SELAMAT DATANG DI AHLUL BAIT NABI SAW

AHLUL BAIT NABI SAW: Media Agama Dan Hati Umat Islam * Media Persatuan dan Kesatuan Sunni Dan Syiah


Suatu hal yang baru bagi saya ternyata salah satu Imam Besar Salafiyin, Syekh al Albani, membela pemikiran Sayyid Quthb, semoga Allah merahmati mereka berdua, ketika Beliau berdialog dengan pengikut Syekh Rabi’ yang sering terlalu keras dalam mentahdzir sesama muslim.

Lihat disini: http://firanda.com/index.php/artikel/manhaj/539-ada-apa-dengan-radio-rodja-rodja-tv-bag-4-manhaj-syaikh-rabi-dalam-timbangan-manhaj-para-ulama-kibar

Dalam dialog itu tersirat pembelaan yang nyata oleh Al Albani bahwa label jahiliy yang dimaksudkan oleh Sayyid Quthb tidak bermakna Takfir. Pelabelan takfir merupakan sikap tasyaddud yang didorong oleh kebencian kepada sesama muslim. Ini merupakan sikap yang adil ketika menghukum orang lain hanya berdasarkan apa yang dia yakini dan ucapkan, bukan berdasarkan penafsiran pribadi terhadap perkataan orang lain.

Karena berapa kali pun saya baca buku Sayyid Quthub saya tidak merasakan roh takfir sebagaimana saya baca tulisan2 jamaah takfir yang menuding kafir dengan lugas ke perorangan ataupun jamaah lain. Kalaupun ada takfir disana maka yang ditakfir adalah sistem kemasyarakatan dan budaya yang bertentangan dengan Islam, bukan mujtamaknya dalam artian orang per orangnya kafir.

Yang saya dapati dari buku2 Sayyid Quthub adalah bagaimana beliau menggambarkan dan menginginkan hakikat mujtamak Islami itu bagaimana. Sayyid Quthub menginginkan kita paham apa2 saja unsur pembentuk masyarakat muslim itu dan apa2 saja syarat2nya. Kalau syarat2 tersebut sengaja ditinggalkan bahkan dimusuhi, maka terancam jatuh kepada masyarakat jahiliah, yaitu masyarakat yang menyalahi batasan2 Islam.

Kalau memang Sayyid Quthb mentakfir masyarakat Islam dimana pun berada, lalu beliau akan shalat jamaah dimana? Berzakat kepada siapa?

Maka ketahuilah bahwa jahiliyah yang dimaksud oleh Sayyid Quthb dan Muhammad Quthb itu adalah segala hal yang bertentangan dan keluar dari ajaran Islam, baik sebelum kedatangan Nabi Muhammad Saw maupun setelahnya. Silahkan baca Jahilyah fil Qarnil ‘Isyrin (Jahiliyah Abad 20) Muhammad Quthb, maka engkau akan paham apa yang mereka maksud dengan jahiliyah.

Berbeda-bedanya tipikal pengikut salafiyin dalam menyampaikan dakwahnya sebenarnya bukan hal baru bagi saya. Dimulai dari berbeda-bedanya sikap senior2 salafi yang ada disini, Minang dan luar Minang, Indonesia dan luar Indonesia. Hingga muncul istilah2 seperti salafi yamani, jihadi sururi, dan lain-lain.  Perkembangan selanjutnya antar kelompok salafi saling membid’ahkan dipimpin oleh masing2 punggawanya (ulamanya). Perdebatan ini bisa kita lihat tersebar di dunia maya. Perpecahan terakhir yang cukup seru bagaimana di Mesir sebagian salafi mendukung kudeta dan sebagian lain menolak kudeta, atau di Indonesia sebagian mendukung densus 88, bahkan menganggap mereka mujtahid masalah teroris, dan sebagian lain mengecam densus.

Namun entah mengapa ketika ada Salafi yang membela pemikiran Ikhwan Muslimin menurut saya menjadi suatu yang luar biasa, hehe. Contohnya ini, Syekh al Albani membela Sayyid Quthb. Apalagi ketika melihat pengkhianatan sebagian salafi (Hizbun Nur Mesir) yang mendukung kudeta di Mesir. Salut melihat banyaknya salafi yang keluar dari barisan politik Hizbun Nur dan bergabung dengan Ikhwan menentang kudeta dan kezaliman. Semoga menjadi awal yang cerah bersatunya barisan kaum muslimin. Seharusnyalah semua kelompok-kelompok pergerakan Islam bersatu dalam ghirah kebangkitan Islam dan memainkan perannya masing2, mulai dari Jama’ah Tarbiyah, Hizbut Tahrir, Jamaah Tablig, Salafi, dst. Saling memaafkan dalam hal yang berbeda dan tolong menolong dalam hal yang disepakati.

Pelajarannya:
1. Sayyid Quthb tidak mentakfir.
2. Nilai orang lain dari apa yang dia katakan, jangan dari prasangka kita terhadapnya.
3. Melabeli orang lain dengan kafir (takfir) atau menuduh orang lain melakukan takfir tanpa ada bukti yang mu’tabar dalam agama, keduanya merupakan sikap tasyadud dalam beragama yang harus dihindarkan.
4. Berbeda tidak harus benci dan hajr (menjauhi).
5. Perpecahan itu melemahkan dan persatuan itu menguatkan.
6. Katakan tidak kepada kezaliman.
7. Hindarkan perdebatan dalam masalah ini (perbedaan antar kelompok) seiring semakin gencarnya syubhat2 musuh Islam, ateis dan ahli kitab, dan lemahnya umat ini dalam banyak hal, seperti  pengaruh politik, ekonomi, teknologi, militer dan pemahaman agama yang benar sehingga Islam dilemahkan di banyak tempat.

(yahya-ibrahim/ABNS)

0 komentar:

Sejarah

ABNS Fatwa - Fatwa

Pembahasan

 
AHLUL BAIT NABI SAW - INFO SEJARAH © 2013. All Rights Reserved. Powered by AHLUL BAIT NABI SAW
Top