir ialah Al-Mahdi bin Hasan bin Ali sebagai Hujjatullah di muka bumi ini dan Khalifatullah yang terakhir. (Rujuk ke Ghayah al-Maram, jilid 10, hal. 267, Itsbat al-Hudat, jilid 3/123 dan Yanabi’ al-Mawaddah, hal. 494, 443-Qundusi al hanafi).
Seorang ulama Ahlusunah terkemuka bernama Al-Juwaini menukil sebuah riwayat, “Ketika ayat tersebut turun, Abu Bakar dan Umar berkata, ‘Ya Rasul Allah, apakah kepemimpinan ini dikhususkan untuk Ali?’
Rasul menjawab, ‘Ya, wilayah (kepemimipinan) ini diturunkan untuknya dan untuk para washi-ku sampai Hari Kiamat.’.
Lalu kedua orang itu berkata lagi, ‘Ya Rasul Allah, jelaskanlah kepada kami siapa sajakah mereka itu?’
Beliau menjawab, ‘Mereka itu adalah Ali, ia adalah saudaraku, wazirku, pewarisku, washiku dan khalifahku bagi umatku, dan dialah wali (pemimpin) setiap mukmin sepeninggalku, kemudian setelahnya adalah cucuku Al-Hasan, kemudian cucuku Al-Husein dan kemudian sembilan orang dari putra-putra keturunan Al-Husein secara berurutan. Al-Qur’an senantiasa bersama mereka, sebagaimana mereka selalu bersama Al-Qur’an, keduanya itu tidak akan pernah berpisah hingga mereka menjumpaiku di telaga Surga.”[ Ghayatul Maram, bab 58, hadis ke-4].
Keyakinan Itsna Asyariyyah
Syariah dalam Itsna Asyariyyah
Para pengikut ajaran Syi'ah Itsna Asyariyyah mendasarkan hukum mereka (Syariah) pada al-Qur'an dan Sunnah Rasul. Perbedaan antara hukum syariah Sunni dan Syiah terletak pada keyakinan bahwa Nabi Muhammad memberikan Ali ra. sebagai pemimpin pertama setelah Nabi Muhammad saw. Lebih lanjut, menurut pengikut Syi'ah Itsna Asyariyyah, bahwa Imam atau pemimpin umat tidaklah dapat dipilih oleh manusia secara demokrasi (pemilu). Imam adalah jabatan langsung dari Allah swt. Sedangkan pengikut Sunni percaya bahwa pemimpin umat dipilih dengan pemilu dan yang memiliki suara terbanyaklah yang menjadi pemimpin (khalifah). Perbedaan inilah yang membuat Syi'ah dan Sunni menjadi terpecah. Berikut ini adalah perbedaan lain dalam masalah Syari'ah antara Syi'ah dan Sunni:- Mengambil hadits dari Nabi Muhammad saw. dan para Ahlul Bait[1].
- Tidak mengambil hadits dan contoh yang diriwayatkan oleh Abu Bakar, Umar dan Usman (Mereka bertiga adalah khulafaur rasyidin sebelum Ali ra.)
- Memberikan status ma'shum (bebas dari kesalahan) kepada para Imam dan mengikuti contoh dan ajaran mereka.
Doktrin utama
Dalam ajaran Islam aliran Syi'ah Itsna Asyariyyah, terdapat 10 rukun islam, mencakup 5 rukun Sunni, Sunni = 5 rukun, tapi mereka memiliki 5 Ushuluddin (rukun iman versi Sunni)[2]. Berikut ini adalah keyakinan-keyakinan para pengikut Itsna Asyariyyah dalam dua hal yaitu Ushuluddin (prinsip keyakinan) dan Furu' ad-Din (prinsip keagamaan) :Prinsip keimanan Itsna Asyariyyah
Aliran Itsna Asyariyyah tidak membolehkan taklid (keyakinan yang buta), tapi setiap mereka yang sudah mukallaf harus mengetahui keyakinan yang sudah ditentukan:- Masalah ketauhidan: Para pengikut Itsna Asyariyyah meyakini bahwa Allah-lah pencipta, menciptakan Adam langsung dengan tangan-Nya, kemudian menghidupkannya, memberinya rizki dan mematikannya. Juga memberi manusia sakit dan ujian, semua atas kekuasaan-Nya (QS Yasin:82). Mereka juga percaya bahwa Allah Maha Kuasa, Allah Maha Esa, Allah tidak terlihat dan tidak tergambar secara lahiriah oleh manusia. Secara tauhid, mereka sama dengan umat Islam pada umumnya.[3][4]
- Masalah keadilan: Para pengikut Itsna Asyariyyah meyakini bahwa Allah tidak menganiaya satupun dari hamba-Nya, dan setiap hamba-Nya diberikan rizki sesuai yang dibutuhkannya.
- Masalah kenabian: Para pengikut Itsna Asyariyyah meyakini bahwa rasul terakhir umat Islam adalah Rasulullah Muhammad saw. dan mengikuti ajaran Nabi Muhammad saw. adalah wajib, seperti yang tercantum di Al-Qur'an (QS Ali 'Imran:85)
- Masalah imamah: Pengikut islam Syi'ah termasuk cabang Itsna Asyariyyah (Syiah Imamiyah) mempercayai bahwa ada sistem kepemimpinan yang disebut imamah yang berasal dari Nabi Muhammad. Imam sendiri bertugas untuk memimpin umat Islam dengan petunjuk dari Allah swt. Dan dalam prinsip ajaran Syi'ah disebutkan bahwa sesungguhnya Allah tidak akan membiarkan umat Islam tanpa pemimpin. Mereka mempercayai bahwa Imam ma'shum (bebas dari dosa) dan jabatan Imam adalah langsung dari ilham yang didatangkan oleh Allah. Setiap Imam akan berwasiat kepada Imam selanjutnya.
- Masalah Kebangkitan: Bahwa Allah menghidupkan manusia untuk beramal. Mereka yang beramal baik akan diberikan ganjaran untuk masuk ke surga selamanya, sedangkan yang beramal buruk akan dimasukkan ke neraka selamanya.
Daftar Imam
Nomor | Penggambaran (Kaligrafi) Modern | Nama (Panjang/Panggilan) |
Gelar (Bahasa Arab/Bahasa Turki)[5] |
Lahir–Wafat (M/H) |
Kepetingan | Tempat lahir | Tempat wafat dan makam |
---|---|---|---|---|---|---|---|
1 | Ali bin Abi Thalib علي بن أبي طالب Abu al-Hassan أبو الحسن |
Amir al-Mu'minin (Pemimpin orang beriman)[6] Birinci Ali[7] |
600–661[6]
23–40[8] |
Imam pertama dan pengganti yang berhak atas kekuasaan Nabi Muhammad saw. Bagaimanapun, para pengikut Sunni menganggap Ali ra. sebagai khalifah ke-empat dalam Khulafaur Rasyidin. Ali ra. menempati posisi tertinggi hampir di semua tarekat Sufi.[6] | Makkah, Arab Saudi[6] | Dibunuh oleh Abdurrahman bin Muljam, seorang Khawarij di Kufah, Irak. Imam Ali ra. kepalanya ditebas dengan pedang beracun disaat memimpin shalat subuh.[6][9] Dimakamkan di Masjid Imam Ali, Najaf, Irak | |
2 | | | Hasan bin Ali الحسن بن علي Abu Muhammad أبو محمد |
al-Mujtaba
Ikinci Ali[7] |
624–680[10]
3–50[11] |
Hasan bin Ali adalah cucu tertua Nabi Muhammad lewat Fatimah az-Zahra. Hasan menggantikan kekuasaan ayahnya sebagai khalifah di Kufah. Berdasarkan perjanjian dengan Muawiyah I, Hasan kemudian melepaskan kekuasaannya atas Irak.[12] | Madinah, Arab Saudi[10] | Diracuni oleh istrinya di Madinah, Arab Saudi atas perintah dari Muawiyah I.[13] Dimakamkan di Pemakaman Baqi. |
3 | Husain bin Ali الحسین بن علي Abu Abdillah أبو عبدالله |
Sayyid al-Shuhada
Ūçüncü Ali[7] |
626–680[14]
4–61[15] |
Husain adalah cucu dari Nabi Muhammad saw. yang dibunuh ketika dalam perjalanan ke Kufah di Karbala. Husain dibunuh karena menentang Yazid bin Muawiyah. Insiden terbunuhnya Husain di Karbala sampai sekarang menjadi ritual utama dalam Syi'ah.[14][16] | Madinah, Arab Saudi[14] | Syahid di Karbala.[14] Dimakamkan di Makam Imam Husain di Karbala, Irak | |
4 | Ali bin Husain علي بن الحسین Abu Muhammad أبو محمد |
as-Sajjad, Zainul Abidin
[17] Dorduncu Ali[7] |
658-9[17] – 712[18]
38[17]–95[18] |
Pengarang buku Shahifah as-Sajadiyyah yang merupakan buku penting dalam ajaran Syi'ah [18] | Madinah, Arab Saudi[17] | Menurut kebanyakan ilmuwan Syi'ah, Ali bin Husain diyakini wafat karena diracuni oleh orang suruhan Khalifah al-Walid di Madinah, Arab Saudi[18] Dimakamkan di Pemakaman Baqi. | |
5 | Muhammad al-Baqir محمد بن علي Abu Ja'far أبو جعفر |
al-Baqirul Ulum (dia yang membagikan ilmu) [19] Besinci Ali[7] |
677–732[19]
57–114[19] |
Sumber dari Sunni dan Syi'ah menyebutkan bahwa Muhammad al-Baqir adalah salah satu pakar fiqih yang memiliki banyak murid pada zamannya.[19][20] | Madinah, Arab Saudi[19] | Menurut sejumlah ilmuwan Syi'ah, diyakini bahwa Muhammad al-Baqir diracuni oleh Ibrahim bin Walid di Madinah, Arab Saudi, atas perintah Khalifah Hisyam bin Abdul Malik.[18]. Dimakamkan di Pemakaman Baqi. | |
6 | Ja'far ash-Shadiq جعفر بن محمد Abu Abdillah أبو عبدالله |
ash-Shadiq[21]
(dia yang jujur) Altinci Ali[7] |
702–765[21]
83–148 [21] |
Dia mendirikan ajaran Ja'fariyyah dan mengembangkan ajaran Syi'ah. Ia mengajari banyak murid dalam berbagai bidang, di antaranya Imam Abu Hanifah dalam fiqih, dan Jabar Ibnu Hayyan dalam alkimia[21][22][23] | Madinah, Arab Saudi[21] | Menurut sumber-sumber Syi'ah, dia diracuni atas perintah Khalifah al-Mansur di Madinah, Arab Saudi[21]. Dimakamkan di Pemakaman Baqi. | |
7 | Musa al-Kadzim موسی بن جعفر Abu al-Hassan I أبو الحسن الاول [24] |
al-Kadzim[25]
Yedinci Ali[7] |
744–799[25]
128–183[25] |
Pemimpin umat Islam Syi'ah pada saat terjadi perpecahan antara pengikut Ismailiyyah dan pengikut lainnya setelah kematian Ja'far ash-Shadiq[26] Dia membuat sistem pengumpulan ghanimah di daerah Timur Tengah dan Khurasan[27] | Madinah, Arab Saudi[25] | Dipenjara dan diracuni oleh Harun ar-Rashid di Baghdad, Irak. Dimakamkan di Baghdad, Irak.[25] | |
8 | Ali ar-Ridha علي بن موسی Abu al-Hassan II أبو الحسن الثانی[24] |
al-Ridha, Reza[28]
Sekizinci Ali[7] |
765–817[28]
148–203[28] |
Sebagai putra mahkota oleh Khalifah al-Ma'mun, dan mempelopori diskusi antar-agama.[28] | Madinah, Arab Saudi[28] | Menurut sumber Syi'ah, dia diracuni oleh Khalifah al-Ma'mun di Mashhad, Iran. Dimakamkan di Makam Imam Reza, Mashhad, Iran[28] | |
9 | Muhammad al-Jawad محمد بن علي Abu Ja'far أبو جعفر |
al-Taqi, al-Jawwad[29]
Dokuzuncu Ali[7] |
810–835[29]
195–220[29] |
Dikenal dengan kebaikannya terhadap mereka yang teraniaya pada masa Kekhalifahan Abbasiyah. | Madinah, Arab Saudi[29] | Diracuni oleh istrinya, anak dari al-Ma'mun di Baghdad, Irak atas perintah Khalifah al-Mu'tashim. Dimakamkan di Makam Kazmain di Baghdad.[29] | |
10 | Ali al-Hadi علي بن محمد Abu al-Hassan III أبو الحسن الثالث[30] |
al-Hadi, al-Naqi[30]
Onuncu Ali[7] |
827–868[30]
212–254[30] |
Menguatkan jaringan Wali di komunitas Syi'ah. Ali al-Hadi memberikan mereka instruksi, di antaranya untuk membimbing umat dalam beragama dan mengumpulkan seperlima harta ghanimah.[30] | Surayya, sebuah desa dekat Madinah, Arab Saudi[30] | Menurut sumber Syi'ah, dia diracuni di Samarra atas perintah Khalifah al-Mu'tazz.[31] Dimakamkan di Masjid Al-Askari di Samarra, Irak. | |
11 | Hasan al-Asykari الحسن بن علي Abu Muhammad أبو محمد |
al-Asykari[32]
Onbirinci Ali[7] |
846–874[32]
232–260[32] |
Pada masanya, umat Syi'ah ditekan dan dibatasi luar biasa oleh Kekhalifahan Abbasiyah dibawah tangan al-Mu'tamid[33] | Madinah, Arab Saudi[32] | Menurut sumber Syi'ah, dia diracuni di Samarra, Irak atas perintah Khalifah al-Mu'tamid. Ia dimakamkan di Masjid Al-Askari, Samarra[34] | |
12 | Mahdi محمد بن الحسن Abu al-Qasim أبو القاسم |
al-Mahdi, Imam Tersembunyi, al-Hujjah [35]
Onikinci Ali[7] |
868–tidak diketahui[36]
255–tidak diketahui[36] |
Menurut doktrin Itsna Asyariyyah, dia adalah imam saat ini dan dialah Imam Mahdi yang dijanjikan.[37] | Samarra, Irak[36] | Menurut keyakinan Syi'ah, dia sekarang berada di dalam persembunyian dan akan muncul selama Allah mengizinkannya.[36] |
Peran Imam Mahdi
Pada hari akhir, kaum Syi'ah Itsna Asyariyyah meyakini bahwa Imam al-Mahdi, Imam terakhir dari Imam Duabelas, akan menyelamatkan umat manusia dari kezaliman dan akan membangun suatu pemerintahan Islam. Kaum Istana Asyariyyah meyakini bahwa Imam Mahdi disembunyikan oleh Allah swt. dan kemudian akan keluar untuk memberantas kelaliman dan menegakkan kebenaran dan keadilan bersama Nabi Isa as. sebelum tibanya Hari Akhir. tapi itu belum pasti karena tidak ada yang mendukung turunnya Nabi Isa as pada akhir zamanSyi'ah aliran lain, seperti Zaidiyyah, Ismailiyyah atau Bahraiyyah, berbeda dalam hal pergantian Imam dan nama-namanya, juga tidak menganggap bahwa Imam ke-12 (Muhammad bin Hasan) adalah Imam al-Mahdi.
Hadits dalam Itsna Asyariyyah
- Hadits dalam Syi'ah: dimana hadits adalah perkataan dan tindakan dari al-Ma'shum (Nabi Muhammad, ahlul bait dan Imam). Hadits ini akan diteliti dengan shahih atau dengan interview dengan sang perawi. Hadits ini akan melewati banyak perawi yang di antaranya adalah sahabat dari al-Ma'shum (Nabi Muhammad, ahlul bait dan Imam) dan sampai akhirnya akan tiba di al-Ma'shum tersebut (Nabi Muhammad, ahlul bait dan Imam)[38] .
- Ilmu dariyah dalam Itsna Asyariyyah: yaitu ilmu untuk mencari gejala hadits dalam kondisi darurat dalam hal bagaimana matan dan sanad menyampaikan hadits[39].
- Hadits dalam satu jalur: karena hadits merupakan hasil adaptasi untuk mempertahankan dan menyampaikan sebuah cerita atau perkataan dari al-Ma'shum (Nabi Muhammad, ahlul bait dan Imam), maka ada satu orang yang akan menyampaikan banyak hadist dalam satu jalur dan kemudian akan diteruskan ke setiap orang, seperti yang telah ditulis dan diikuti dalam ilmu Ushul Fiqih, bahwa kebenaran hadist dari al-Ma'shum (Nabi Muhammad, ahlul bait dan Imam) belum tentu benar adanya jika disampaikan dalam banyak jalur.
- Ilmu rijal : Ilmu yang ditujukan untuk menguji ilmu dan keadaan para perawi saat menyampaikan hadits untuk mengetahui dan mengidentifikasi sebuah hadits sebagai shahih atau tidak shahih.[40]
- Sifat perawi yang riwayatnya dan kualifikasinya diterima:
- Beragama Islam: Tidak akan diterima riwayat hadits dari perawi kafir, sebelum sang perawi kafir tersebut mengucapkan syahadat secara sungguh-sungguh.
- Mempunyai akal yang logis (tidak gila): Tidak diterima hadits yang disampaikan oleh orang gila
- Baligh (cukup umur untuk menyampaikan hadits): Tidak diterima hadits dari seorang anak kecil sebelum dia mumayyiz (dewasa)
- Beriman
- Adil: Sang perawi harus bisa mempertahankan haditsnya dalam kebenaran dan tidak berlebihan dalam meriwayatkan hadits.
Penulis Kitab | Tahun lahir dan wafat | Jumlah hadits | Keterangan | |
---|---|---|---|---|
Al-Kafi | Hadits-hadits dalam kitab dikumpulkan oleh Syaikh Abu Ja'far Muhammad bin Ya'qub al-Kulaini ar-Razi. Ia adalah cendekiawan Islam yang sangat menguasai ilmu hadits. | Wafat tahun 329 Hijriah | Terdapat sekitar 16000 hadits yang berada dalam kitab al-Kafi, dan merupakan jumlah terbanyak yang berhasil dikumpulkan. | Kitab Syi'ah yang terbaik |
Man la yahdarul fiqh Untuk orang yang tidak memperhatikan fiqih |
Ditulis oleh Syaikh Abu Ja'far Muhammad bin Ali bin Husein | Lahir tahun 305 Hijriah dan wafat tahun 381 Hijriah | Terdapat sekitar 6000 hadits tentang Syariah | |
Tazhibul Ahkam | Ditulis oleh Syaikh Abu Ja'far Muhammad bin Hasan al-Tusi | Lahir di Khurasan tahun 385 Hijriah, dan wafat pada tahun 460 Hijriah | Terdapat sekitar 13590 Hadits dalam kitab ini. | |
Al-Istibshar fima Ikhtilaf minal Akhbar | Ditulis oleh Syakih Abu Ja'far Muhammad bin Hasan al-Tusi | Lahir di Khurasan tahun 385 Hijriah, dan wafat pada tahun 460 Hijriah | Terkumpul sekitar 5511 hadits dalam kitab ini. | |
Al-Majmu' | Al-Kulani, al-Qami dan at-Tusi | Wafat pada tahun 329-381-460 | Total hadits sekitar 41101 hadits (kompilasi dari empat buku tersebut di atas) |
Tempat suci dan bersejarah Itsna Asyariyyah
Setiap muslim, baik Sunni maupun Syi'ah, memiliki tempat-tempat suci. Di antara tempat suci tersebut adalah tiga masjid suci yaitu Masjidil Haram di Mekkah, Masjid Nabawi di Madinah, dan Masjidil Aqsa di Yerusalem. Selain tiga tempat tersebut, Syi'ah juga memiliki beberapa tempat suci yang kebanyakan di antaranya adalah makam-makam para Imam. Berikut tempat-tempat suci Syi'ah:- Makam Imam Ali - Najaf, Irak
- Makam Imam Husein - Karbala, Irak
- Makam Imam Ali Ridha - Mashhad, Iran
- Makam Imam Ali Hadi dan Askari - Samarra, Irak
- Makam Fatimah al-Ma'sumah (Fatimah az-Zahra) - Qum, Iran
Daerah penyebaran
Fokus daerah penyebaran ajaran Syi'ah aliran Itsna Asyariyyah berada di Iran, Irak, Azerbaijan, dan Bahrain. Daerah-daerah ini merupakan penyumbang terbesar pengikut ajaran Syi'ah Itsna Asyariyyah. Daerah lain yang juga terdapat banyak pengikut Syi'ah Itsna Asyariyyah berada di wilayah Teluk Persia dan di Lebanon. Pengikut Syi'ah juga terdapat di Arab Saudi, yang notabene penduduk Arab Saudi beraliran Sunni Wahabi. Pengikut Syi'ah Itsna Asyariyyah di Arab Saudi terpusat di beberapa kota seperti Qatif, Madinah dan di Al-Hasa'. Selain itu, pengikut Syi'ah Itsna Asyariyyah juga dapat ditemui di Muskat, Oman dan di negara-negara yang terdapat di Asia Selatan.Jumlah pengikut
Menurut Ensiklopedia Britannica, terdapat 60-80 juta (40 juta di antaranya adalah pengikut Syi'ah Itsna Asyariyyah) pengikut Syi'ah di seluruh dunia. Sedangkan menurut Ensiklopedia Kristen Internasional, diyakini bahwa jumlah pengikut Syi'ah adalah 135 juta di seluruh dunia.Berikut ini adalah detail dari jumlah pengikut Syi'ah berdasarkan negara asal, menurut 2008 World Factbook:
- Iran dengan jumlah sebanyak 58 juta pengikut Syi'ah
- Irak dengan jumlah sebanyak 17-18 pengikut Syi'ah.
- Afganistan dengan jumlah sebanyak 6 juta pengikut Syi'ah.
- Azerbaijan dengan jumlah sebanyak 5 juta pengikut Syi'ah.
- Kuwait dengan jumlah sebanyak 400 ribu pengikut Syi'ah.
- Bahrain dengan jumlah sebanyak 400 ribu pengikut Syi'ah.
- Lebanon dengan jumlah sebanyak 1.2 juta pengikut Syi'ah.
- Arab Saudi dengan jumlah sebanyak 1.5 sampai 2 juta pengikut Syi'ah.
- Pakistan dengan jumlah sebanyak 33 juta pengikut Syi'ah.
- India dengan jumlah sebanyak 30 juta pengikut Syi'ah.
- Tajikistan dengan jumlah sebanyak 306 ribu pengikut Syi'ah
- Turkmenistan dengan jumlah sebanyak 185 ribu pengikut Syi'ah.
- Uzbekistan dengan jumlah sebanyak 1.4 juta pengikut Syi'ah.
- Kirgizstan dengan jumlah sebanyak 117 ribu pengikut Syi'ah.
- Kazakhstan dengan jumlah sebanyak 355 ribu pengikut Syi'ah.
- Rusia dengan jumlah sebanyak 1.2 juta pengikut Syi'ah.
Referensi
- ^ Imam Muslim (translated by Aftab Shahryar) (2004). Sahih Muslim Abridged. Islamic Book Service. ISBN 81-7231-592-9.
- ^ http://www.albayyinat.net/jwb5ta.html
- ^ نهجنا في الحياة من المهم إلى الممات للميرزا حسن ال عصفور
- ^ عقائد الإمامية لمحمد جواد مغنية
- ^ Gelar Imam dalam bahasa Arab digunakan karena bahasa Arab adalah bahasa liturgi dalam agama Islam Syi'ah sedangkan gelar dalam bahasa Turki berasal dari pengikut ajaran Alawiyyah Encyclopedia of the Modern Middle East and North Africa. Gale Group. 2004. ISBN 978-0-02-865769-1.
- ^ a b c d e Nasr, Seyyed Hossein. "Ali". Encyclopedia Britannica Online. Diakses 2007-10-12.
- ^ a b c d e f g h i j k l Encyclopedia of the Modern Middle East and North Africa. Gale Group. 2004. ISBN 978-0-02-865769-1.
- ^ Tabatabae (1979), pp.190-192
- ^ Tabatabae (1979), p.192
- ^ a b "Hasan". Encyclopedia Britannica Online. Diakses 2007-11-08.
- ^ Tabatabae (1979), pp.194-195
- ^ Madelung, Wilferd. "Hasan ibn Ali". Encyclopedia Iranica. Diakses 2008-03-23.
- ^ Tabatabae (1979), p.195
- ^ a b c d "al-Husayn". Encyclopedia Britannica Online. Diakses 2007-11-08.
- ^ Tabatabae (1979), pp.196-199
- ^ Calmard, Jean. "Husayn ibn Ali". Encyclopedia Iranica. Diakses 2008-03-23.
- ^ a b c d Madelung, Wilferd. "'ALÈ B. AL-HUOSAYN". Encyclopedia Iranica. Diakses 2007-11-08.
- ^ a b c d e Tabatabae (1979), p.202
- ^ a b c d e Madelung, Wilferd. "AL-BAQER, ABU JAFAR MOHAMMAD". Encyclopedia Iranica. Diakses 2007-11-08.
- ^ Tabatabae (1979), p.203
- ^ a b c d e f Tabatabae (1979), p.203-204
- ^ Reseach Committee of Strasburg University, Imam Jafar Ibn Muhammad As-Sadiq A.S. The Great Muslim Scientist and Philosopher, translated by Kaukab Ali Mirza, 2000. Willowdale Ont. ISBN 0-9699490-1-4.
- ^ "Wasil ibn Ata". Encyclopedia Britannica Online. Diakses 2007-11-08.
- ^ a b Madelung, Wilferd. "'ALÈ AL-HAÚDÈ". Encyclopedia Iranica. Diakses 2007-11-09.
- ^ a b c d e Tabatabae (1979), p.205
- ^ Tabatabae (1979) p. 78
- ^ Sachedina (1988), pp.53-54
- ^ a b c d e f Tabatabae (1979), pp.205-207
- ^ a b c d e Tabatabae (1979), p. 207
- ^ a b c d e f Madelung, Wilferd. "'ALÈ AL-HAÚDÈ". Encyclopedia Iranica. Diakses 2007-11-08.
- ^ Tabatabae (1979), pp.208-209
- ^ a b c d Halm, H. "'ASKARÈ". Encyclopedia Iranica. Diakses 2007-11-08.
- ^ Tabatabae (1979) pp. 209-210
- ^ Tabatabae (1979), pp.209-210
- ^ "Muhammad al-Mahdi al-Hujjah". Encyclopedia Britannica Online. Diakses 2007-11-08.
- ^ a b c d Tabatabae (1979), pp.210-211
- ^ Tabatabae (1979), pp. 211-214
- ^ العلامة المُحقق آية الله الشيخ جعفر السبحاني : أصول الحديث وأحكامه : 19
- ^ العلامة الدكتور الشيخ عبد الهادي الفضلي : أصول الحديث : 223
- ^ العلامة الدكتور الشيخ عبد الهادي الفضلي : أصول علم الرجال : 11 ، الطبعة الثانية ، سنة : 1416 هجرية ، مؤسسة أم القرى للتحقيق والنشر
- ^ نهجنا في الحياة من المهد إلى الممات للميرزا حسن ال عصفور
Referensi
- Encyclopædia Britannica Online. Encyclopædia Britannica, Inc.
- Encyclopædia Iranica. Center for Iranian Studies, Columbia University. ISBN 1-56859-050-4.
- Martin, Richard C. Encyclopaedia of Islam and the Muslim world; vol.1. MacMillan. ISBN 0-02-865604-0.
- Encyclopedia of the Modern Middle East and North Africa. Gale Group. 2004. ISBN 978-0-02-865769-1.
- Corbin, Henry (1993 (original French 1964)). History of Islamic Philosophy, Translated by Liadain Sherrard, Philip Sherrard. London; Kegan Paul International in association with Islamic Publications for The Institute of Ismaili Studies. ISBN 0-7103-0416-1.
- Momen, Moojan (1985). An Introduction to Shi`i Islam: The History and Doctrines of Twelve. Yale University Press. ISBN 0-300-03531-4.
- Sachedina, Abdulaziz Abdulhussein (1988). The Just Ruler (al-sultān Al-ʻādil) in Shīʻite Islam: The Comprehensive Authority of the Jurist in Imamite Jurisprudence. Oxford University Press US. ISBN 0-19-511915-0.
- Tabatabae, Sayyid Mohammad Hosayn; Seyyed Hossein Nasr (translator) (1979). Shi'ite Islam. SUNY press. ISBN 0-87395-272-3. Unknown parameter
|coauthors=
ignored (help)
Nabi SAW “Menyebutkan Nama Nama 12 Imam
ahlul Bait bahkan Nabi SAW Menyebutkan Ghaibnya Imam Mahdi
Lama Sekali“”…Para khalifah sepeninggal Rasulullah saw itu berjumlah
dua belas orang khalifah, yang kesemuanya berasal dari Bani Hasyim…
Hadis Hadis ( yang Hak pun ) banyak tidak bisa disampaikan Sunni
karena tertekan penguasa waktu itu.. Maka secara logika kira kira dari
kedua mazhab tersebut mana kira kira yang akan kita pakai sebagai
pegangan menghadap Allah ?
.
Riwayat-Riwayat Dari Ahli Sunnah Berkenaan Dengan Ke-Imamahan 12 Orang Imam Tepat sekali kalau pada kajian ini kita bawakan riwayat- riwayat tentang ke-Imamahan para Imam 12 yang termuat dalam kitab-kitab standar Ahli Sunnah, riwayat- riwayat tersebut diantaranya:
Bukhari menukil dari Jabir bin Samarah:”Aku mendengar rasul bersabda:”setelahku 12 orang pemimpin akan datang.” Saat itu beliau melanjutkan ucapannya yang tak terdengar olehku kemudian ayahku berkata bahwa keseluruhan imam tersebut semuanya dari bangsa Quraisy.” [Sahih Bukhari, jild 9, bab Istikhlaf, halaman 81].
dari Jabir bin Samurah, ia berkata, “Saya masuk bersama ayah saya kepada Nabi SAW. maka saya mendengar beliau berkata, ‘Sesungguhnya urusan ini tidak akan habis sampai melewati dua belas khalifah.’ Jabir berkata, ‘Kemudian beliau berbicara dengan suara pelan. Maka saya bertanya kepada ayah saya, ‘Apakah yang dikatakannya?’ Ia berkata, ‘Semuanya dari suku Quraisy.’ Dalam riwayat yang lain disebutkan, ‘Urusan manusia akan tetap berjalan selama dimpimpin oleh dua belas orang.’ Dalam satu riwayat disebutkan. ‘Agama ini akan senantiasa jaya dan terlindungi sampai dua belas khalifah. (H.R.Shahih Muslim, kitab “kepemimpinan”, bab”manusia pengikut bagi Quraisy dan khalifah dalam kelompok Quraisy”).
Muslim juga menukil dari Jabir bin samarah:”aku mendengar rasul SAWW bersabda:”Islam akan memiliki pemimpin sampai 12 orang. Kemudian beliau bersabda yang tak bisa kupahami. Aku bertanya pada ayahku tentang apa yang tidak aku pahami itu, ia berkata:”beliau bersabda semuanya dari kaum Quraisy. [Sahih Muslim, jild 6, kitab Al-Amarah, bab annas taba’un li quraisy, halaman 3].
Muslim dari Jabir juga menukil, ia (Jabir) berkata:”aku dan ayahku berjalan bersama rasul SAWW saat itu beliau bersabda:”agama ini akan memiliki 12 pemimpin, yang kesemuanya dari bangsa Quraisy. [Sahih Muslim, jild 6, kitab Al-Amarah, bab annas taba’un li quraisy, halaman 3].
Muslim juga menukil dari Jabir:”aku mendengar rasul bersabda:”agama Islam akan langgeng sampai hari kiamat nanti, sampai dua belas orang khalifah memerintah yang kesemuanya dari Quraisy.
Agama ini akan tetap tegak berdiri dengan kepemimpinan dua belas orang khalifah, sebagaimana yang telah dijelaskan oleh riwayat-riwayat sebelumnya. Pada saat yang sama terdapat riwayat-riwayat yang menekankan keseiringan Ahlul Bait dengan Kitab Allah. Ini merupakan sebaik-baiknya dalil yang menunjukkan bahwa yang dimaksud dengan “dua belas orang khalifah” itu adalah para Imam dari kalangan Ahlul Bait.
Al-Qanduzi al-Hanafi sendiri telah menukilnya di dalam kitabnya Yanabi’ al-Mawaddah. Pada mawaddah kesepuluh dari kitab Mawaddah al-Qurba, bagi Sayyid Ali al-Hamadani —semoga Allah SWT mensucikan jalannya dan mencurahkan keberkahannya kepada kita— disebut-kan, “Dari Abdul Malik bin ‘Umair, dari Jabir bin Samrah yang ber-kata, ‘Saya pernah bersama ayah saya berada di sisi Rasulullah saw, dan ketika itu Rasulullah saw bersabda, ‘Sepeninggalku akan ada dua belas orang khalifah.’ Kemudian Rasulullah saw menyamarkan suar-anya. Lalu saya bertanya kepada ayah saya, ‘Perkataan apa yang disamarkan olehnya?’ Ayah saya menjawab, ‘Rasulullah saw berkata, ‘Semua berasal dari Bani Hasyim.”
Bahkan Al-Qanduzi meriwayatkan banyak hadis lain yang lebih jelas dari hadis-hadis di atas. Al-Qanduzi telah meriwayat dari ‘Abayah bin Rab’i, dari Jabir yang mengatakan, “Rasulullah saw telah bersabda, ‘Saya adalah penghulu para nabi dan Ali adalah penghulu para washi, dan sesungguhnya para washi sepeninggalku berjumlah dua belas orang. Yang pertama dari mereka adalah Ali, dan yang terakhir dari mereka adalah al-Qa’im al-Mahdi.”‘
hadis Tsaqalain maka kelihatan jelas bahwa 12 Imam adalalah dari Ithrahti Ahlulbait.
Ulama terkenal Al-Dhahabi mengatakan dalam bukunya Tadzkirat al-Huffaz , jilid 4, halaman 298, dan Ibn Hajar al-‘Asqalani menyatakan dalam al-Durar al-Kaminah, jilid 1, hal. 67 bahwa Sadruddin Ibrahim bin Muhammad bin al-Hamawayh al-Juwayni al-Shafi’i (disingkat Al-Juwayni) adalah seorang ahli Hadis yang mumpuni. Al-Juwayni menyampaikan dari Abdullah bin Abbas (ra) bahwa Nabi (sawa) mengatakan,”Saya adalah penghulu para Nabi dan Ali bin Abi Thalib adalah pemimpin para penerus, dan sesudah saya akan ada dua belas penerus. Yang pertama adalah Ali bin Abi Thalib dan yang terakhir adalah Al-Mahdi.”
Al-Juwayni juga meriwayatkan dari Ibnu Abbas (r) bahwa Rasulullah (sawa) berkata: ”Sudah pasti bahwa wakil-wakilku dan Bukti Allah bagi makhluk sesudahku ada dua belas. Yang pertama di antara mereka adalah saudaraku dan yang terakhir adalah anak (cucu) ku.” Orang bertanya: “Wahai Rasulullah, siapakah saudaramu itu?”. Beliau menjawab: “Ali bin Abi Thalib.” Lalu beliau ditanyai lagi: “ Dan siapakan anak (cucu) mu itu?” Nabi yang suci (sawa) menjawab: ”Al-Mahdi. Dia akan mengisi bumi dengan keadilan dan persamaan ketika ia (bumi) dipenuhi ketidakadilan dan tirani. Dan demi Yang Mengangkatku sebagai pemberi peringatan dan memberiku kabar gembira, meski seandainya masa berputarnya dunia ini tinggal sehari saja, Allah SWT akan memperpanjang hari itu sampai diutusnya (anakku) Mahdi, kemudian ia akan disusul Ruhullah Isa bin Maryam (a.s.) yang turun ke bumi dan berdoa di belakangnya (Mahdi). Dunia akan diterangi oleh sinarnya, dan kekuatannya akan mencapai hingga ke timur dan ke barat.”
Al-Juwayni juga meriwayatkan bahwa Rasulullah (saw) mengatakan: ”Aku dan Ali dan Hasan dan Husain dan sembilan anak cucu Husain adalah yang disucikan (dari dosa) dan dalam kebenaran.” [Al-Juwayni, Fara’id al-Simtayn, Mu’assassat al-Mahmudi li-Taba’ah, Beirut 1978, p. 160].
Sekaitan dengan ayat di atas, Jabir bin Abdillah bertanya, “Ya Rasulullah, Siapa kah orang-orang yang wajib ditaati seperti yang diisyaratkan dalam ayat ini?”
Rasulullah saw menjawab, “Yang wajib ditaati adalah para khalifahku wahai Jabir, yaitu para imam kaum muslimin sepeninggalku nanti. Imam pertama mereka adalah Ali bin Abi Thalib, kemudian Hasan, kemudian Husein, kemudian Ali bin Husein, kemudian Muhammad bin Ali yang telah dikenal di dalam kitab Taurat dengan nama “Al-Baqir” dan engkau akan berjumpa dengannya wahai Jabir. Apabila engkau nanti berjumpa dengannya, maka sampaikanlah salamku kepadanya. Kemudian setelah itu As-Shadiq Ja’far bin Muhammad, kemudian Musa bin Ja’far, kemudian Ali bin Musa, kemudian Muhammad bin Ali, kemudian Ali bin Muhammad, kemudian Hasan bin Ali, kemudian yang terakhir ialah Al-Mahdi bin Hasan bin Ali sebagai Hujjatullah di muka bumi ini dan Khalifatullah yang terakhir. (Rujuk ke Ghayah al-Maram, jilid 10, hal. 267, Itsbat al-Hudat, jilid 3/123 dan Yanabi’ al-Mawaddah, hal. 494, 443-Qundusi al hanafi).
Seorang ulama Ahlusunah terkemuka bernama Al-Juwaini menukil sebuah riwayat, “Ketika ayat tersebut turun, Abu Bakar dan Umar berkata, ‘Ya Rasul Allah, apakah kepemimpinan ini dikhususkan untuk Ali?’
Rasul menjawab, ‘Ya, wilayah (kepemimipinan) ini diturunkan untuknya dan untuk para washi-ku sampai Hari Kiamat.’.
Lalu kedua orang itu berkata lagi, ‘Ya Rasul Allah, jelaskanlah kepada kami siapa sajakah mereka itu?’
Beliau menjawab, ‘Mereka itu adalah Ali, ia adalah saudaraku, wazirku, pewarisku, washiku dan khalifahku bagi umatku, dan dialah wali (pemimpin) setiap mukmin sepeninggalku, kemudian setelahnya adalah cucuku Al-Hasan, kemudian cucuku Al-Husein dan kemudian sembilan orang dari putra-putra keturunan Al-Husein secara berurutan. Al-Qur’an senantiasa bersama mereka, sebagaimana mereka selalu bersama Al-Qur’an, keduanya itu tidak akan pernah berpisah hingga mereka menjumpaiku di telaga Surga.”[ Ghayatul Maram, bab 58, hadis ke-4].
0 komentar:
Posting Komentar