* Yang akan kembali pada Hari Kembali adalah manusia yang berindera dan dapat merasakan, dan benar-benar manusia yang sama dengan yang hidup sekarang. Tubuh material di dunia ini lenyap, sirna, fana, dan tersusun. Sedangkan tubuh di dunia lain, untuk penghuni Surga, bercahaya, kekal, suci, hidup secara hakiki, dan tidak pernah rusak, mati, sakit; dan tubuh dari orang kafir di dunia lain mungkin mempunyai gigi geraham sebesar gunung, atau mungkin berbentuk anjing, babi, atau sesuatu yang lain yang meleleh dalam api (neraka) Allah yang dinyalakan, yang (naik) sampai ke hati (QS 104;6-7). Maka kulit-kulit dan organ-organ mereka akan diganti, sebagaimana Firman-Nya :
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami, kelak Kami masukkan mereka ke dalam neraka. Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti kulit mereka dengan kulit yang lain, supaya mereka merasakan azab. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS 4;56).
“ Juga telah diriwayatkan bahwa “ [orang yang terkutuk] dipaksa untuk memanjat suatu jalan yang curam di Neraka untuk tujuh puluh tahun. Setiap kali ia tangannya menyentuh (gunung yang menyala) ini tangannya akan mencair, dan ketika ia mengangkatnya tangannya akan kembali; dan kakinya juga seperti ini: ketika ia menurunkannya ia akan mencair dan ketika ia mengangkatnya ia akan muncul lagi.”
* Apapun yang disaksikan dan dirasakan oleh manusia di dunia lain – baik karunia-karunia Surga, seperti bidadari, istana, taman, pohon, dan sungai-sungai, atau pun hukuman di Neraka – adalah dari hakikat jiwa dan tidak ada satupun yang terpisah dari keberadaan jiwa. Bentuk-bentuk yang disaksikan dan dirasakan ini lebih substansial, lebih mapan, dan lebih permanen dalam realitasnya dibandingkan dengan bentuk-bentuk material, yang senantiasa berubah. Sumber dari semua yang dicapai manusia dan yang dengannya manusia dibalas di dunia lain – apakah itu baik ataupun buruk, Surga atau Neraka – adalah dalam hakikatnya sendiri, yang tidak lain adalah manifestasi dari niatnya, pemikirannya, kepercayaannya, dan perangai wataknya. Sebab-sebab hal-hal bukanlah sesuatu yang terpisah dari keberadaan manusia.
* Tidak seharusnya ada yang bertanya tentang tempat dan posisi dari bentuk-bentuk ini, apakah mereka di dalam dunia ini atau di luarnya, atau apakah mereka di atas batas-batas alam semesta material, antara lapisan-lapisan langit, ataupun di dalam batas-batas dari lapisan-lapisan langit itu sendiri. Karena kehidupan jiwa dalam dunia ini adalah cara keberadaan yang lain, yang tidak mempunyai hubungan dengan semesta fisik dari sisi ruang dan waktu.
* Individu-individu manusia tertentu bisa sedemikian sempurna dalam hakikat sehingga mereka menjadi di antara malaikat al-muqorrobuun (QS 4:172), yang tidak memperhatikan sesuatu selain Ia – bahkan tidak pula kenikmatan-kenikmatan dan berbagai jenis karunia di Surga. Ini sesuai dengan premis dasar ketiga.
(filsafat-islam/ABNS)
0 komentar:
Posting Komentar