SELAMAT DATANG DI AHLUL BAIT NABI SAW

AHLUL BAIT NABI SAW: Media Agama Dan Hati Umat Islam * Media Persatuan dan Kesatuan Sunni Dan Syiah



Sesungguhnya orang-orang yang berbuat kebajikan minum dari gelas (berisi minuman) yang campurannya adalah air kafur. (yaitu) Mata air (dalam surga) yang daripadanya hamba-hamba Allah minum, yang mereka dapat mengalirkannya dengan sebaik-baiknya. Mereka menunaikan nazar dan takut akan suatu hari yang azabnya merata di mana-mana. Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan. “Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih. Sesungguhnya kami takut akan (azab) Tuhan kami pada suatu hari yang (di hari itu) orang-orang bermuka masam penuh kesulitan.” Maka Tuhan memelihara mereka dari kesusahan hari itu, dan memberikan kepada mereka kejernihan (wajah) dan kegembiraan hati.
(QS 76(AL-INSAN):5-11)
Ibnu Abbas berkata : suatu hari di Madinah, putera Fathimah ‘as. Hasan dan Husein, sakit. Rasulullah saw dan sejumlah pengikutnya datang mengunjungi mereka. Mereka menganjurkan kepada suami Fathimah, Hadrat ‘Ali bin Abi Thalib, untuk mengucapkan nazar demi kesembuhan dua puteranya itu. Kemudian ‘Ali, Fathimah dan Fidhdhah (pembantu mereka) bernazar, jika Hasan dan Husein sembuh mereka akan berpuasa selama tiga hari. (menurut riwayat yang sama Hasan dan Husein (salam atas mereka) juga bernazar yang sama).

Tak lama kemudian, kedua putera ‘Ali bin Abi Thalib itu pun sembuh. Maka keluarga tersebut mulai melakukan puasa pada hari pertama. Pada saaat itu, keluarga puteri Rasulullah saw itu berada dalam keadaan amat membutuhkan makanan. Lalu Hadhrat Ali, sang kepala keluarga, membawa sekantung gandum yang diberikan kepada isterinya untuk segera digiling. Fathimah ‘as, menggiling sepertiganya hingga menjadi tepung untuk membuat beberapa potong roti.

Menjelang petang, tatkala mereka tengah mempersiapkan hidangan roti buatan tangan puteri Rasul untuk berbuka puasa, tiba-tiba datang seorang miskin menghampiri pintu rumah mereka dan berkata: “Salam atas kalian wahai keluarga Muhammad. Aku seorang muslim yang kelaparan, berikanlah aku makanan. Semoga Allah membalas kebaikan kalian dengan makanan dari surga.” Seluruh anggota keluarga hadhrat ‘Ali berempati dan mengutamakan si miskin yang meminta tersebut dengan memberikan jatah roti untuk berbuka mereka kepada si miskin yang kelaparan itu. Maka, malam itu mereka berpuasa hanya dengan beberapa teguk air.

Hari berikutnya mereka berpuasa lagi. Namun, seperti yang terjadi pada hari sebelumnya, kini, seorang anak yatim menghampiri pintu rumah mereka. Sekali lagi, mereka memberikan roti hidangan berbuka mereka, hingga tak ada sesuatu yang bisa mengisi perut mereka kecuali air.

Di hari berikutnya, mereka berpuasa untuk hari ketiga. Kali ini, seorang tawanan yang datang menghampiri rumah mereka, dan sekali lagi, mereka memberikan makanan berbuka mereka sebagai sedekah.

Pada hari keempat, ‘Ali bin Abi Thalib ‘as. mengajak kedua puteranya hasan dan Husein, menemui Rasulullah Saw. ketika mengetahui keadaan mereka yang memprihatinkan dengan tubuh gemetar karena lapar, Rasul saw berkata: “Aku sedih melihat kondisi kalian seperti ini”. Kemudian Beliau Saw. berdiri dan ke rumah menantunya sambil membimbing dua cucu kesayangan diikuti oleh ‘Ali ‘as.. Ketika sampai di rumah sang menantu, ‘Ali bin Abi Thalib, Rasulullah Saw. mendapati Fathimah as. sedang shalat. Tampak perut puteri terkasih Rasul itu tertekan ke dalam hingga merapat ke punggungnya, kelopak matanya tampak dalam. Rasulullah Saw. benar-benar terharu. Pada saat itulah Jibril ‘as. datang dan berkata: “Wahai Muhammad, terimalah Surah ini. Allah swt. memberi anda selamat karena mempunyai keluarga seperti ini.” Lalu Jibril ‘as. membacakan kepada Rasul Saw. surah Hal-ata.[1]

Kisah serupa juga dinukil oleh Zamakhsyari dalam Tafsir Al-Kasysyaf-nya[2]. dari  ‘Abdullah bin ‘Abbas juga Syaikh Fadhl bin Hasan Tabarsi dalam Majma’ Al-Bayan-nya.

*****

Referensi :
[1] Al Ghadir, jilid 3, hal. 107-111.; Ihqaq al-Haqq, jilid 3, hal. 157-171. Dikutip dari Tafsir Nurul Qur’an, ‘Allamah Kamal Faqih Imani, Penerbit Al-Huda, 2006, jilid 19, hal 38-39.
[2] Ibnu ‘Asyur menegaskan bahwa mayoritas pembahasan ulama Sunni mengenai tafsir al-Qur’an didasarkan pada tafsir az-Zamakhsyari. Al-Alusi, Abu al-Su’ud, al-Nasafi, dan para mufassir lain merujuk kepada tafsirnya.

(filsafatislam/ABNS)

0 komentar:

Sejarah

ABNS Fatwa - Fatwa

Pembahasan

 
AHLUL BAIT NABI SAW - INFO SEJARAH © 2013. All Rights Reserved. Powered by AHLUL BAIT NABI SAW
Top