SELAMAT DATANG DI AHLUL BAIT NABI SAW

AHLUL BAIT NABI SAW: Media Agama Dan Hati Umat Islam * Media Persatuan dan Kesatuan Sunni Dan Syiah



sebagaimana padi adalah bukti bijibijian, pula kekupu adalah bukti kepompong,
duhai Saki, sebagaimana arak adalah bukti e-angguran, pula mabuk adalah bukti kepayang,
demikian pula Pengingat, sang dzaakir, adalah bukti akan yang diingat,
dan IndahNya, lukisan alam mayapada, adalah bukti akan KeindahanNya.

Cantiknya wujud adalah lautan keindahan tiada tara yang dilihat oleh hamba-hamba yang tenggelam dalam samudera IngatanNya akan diriNya sendiri. Maka, jelas dalam jiwa-jiwa mereka adalah nyanyian merdu alastu birobbikum. Apa yang mereka lihat? Samudera dalam sekendi air, bahkan segenap kehidupan dalam setetes air. Mentari dalam rembulan, bahkan Sang Maha Matahari Bersinar di dalam hati namun sejuk sekali. Kesucian Nya Yang Maha Suci dalam tasbih-tasbih, bahkan dalam desahan dan keluhan.
Kehidupan ini bagi Pengingat, adalah Nan Diingat,
Keberadaan ini bagi Pecinta, adalah Nan Dicinta,
Pengingat -lah nan Diingat, dan nan dingingat -lah pengingat,
Sebagaimana Layla tampak bagi Majnun, walau di mata domba, dan Majnun tampak bagi Layla walau dibalik domba.

Bahwasanya orang yang senantiasa tenggelam dalam ingatan kepadaNya adalah diriNya sendiri, sebagaimana menurut Ibn ‘Arabi (q.s.) tentang makna man ‘arafa nafsahu faqod ‘arafa robbahu, barangsiapa mengenal bahwa dirinya adalah ketiadaan, dan tiada selain Dia, maka Ia telah mengenal TuhanNya, yakni Yang Maha Ada.

Dituliskan oleh kekasih orang-orang beriman di akhir zaman, Imam Ruhullah Al-Musawi Khomeini dalam al-aadab al-ma’nawiyyah li ash-sholah, Allah Ta’aala berfirman kepada Nabi Musa ‘alaihissalam (dalam al-Kafiy); Wahai Musa, jangan tinggalkan dzikir (kepada)-Ku dalam setiap perkara. Beliau juga mengutipkan sebuah hadits mulia dari Ash-Shodiq (‘alaihis-salaamu); Allah Ta’alaa berfirman ; Wahai Bani Adam, ingatlah Aku dalam dirimu, (niscaya) aku akan ingat dirimu di dalam diri-Ku. Juga dalam Al-Kaafiy yang mulia, Beliau ( Ash-Shadiq ‘alaihis-salaamu) bersabda; Adz-dzaakiru (Orang yang berdzikir) kepada Allah ‘Azza wa Jalla di tengah-tengah orang yang lupa bagaikan orang yang mati dari orang-orang yang berperang ( al-muhaaribiina al-ghoziina).


Yakni, pedzikir kepadaNya di kalangan orang-orang yang lalai, adalah orang yang telah mati sebelum mati, telah terbuka hijab baginya bahwa dirinya tiada, dan Yang Ada hanyalah Dia Semata. Man ‘arafa nafsahu, yakni barang siapa mengenal dirinya, bahwa dirinya adalah ketiadaan, dan Yang Ada hanyalah Dia, faqod ‘arafa robbahu, maka Dia Mengenal Tuhannya, dan mengenangNya setiap saat.

Mengenang KaruniaNya, KeIndahanNya, Samudera AmpunanNya, Bahari KenikmatanNya, Mentari RahmatNya, Kelembutan WujudNya dan IndahNya yang mengaliri seluruh alam dini dengan merah delima dan merah mutiara mata-mata perindu padaNya yang memerah, pula desah-desah rintihan persatuan padaNya yang melarik ke langit, serta gelinjang-gelinjang hati-hati pecintaNya yang bak ikan mas berenang-renang di samudera luas keberadaanNya.
Sungguh Ia adalah bukti atas diriNya sendiri,
sebagaimana tiada bukti atas Wujud kecuali Wujud.
Sungguh Ia adalah bukti atas benarNya sendiri,
maka tiada Kebenaran, kecuali Ia menjadi penglihatanmu sendiri.
orang buta menyangka ia melihat dengan matanya,
orang ‘alim menyangka ia melihat dengan ilmunya,
orang kasyaf menyangka ia melihat dengan bashirohnya,
si faqir telah arif, Ia melihat dengan diri-Nya.
aku-lah bukti akan dia,
dan dia-lah bukti aku,
karena aku dan dia tak perlu menyatu, kerna tak pernah mendua,
kerna dia dan aku tak perlu bersatu, aku -lah dia -lah aku,
oh, pemilik hati, kenali dengan cinta,
oh, pemilik mantik, kenali dengan burhan,
bahwa Dia Cantik, Cantik Sendiri.
bahwa Dia Terang, Dengan Sendiri.

Wa allohu a’lam bi ash-showwab

(filsafatislam/ABNS)

0 komentar:

Sejarah

ABNS Fatwa - Fatwa

Pembahasan

 
AHLUL BAIT NABI SAW - INFO SEJARAH © 2013. All Rights Reserved. Powered by AHLUL BAIT NABI SAW
Top