Tidak diragukan bahwa al-Qur’an adalah Kitab Allah, dan setiap Muslim di dunia menerima dan patuh kepada ajaran dan perintahnya.
Apabila seseorang membuka kitab ini dan memperhatikan ayat-ayatnya, dia akan memperoleh penjelasan tentang hal-hal yang luar biasa, dan masa depan yang gemilang dan pada suatu masa alam ini akan sampai ke penghujungnya.
Kitab suci al-Qur’an menyatakan tujuan penting Nabi Islam yang mulia itu adalah untuk meletakkan agama suci ini mengatasi semua agama-agama lain di dunia, dan pada suatu hari aspirasi suci ini akan mencapai keberhasilan, sebagaimana yang dinyatakan dalam Kitab Suci al-Qur ‘an:
“Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (al-Qur’an) dan agama yang benar untuk dimenangkanNya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai.” (9:33) [1]
Kitab Suci dari Rasul yang terakhir memberikan sinyal gembira bahwa pada suatu hari kelak pemerintahan di dunia ini akan menjadi milik hamba Allah yang baik dan bertaqwa:
“Sesungguhnya bumi (ini) kepunyaan Allah; dipusakakanNya kepada siapa yang Dia kehendaki dari hamba-hamba-Nya. Dan kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertaqwa.” (7: 128) [2]
Bumi ini yang dipenuhi dengan kerusakan, kejahilan dan kebejatan umpama batang tubuh yang tidak bernyawa, akan dihidupkan dengan cahaya keadilan sebagaimana yang dimaksud dalam ayat Qur’an yang suci.3
Kita juga membaca dalam al-Qur’an:
“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang diredhaiNya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan mengubah keadaan mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembahKu dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. ” (24: 55) 4
Allah SWT berfirman:
“Mereka ingin hendak memadamkan cahaya Allah dengan mulut mereka dan Allah tetap menyempurnakan cahaya meskipun orang-orang kafir benci.” (61: 8) 5
Demikian itu adalah beberapa contoh ayat-ayat Qur’an yang menyebutkan kabar gembira kepada orang-orang Mukmin. Dengan mempelajari hal ini dan sepuluh dalil lagi, ia akan menjadi jelas bahwa dakwah Islam akan mencapai tingkat kesempurnaan nya apabila aspirasi dan kehendak suci ini terlaksana. Semua kepalsuan dan objektif yang sesat akan sirna dan hanya Islam, agama yang benar, akan menjadi pegangan kepada manusia di barat dan di timur bumi ini. Ketidakadilan dan kezaliman akan sirna dan digantikan dengan keadilan yang merupakan peraturan alam ini akan ditegakkan di mana juga di muka bumi ini.
Pemerintahan khalifah akan ditegakkan di mana juga di muka bumi ini. Cahaya petunjuk Allah akan bersinar dan bumi ini adalah milik orang yang bertaqwa.
Al-Qur’an telah memberikan kabar gembira bahwa akan tiba nanti suatu hari yang ditunggu-tunggu oleh orang-orang Islam di muka bumi ini.
Hadits-hadits Nabi SAWAW dan para Imam AS adalah sumber yang berharga dalam studi Islam. Setiap Muslim bertanggung jawab untuk mengikuti dan mentaati hadits Nabi Sawa dan para Imam AS karena mentaati perintah mereka adalah suatu hal yang disebutkan dalam Kitab Allah SWT:
“Taatilah kamu kepada Allah dan taatlah kepada Rasul dan Ulil Amri di kalangan kamu.” (4: 49) 6
Dalam lautan pemata hadits-hadits, banyak terdapat kabar gembira tentang Kerajaan Adil tersebut. Tambahan lagi, ada hadits-hadits khusus yang menyatakan khabar tentang “Revolusi Suci” dan “Pemimpin Suci” yang akan memenuhi aspirasi suci itu.
Rasulullah SAWAW bersabda:
“Seandainya bumi ini tinggal satu hari saja, maka Allah akan memanjangkan hari itu sehingga dibangkitkan seorang lelaki dari kalangan umatku dari kalangan Ahlul Baitku, namanya sama dengan namaku, akan memenuhi bumi ini dengan keadilan sebagaimana bumi ini telah dipenuhi dengan kezaliman.” 7
Maksud hadits suci in mengungkapkan secara khusus kabar gembira itu dan mejelaskan umat bagi Kerajaan Adil tersebut, Perolehan dan Janji-janji Allah SWT sebagaimana yang disebutkan dalam sumber-sumber Syi’ah dan Sunnah.
Dalam hadits yang lain, Rasulullah SAWAW berkata kepada Amirul Mu’minin Ali AS:
“A’immah sesudahku dua belas orang, yang awal adalah untuk wahai Ali, dan yang akhir dari kalangan mereka adalah al-Qa’im yang akan mencapai keberhasilan dalam tangannya dengan kehendak Allah SWT di sebelah barat dan timur bumi ini.” 8
A’immah yang suci mengingatkan umat dalam beberapa hadits pada peri pentingnya Janji Allah SWT dan Pemerintah Imam Kedua Belas dan memberitahu kepada mereka bahwa menantikan Juruselamat Agung itu adalah amal yang berharga, dan pengikut-pengikutnya adalah umat yang terbaik dan dikasihi.
Memadai dinyatakan di sini contoh-contoh hadits-hadits tersebut:
1.Apabila Imam Hasan al-Mujtaba AS menduduki jabatan khalifah. Ia menentang Muawiyah yang penipu itu dengan pertolongan orang kanannya yang juga penipu, berangsur-angsur menyogok sahabat-sahabat Imam Hasan AS yang akhirnya meninggalkan Imam AS bersendirian. Akhirnya Imam AS terpaksa menerima perdamaian dengan Muawiyah di mana Muawiyah dipertanggungjawabkan untuk mematuhi syarat-syaratnya dan mengelakan dari melantik penggantinya dan melakukan peperangan.Pada peristiwa yang lain, Imam as mengambil kesempatan untuk mengungkapkan kesalahan-kesalahan dan ketidakadilan Muawiayah kepada orang banyak. Sementara itu orang yang jahil mulai mengkritik tindakan Imam as yang menerima perjanjian damai dengan Muawiyah. Imam Hasan as menjelaskan kepada orang banyak pengertian Imam dan kepemimpinan dan kewajiban untuk mentaati perintah Imam tanpa perlu bertanya mengapa dan bagaimana. Kemudian beliau menjelaskan kepada mereka tentang kerajaan Imam Kedua Belas: “Tidakkah Anda ketahui bahwa setiap seorang dari kami (Imam) memiliki tanggung jawab untuk mengambil bai’ah dari pemerintah yang lalim pada zamannya kecuali al-Qa’im di mana Ruhullah Isa as akan shalat di belakangnya dan Allah SWT akan menjaga kerahasiaan kelahirannya dan menyembunyikannya (ghaib). Apabila dia muncul nanti, ia tidak akan mengambil bai’ah dari siapapun. Dia adalah keturunan kesembilan dari saudaraku Husayn, putera dari Puteri yang ditawan. Allah SWT akan memanjangkan usianya pada ketika ghaibnya, dan dengan kuasanya yang Maha Sempurna, dia akan muncul kembali sebagai orang muda kurang dari 40 tahun agar masyarakat mengetahui bahwa Allah SWT Maha Berkuasa ke atas segala sesuatu. “9
2.Imam Ja’far al-Sadiq AS ketika menjawab pertanyaan dari salah seorang pengikutnya pada penggantinya, berkata: “Imam yang bakal menggantikanku ialah puteraku Musa, dan al-Qa’im Imam Muhammad ibn Hasan ibn Ali ibn Muhammad ibn Ali ibn Musa. “10Imam al-Sadiq AS juga berkata:
“Bagi setiap manusia menanti kepada sebuah kerajaan, dan kita menunggu pemerintah kita akan ditegakkan pada akhir zaman.” 11
3.Imam Ketujuh Imam Musa al-Kazim ibn Ja’far AS ketika menjawab pertanyaan salah seorang dari sahabat-sahabatnya yang bertanya apakah ia AS adalah al-Qa’im bi l-haqq, (beliau AS) berkata:
“Aku adalah al-Qa’im bi l-haqq tetapi al-Qaim yang akan menghapuskan musuh-musuh Allah dari muka bumi ini dan akan memenuhi muka bumi ini dengan keadilan adalah keturunanku yang kelima. Justru ia khawatir akan keselamatan dirinya, ia akan gaib untuk jangka waktu yang panjang di mana pada jangka waktu itu ada kaum yang murtad tetapi ada juga yang akan berpegang teguh kepada (aqidah) mereka. ”
Ia AS menambah:
“Kebaikan ke syiah kami yang berpegang teguh kepada wilayah kami dan menjauhi musuh-musuh kami. Mereka adalah dari kami dan kami dari mereka dan mereka redha kepada kepemimpinan kami dan kami redha kepada mereka sebagai syiah kami. Maka kebaikan kepada mereka,, mereka demi Allah bersama kami dalam darajat pada hari Qiamat. “12
4.Akhir sekali, Imam Kesebelas Imam Hasan al-Askari AS berkata:
“Seakan-akan aku melihat sesudahku akan terjadi ikhtilaf di kalangan kalian tentang Imam sesudahku. Barang siapa yang menerima Imam setelah Rasululah SAWAW tetapi menolak puteraku adalah seperti seseorang yang yang menerima semua para anbiya ‘tetapi menolak Nubuwwah Muhammad SAWAW, Rasulullah SAWAW. Dan barang siapa yang menolak (Muhammad SAWAW) sebagai Rasulullah adalah umpama engkar kepada seluruh anbiya ‘Allah karena ketaatan kepada yang terakhir dari kami adalah umpama taat kepada yang awal daripada kami dan engkar kepada yang akhir dari kami umpama engkar kepada yang awal daripada kami. bahwa sesungguhnya puteraku akan gaib di mana pada saat itu akan ada di antara manusia yang jatuh ke dalam keraguan kecuali mereka yang dipelihara oleh Allah SWT. “13
Riwayat-riwayat tersebut dari Nabi SAWAW dan para Imam AS adalah banyak bilangannya untuk memberikan kepada kita keterangan tentang aqidah yang penting ini dan ia merupakan riwayat-riwayat yang paling banyak dalam hal Imamah dalam kitab-kitab hadits Syi’ah.
Perkara tentang kepemimpinan Imam ke Dua Belas, kerajaannya, dan hal-hal yang berkaitan dengannya merupakan nomor dua setelah hal Imamah Imam Ali Amirul Mu’minin AS. Ada ratusan hadits yang diriwayatkan dalam kitab-kitab Syi’ah dan Sunni.14 Begitu juga banyak ulama di berbagai mazhab Islam telah membukukan hadits-hadits sehubungan dengan hal ini15
Zaman para Imam AS berlalu silih berganti bersama-sama dengan kekejaman pemerintah pada zaman mereka itu sampai pada zaman kepemimpinan Imam Hasan al-Askari AS. Imam yang suci ini hidup dalam suasana yang sulit dan kurang muncul dalam dewan-dewan di khalayak ramai. Putranya yang dikasihi yang merupakan Hujah Allah disembunyikan dari khalayak ramai sampai tahun 260H dan kemudian ia Ghaib Sughra sehingga tahun 329H dan setelah itu mengalami peristiwa Ghaib Kubra sampai pada suatu ketika nanti yang ditunggu-tunggu yang ditentukan oleh Allah SWT di akhir zaman.
Kelahiran Yang Mulia
Pada suatu subuh 15 Sha’ban 255H, cahaya penyuluh dunia ini menyinar terang ke dalam tubuh manusia yang nanti akan menjadi sumber kepada kewujudan alam ini.
Akhirnya saat-saat yang dtunggu-tunggu tiba. Allah SWT tidak menyalahi janji, dan Imam Mahdi AS dilahirkan disebalik ada pihak-pihak yang menolak kelahirannya.
Ia merupakan satu dari mukjizat sejarah dimana Bani Umaiyyah, Bani Abbasiyah dan musuh-musuh Imam yang mulia ini berusaha untuk memadamkan cahaya suci ini tetapi ternyata mereka semuanya gagal.
Khalifah-khalifah Bani Abbasiyah yang zalim dan kejam telah mendengar berita bahwa Imam Kedua Belas akan menegakkan pemerintahan yang adil dan akan memerintah bumi ini dari timur ke barat, dan akan memusnahkan segala bentuk ketidakadilan dan kezaliman. Justru, untuk menentang hal ini dari berlaku, mereka menyiksa dan menyumpahkan darah pengikut Ahlul Bait as seberapa banyak yang mereka mampu lakukan. Peristiwa pembunuhan para syuhada itu dapat dibaca dalam kitab-kitab yang dikarang khusus untuk tujuan tersebut.16
Pada tahun 235H, Mutawakkil, khalifah Bani Abbasiyah memerintahkan Imam Kesepuluh Muhammad al-Hadi AS dan keluarganya pindah dari Madinah ke Samarra ‘supaya ia dapat memantau pergerakan Imam AS.17
Demikian juga, Mu’tamid, khalifah Bani Abbasiyah yang terkenal dengan julukan Fir’aun pada zamannya, sangat takut kepada putra Imam Hasan al-Askari AS. Ia mendirikan kelompok unit intelijen dan bidan untuk bertugas meninjau setiap rumah golongan Alawiyyin, khususnya rumah Hasan al-Askari supaya jika mereka mendapati lahir seorang bayi laki-laki maka bayi ini harus dibunuh serta merta.18
Pencarian mereka untuk membunuh Imam al-Mahdi AS kemudian dilakukan secara besar-besaran apabila Imam Hasan al-Askari AS wafat. Ini disebabkan setiap orang tahu bahwa pada hari beberapa hari beliau AS itu adalah hari di mana Imamah diserahkan kepada Imam Kedua Belas dan bumi ini akan berada di bawah wilayahnya.
Shaykh al-Saduq, ulama terkemuka Syi’ah menulis dalam kitabnya Kamalu ‘d-din:
“Apabila jenazah Imam Hasan al-Askari AS dikebumikan dan banyak orang telah pergi, khalifah dan para tentaranya mulai mengelidah rumah beliau AS untuk mencari putranya dan mengarahkan agar mereka mengawasi rumah tersebut.” 19
Shaykh al-Mufid, seorang ulama terkemuka Syi’ah juga menulis dalam kitab al-Irshad:
“Bila Imam Hasan al-Askari AS wafat, khalifah pada saat itu, berusaha mencari putranya karena para Syi’ah pada saat itu percaya dan kepercayaan itu tersebar luas di kalangan Syi’ah Imamiyyah bahwa para Syi’ah saat itu sedang menunggu-nunggu kedatangan Imam mereka. “20
Mu’tadid salah seorang dari khalifah Abbasiyah yang zalim yang memerintah di antara tahun 279H hingga 289H berhasrat untuk menghapus sama sekali keluarga Hasan al-Askari AS ketika mendengar berita bahwa Imam Hasan al-Askari AS yang telah wafat dua puluh tahun lalu meninggalkan seorang putera dan ia masih hidup walaupun khalifah-khalifah terdahulu berusaha untuk membunuhnya.
Salah seorang pegawai Mu’tadid berkata:
“Mu’tadid telah memerintahkan saya dan dua orang lagi, setiap seorang dari kami menunggang kuda dan berangkat menuju ke Samarra ‘dengan tergesa-gesa tanpa berhenti walau sebentar untuk shalat. Ia memberikan kepada kami alamat tempat tinggal Imam al-Askari AS dan mengarahkan kami masuk ke rumahnya tanpa perlu meminta izin dan membawa kepala siapa saja yang ada di dalam rumah itu. “21
Pada hakikatnya mereka lupa bahwa ada satu kuasa yang Maha Besar yang melindungi Imam AS dari terorisme khalifah-khalifah yang lalu seperti mana yang ditegaskan dalam al-Qur’an:
“Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahaya, walaupun orang-orang kafir tidak menyukainya.” (At-Taubah: 32)
Sesungguhnya apa yang mereka coba lakukan itu adalah satu tindakan yang bodoh! Jika kehendak Allah SWT terhadap sesuatu, apakah ada seseorang yang mampu menentangnya? Apakah mungkin janji Allah tidak dapat ditunaikanNya? Atau apakah mungkin otoritas pemerintah lalim yang menentang kehendak Allah SWT tidak dapat dikalahkan?
Tidakkah menakjubkan Allah SWT yang Esa telah menunjukkan bukti-bukti kekuasaan sebelumnya supaya manusia kemudian mengambil iktibar bahwa jika Dia menghendaki memberikan manusia pilihanNya pemerintah dan kekuasaan dan menghapus kekufuran melaluinya, sudah pasti tidak ada sesorangpun yang mampun mengugat perintahNya.
Dan kisah tersebut disebutkan dalam al-Qur’an.
Firaun, seorang raja Mesir yang lalim, yang memiliki kuasa dan kemegahan menyatakan dirinya sebagai Tuhan. Dia berhasrat untuk membunuh semua anak laki-laki Bani Israel karena dia mendengar akan lahir seorang anak laki-laki yang pada kemudian hari akan menghancurkan kerajaan dan kekuasaannya.
Dia menumpahkan darah orang-orang yang tidak berdosa, membuang negeri mereka ini ke daerah-daerah yang tidak dikenal, tetapi perhatikanlah bagaimana Allah Yang Maha Besar memelihara NabiNya dan bagaimana kehendakNya melindungi Nabi Musa AS dan pada akhirnya menghancurkan Firaun.
“Dan Kami ilhamkan kepada ibu Musa: Susukanlah dia, dan apabila kamu khawatir terhadapnya maka jatuhkan dia ke dalam sungai (Nil). Dan janganlah kamu khawatir dan janganlah (pula) bersedih hati, karena sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya (salah seorang ) dari para rasul.
Maka dipungutlah ia oleh keluarga Firaun yang akibatnya dia menjadi musuh dan kesedihan bagi mereka. Sesungguhnya Firaun dan Hamman beserta tentaranya adalah orang-orang yang bersalah.
Dan berkatalah istri Firaun: “(Ia) mata hati bagiku dan bagimu. Janganlah kamu membunuhnya, mudah-mudahan ia bermanfa’at kepada kita atau kita ambil ia menjadi anak,” sedang mereka tiada menyadari.
Dan menjadi kosonglah hati ibu Musa. Sesungguhnya hampir saja ia menyatakan rahasia tentang Musa, seandainya tidak Kami teguhkan hatinya, supaya ia termasuk orang-orang yang percaya (kepada janji Allah).
Dan berkata ibu Musa kepada saudara Musa yang perempuan: “Ikutilah dia.” Maka kelihatanlah olehnya Musa dari jauh, sedang mereka tidak mengetahuinya,
Dan Kami cegah Musa dari menyusu kepada perempuan-perempuan yang mau menyusukannya sebelum itu, maka berkatalah saudara Musa: “Maukah kamu aku tunjukkan kepadamu ahlul bait yang akan memeliharanya untukmu dan mereka dapat berlaku baik kepadanya?”
Maka Kami kembalikan Musa kepada ibunya, supaya senang hatinya dan tidak berduka dan supaya ia mengetahui bahwa janji Allah adalah benar, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya. “(Al-Qashash (28): 7-13) 22
Sesungguhnya Allah akan memelihara hujahnya dan akan memenuhi janjinya dan kabar gembira walaupun kebanyakan manusia tidak mengetahuinya.
Apakah mungkin Allah SWT menyelamatkan Nabi Musa AS yang hanya menjadi Rasul kepada kaum tertentu, sebaliknya menyerahkan Imam Zaman ke tangan Mu’tamid dan Mu’tadid?
Apakah mungkin Allah SWT melindungi nyawa Nabi Musa AS ketika ia berada di di tengah-tengah sungai (Nil) di antara dua ombak laut yang mengganas, sebaliknya tidak memperdulikan keselamatan Imam Zaman ketika berada di rumah ayahnya Imam Hasan al-Askari AS?
Apakah mungkin Allah SWT yang memelihara Nabi Ibrahim AS di tengah-tengah api yang membakar23, tetapi membiarkan permata terakhir itrah Nabi SAWAW menjadi korban nafsu amarah khalifah-khalifah Abbasiyah?
Justru, bagaimana orang-orang yang sesat dan korup pemikirannya menilai hal ini?
Pada subuh hari pada bulan Sha’ban tahun 255H, Imam Hasan al-Askari AS mengusap wajah putranya yang berseri-seri yang akan pada suatu hari nanti memenuhi dunia ini dengan janji-janji Allah SWT dan membawa kabar gembira kepada orang-orang yang beriman .
Pada hari ketiga setelah kelahiran puteranya Imam Kesebelas Imam Hasan al-Askari menunjukkan putranya itu kepada sahabat-sahabatnya dan berkata:
“Sesudahku nanti, puteraku ini akan menjadi imam kalian dan khalifah sesudahku. Dialah al-Qaim yang dinanti-nantikan oleh orang banyak, apabila bumi ini telah dipenuhi dengan ketidakadilan dan kezaliman, ia akan memenuhinya dengan keadilan dan Keadilan.” 24
Pada hari Wiladah putranya itu, Imam Kesebelas memberitahukan kepada sahabat-sahabatnya:
“Para peguasa yang lalim berusaha untuk membunuhku agar nanti puteraku tidak akan dilahirkan, tetapi sekarang saksikanlah kebesaran Kuasa Yang Maha Berkuasa.” 25
Imam Hasan al-Askari AS memerintahkan 10.000 ribu pound roti dan daging untuk dibagikan di kalangan Bani Hashim untuk merayakan kegembiraan dan tanda bersyukur pada hari kelahiran tersebut. Utsman bin Sa’id ditugaskan untuk melaksanakannya dan beliau telah melaksanakan perintah Imam as tersebut dengan cara yang paling baik.26
Sejak mulai lagi, Imam Hasan al-Askari AS menyembunyikan putranya itu dari orang-orang asing atau yang tidak dikenal. Silalah baca kutipan kata-kata Shaykh Mufid sebagai berikut:
“Imam Hasan al-Askari AS telah menyediakan dasar sebuah daulah untuk putranya itu. Ia AS merahasiakan kelahiran puteranya dan hal-hal lain yang berhubungan, karena Imam AS hidup pada suatu zaman di mana khalifah-khalifah sedang berusaha mencari putranya dan selalu mengawasi Imam Al-Askari AS. Hal ini disebabkan kepercayaan pada Imam al-Mahdi AS sudah diketahui umum menjadi kepercayaan para syi’ah Imamiyyah pada saat itu. Mereka selalu menunggu-nunggu kedatangan pemimpin agung mereka itu. Justru, Imam Hasan al-Askari AS tidak mengungkapkan identitas putranya itu, maka musuh-musuh Ahlul Bait AS tidak dapat mengenali identitas Imam al-Mahdi AS setelah beberapa hari Imam Hasan al-Askari AS.27
Walaupun hal-hal yang berhubungan dengan Imam al-Mahdi AS tidak diketahui oleh para musuhnya, namun para syi’ah yang Mukhlis telah mengumpulkan berita perisitwa agung ini.
Sebagian dari mereka diberitahu oleh Imam al-Askari AS dalam surat. Salah seorang syiah yang Mukhlis ini adalah Ahmad bin Is’haq telah menerima surat dari Imam yang ditulis dengan tulisan tangannya sendiri, berbunyi:
“Seorang putera telah lahir untukku. Maka rahsiakanlah berita ini dari orang banyak dan beritahukan hanya kepada kerabat terdekat dan sahabat-sahabat. “28
Di kalangan syiah yang sering menziarahi Imam al-Askari AS telah dibawa melihat putranya Imam Kedua Belas al-Mahdi AS yang kelak akan memimpin mereka. Abu Umari dan Ahwazi meriwayatkan:
“Abu Muhammad (Imam Hasan al-Askari AS telah menunjukkan kepadaku putranya (Imam Kedua Belas) dan menyatakan kepadaku,” Inilah pemimpin (sahib) Anda. “29
Sebagian syiah sering mengunjungi Imam al-Askari AS secara berkelompok, dan jika Imam mempercayai mereka akan merahasiakan hal ini, beliau AS akan menunjukkan kepada mereka putra kesayangannya itu.
Muawiyah bin Hakim, Muhammad ibn Ayyub dan Muhammad ibn Utsman Umari telah meriwayatkan seperti berikut:
“Kami berjumlah empat orang berkumpul di rumah Imam Hasan, kemudian Imam menunjukkan kepada kami putranya dan berkata kepada kami,” Ini adalah Imam kalian dan khalifah sesudahku. Kalian harus taat kepadanya sesudahku dan tidak menentangnya yang akan menyebabkan kalian binasa. “30
Namun sejak dari masa kelahiran “Bulan” Kedua Belas sehingga Imamah beliau AS, para syi’ah sering mengunjungi Imam Kesebelas dan mengucapkan selamat kepadanya.
Hasan bin Hasan al-Alawi berkata:
“Aku pergi menemui Imam Hasan (al-Askari) di Samarra dan mengucapkan selamat kepadanya di atas kelahiran puteranya itu.” 31
Dan Abdullah bin Abbas al-Alawi juga berkata:
“Aku mengunjungi Imam al-Askari AS di Samarra dan mengucapkan tahniah di atas kelahiran puteranya.” 32
Maka dalam keadaan ini kelahiran Imam Zaman telah dirahasiakan dari orang-orang yang dicurigai. Dalam beberapa peristiwa hanya para syi’ah yang jujur di benarkan melihatnya, sehingga tahun 260H, saat Imam Kesebelas wafat dan dengan kehendak Allah, jabatan Imamah diberikan kepada Sahibu l-Amr.
Zaman Ghaib al-Sugra
Bila Imam Hasan al-Askari AS wafat, jabatan Imamah telah diserahkan kepada permata terakhir dari Ahlul Bait Nabi yaitu Imam Al-Mahdi AS. Meskipun Imam Mahdi tidak muncul di khalayak ramai, ada di kalangan mereka yang diduga mendapat izin menemuinya dan menyerahkan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh para syi’ah. Mereka yang dipercaya inilah yang berhubung kepada orang secara petujuk dan instruksi dari Imam al-Mahdi AS.
Dari sudut pandang keimanan, keyakinan, dan kebenaran, mereka yang menjadi perantara di antara orang ramai dan Imam al-Mahdi AS adalah orang-orang yang terpilih di antara orang-orang Islam. Mereka inilah yang menyampaikan perintah-perintah Imam al-Mahdi AS kepada orang banyak.
Dengan mempelajari, kepribadian, ketaqwaan dan kepercayaan tokoh-tokoh ini, bukan saja mereka ini terserlah memiliki kepribadian yang besar, tetapi kita juga dapat mengenali Imam Zaman AS dengan lebih dekat, karena di dalam kata-kata mereka ini yang menjadi sahabat Imam Mahdi AS, terserlah tanda-tanda kebesaran Imam al-Mahdi AS.
Di antara sahabat Imam Zaman AS, empat orang dari mereka sangat terkenal dan dipercaya yang bertindak sebagai perantara antara Imam dan orang banyak, dan mereka ini dikenal sebagai Nawwab al-Arba’ah .33
Kami perjelaskan di sini secara ringkas latar belakang mereka ini:
1. Utsman bin Sa’id ‘Umari: Tokoh mulia ini bukan saja menjadi wakil Imam Zaman AS tetapi juga menjadi wakil Imam Hasan al-Askari AS dan Imam Ali an-Naqi AS. Ia telah banyak menangani hal-hal yang berhubungan dengan syi’ah ketika hidupnya. Imam Kesepuluh (Imam al-Hadi AS) berkata kepada pengikut-pengikutnya pada Utsman bin Sa’id ‘Umari: “Abu’ Umari ini adalah orang yang sangat dipercaya (tsiqatul amin). Apa yang beliau katakana kepada kalian, maka ia telah berkata bagi pihakku, dan apa saja yang beliau lakukan, dia lakukan hal ini bagi pihakku. “34
Kedudukannya itu abadi sampai tahun 254H saat Imam al-Hadi wafat. Kemudian Imam Kesebelas dilaporkan telah memuji kepribadian Abu ‘Umari sebagai memiliki kepribadian yang mulia ketika berucap di kalangan syi’ah:
“Abu ‘Umari adalah pribadi yang sangat dipercaya (tsiqat al-amin). Ia dipercaya oleh Imam yang sebelumnya dan juga kepercayaanku dan setelah kematianku. Apa yang saja yang ia katakana kepada kalian, maka dia telah berkata bagi pihakku, dan apa saja yang beliau lakukan, maka ia telah melakukannya bagi pihakku. “35
Maka dengan keyakinan ini, ia menjadi wakil (Wakil l-Imam) Kedua Belas setelah beberapa hari Imam Hasan al-Askari AS.
Pada hari wafat Abu ‘Umari, Sahibul Zaman (Imam al-Mahdi AS) telah mengirimkan ucapan ta’ziah kepada putranya, Muhammad ibn Utsman berkata:
“Sesungguhnya dari Allah kita datang dan kepadaNya kita kembali. Kami mengharap kehendakNya dan ridha kepada qadaNya. Ayahmu telah hidup dengan kemuliaan dan wafat dengan kemuliaan. Semoga rahmat Allah ke atasnya, beliau telah bergabung sahabat-sahabat dan maulanya, ke atas mereka kesejahteraan. Ia telah berusaha melakukan hal-hal yang mendekatkan dirinya kepada Allah dan sahabat-sahabatnya. Semoga Allah memberikan wajahnya.
2. Abu Ja’far Muhammad ibn Utsman: Pribadi ini menjadi wakil kedua kepada Imam Zaman AS. Ia juga menjadi wakil kepada Imam Kesebelas, yang telah berkata: “Ketokohan dan kemuliaan pribadinya di kalangan syi’ah amat terkenal dan tidak perlu untuk diperjelaskan lagi atau dipersoalkan lagi.” 37
Tentang beliau dan ayahnya, Utsman bin Said, Imam Hasan al-Askari AS berkata kepada salah seorang sahabatnya:
“Umar dan anaknya, mereka berdua adalah tsiqah. Apa saja yang mereka lakukan, mereka lakukan bagi pihakku, dan apa yang mereka katakana, mereka berkata bagi pihakku. Justru, dengarlah kata-kata mereka dan taatlah kepada mereka, karena mereka berdua adalah tsiqah kepada kami. “38
Dan Imam Zaman AS berkata pada mereka:
“Beliau adalah kepercayaanku dan tulisannya sama seperti tulisanku sendiri.” 39
3. Abu l-Qasim Husain bin Ruh Nawbakhti: Abu Ja’far Muhammad ibn Utsman, wakil ketiga Imam Zaman AS berkata pada beliau: Husayn ibn Ruh bin Abu Bahr Nawbakhti adalah penggantiku. Beliau adalah wakil yang tsiqah dan menjadi perantara di antara kalian dengan Sahibul Zaman. Karena itu segala urusan kalian harus dirujuk kepada beliau. Aku telah diberikan tanggung jawab ini, dan aku telah mengumumkan kepada kalian. “40
Shaykh Tusi (semoga rahmat Allah ke atasnya), berkata tentang beliau: “Abu l-Qasim Husain bin Ruh dianggap di kalangan sahabat-sahabat dan musuh-musuh sebagai orang yang sangat terpelajar di kalangan orang-orang.” 41
Ketulusan Husayn ibn Ruh sebagai wakil Imam sudah dikenal malah oleh musuh-musuhnya juga. Shalmaghani, yang mengklaim menjadi wakil Imam pada saat itu telah terpaksa mengaku kepalsuannya ketika Imam Zaman memerintahkan Husayn ibn Ruh mengungkapkan kebohongan dakwaannya itu. Shalmaghani berkata:
“Adalah tidak benar di antara dan Allah untuk menyatakan sesuatu dalam hal Husayn ibn Ruh selain kebenaran. Walaupun jenayahnya (penentangannya) terhadapku adalah besar, namun orang ini telah diangkat oleh Imam Zaman dalam tugasnya. Para syi’ah harus tidak menjauhikan diri daripadanya. “42
4. Abu l-Hasan ‘Ali ibn Muhammad Simmari: Tokoh mulia ini adalah wakil terakhir (Naibu l-Khass) Imam Zaman. Kewafatannya bertepatan pada 15 Sha’ban 329H. Husayn ibn Ruh memperkenalkan beliau sebagai wakil Imam. Surat terakhir Imam Zaman AS telah ditujukan kepada tokoh mulia ini. Dalam hal ini Imam AS telah mengumumkan beberapa hari Ali bin Muhammad dan berakhirnya zaman tersebut:
“Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah Lagi Maha Pengasih. Anda akan meninggal dunia dalam waktu enam hari. Semoga Allah memberikan kesabaran kepada saudara-saudara Anda dalam keimanan di atas beberapa hari Anda. Maka bersiaplah tetapi janganlah Anda melantik siapa untuk menggantikan tempat Anda sebagai wakil karena sejak dari hari beberapa hari untuk maka zaman Ghaybatul Kubra akan dimulai.
Tak ada orang yang akan melihatku sampai Allah SWT menghendaki kemunculanku. Kemunculanku akan terjadi dalam waktu yang amat panjang ketika hati orang-orang merasa letih menunggu kemunculanku dan mereka yang lemah imannya berkata: “Apa? Apakah dia masih hidup? “Apabila manusia menjadi ganas dan tidak ada pertimbangan, dan bumi ini akan dipenuhi dengan kezaliman dan ketidakadilan. Ada orang-orang yang akan mengklaim telah melihatku. Awas! Barang siapa yang mengklaim hal tersebut sebelum kemunculan Sufyani dan suara dari langit menyatakan kemunculanku, maka ia adalah suatu kebohongan. Tidak ada kekuatan kecuali Allah Yang Maha Besar. “43
Sebagaimana dapat dilihat dari surat ini, ia adalah surat perintah yang terakhir, di mana pintu untuk jabatan wakil khusus telah ditutup dengan beberapa hari Ali bin Muhammad, maka barang siapa yang mengklaim menjadi wakil Imam atau mengklaim sebagai perantara kepada Imam atau Imam dapat dilihat adalah kebohongan. Pada zaman Ghaib Kubra tak ada orang yang mengklaim telah pergi menemui Imam Zaman AS.
Orang-orang sudah pasti tidak mudah menerima empat orang wakil Imam tersebut melainkan mereka telah ditunjukkan bukti-bukti luarbiasa Sahibu l-Amr untuk mengkonfirmasi bahwa mereka itu adalah dipercaya dan benar, walaupun mereka menerima empat tokoh ini sebagai pribadi yang tsiqah dan tidak meragui mereka dalam iman , ketaqwaan dan ilmu pengetahuan.44
Wakil khusus ini hadir menemui Imam Zaman AS untuk menyerahkan pertanyaan-pertanyaan atau masalah-masalah yang dihadapi oleh ilmuan syi’ah dan beliau AS telah menjawab pertanyaan yang dianggap penting dalam bentuk surat dan dikirimkan melalui wakil tersebut.
Dalam surat-surat ini hal yang penting dan masalah yang sulit yang dihadapi oleh syi’ah telah dijawab oleh Imam US.
Salah satu masalah-masalah tersebut adalah pertanyaan tentang tanggung jawab syi’ah pada zaman Ghaibah tersebut dan apakah yang harus mereka lakukan ketika menghadapinya?
Dalam surat jawaban yang dikeluarkan oleh Imam Zaman AS untuk merayakan seorng tokoh syi’ah yang bernama Ishaq bin Yaqub, ia AS telah mengariskan tugas-tugas, metode dan panduan untuk para syi’ah pada zaman Ghaibah. Panduan ini telah diikuti untuk berabad-abad lamanya dan ia menjadi suatu argumen betapa luas dan lengkapnya syariat Islam.
Dalam salah satu surat-surat kepada Imam Zaman AS ang dikirimkan melalui wakil kedua, Ishaq bin Yaqub bertanya kepada Imam Zaman AS beberapa pertanyaan, di antaranya adalah hal yang menyentuh judul yang sedang kita bahaskan. Imam berkata dalam urusan tersebut seseorang harus merujuk kepada mereka yang benar-benar memahami kata-kata Imam dan telah meriwayatkan dengan sahih kepada mereka:
“Namun ke masalah-masalah yang akan dihadapi di masa dating, kamu harus ke periwayat-periwayat hadits dari kami karena fatwa mereka adalah seperti argumen kami ke atas kamu, dan aku adalah Hujah Allah kepada mereka.” 45
Surat-surat lain Imam Mahdi AS telah dikeluarkan pada zaman Ghaib Sughra, setiap daripadanya menyelesaikan persoalan dan memberikan instruksi dengan bijaksana. Semua surat-surat ini telah dikirimkan melalui wakil khusus Imam kepada para syiah yang mencari jawabannya.
Ya benar, empat wakil Imam memiliki kedudukan yang tinggi dari segi keimanan dan tsiqah, adalah perantara yang diberkati di antara Imam dan orang-orang sampai tahun 329H. Apabila pintu departemen ini ditutup, dan di atas kehendak Allah maka zaman Ghaib Kubra pun bermula.Peristiwa zaman ini telah dinyatakan sejak zaman Nabi SAWAW dan para Imam syi’ah sebelumnya dan umat Islam bersabar dalam periode tes ini sehingga dengan kehendak Allah SWT, Imam Mahdi AS akan muncul dan tujuan Ilahi akan terpenuhi.
Zaman Ghaib Kubra
Setelah tahun 329H, maka bermulalah zaman Ghaib Kubra dan saat ini tamatlah peran wakil khusus Imam. Jika ada orang yang mengklaim sebagai wakil atau wakil Imam, maka menurut deklarasi Imam Mahdi AS sendiri, klaim tersebut adalah palsu.
Dalam hadits-hadits yang diriwayatkan oleh Imam-imam AS, tujuan Ghaib Khubra adalah umpama matahari terlindung di balik publik, ia tetap menjadi sumber kepada kehidupan makhluk di dunia ini. Demikian juga Imam AS yang terlindung dari tabir ghaibah, ia masih menjadi sumber keberadaan dan kehidupan dunia ini.46
Pada zaman Ghaib Kubra, banyak orang telah menemukan Imam al-Mahdi AS, tetapi telah tidak ada seorangpun di antara mereka yand menyatakan dapat bertemu atau melihatnya atau mewakilinya karena hanya empat orang Nawwab al-Khas Imam AS memiliki kemuliaan menemukannya pada waktu yang diinginkan.
Ada beberapa orang dari mereka ini yang beruntung dapat bertemu Imam Zaman AS dan nama-nama mereka telah disebutkan dalam kitab-kitab yang sahih.47 Di antara pribadi-pribadi adalah tokoh-tokoh yang masyhur dalam dunia Islam; Muqaddas Ardibili – merupakan pribadi yang amat bertaqwa dan tokoh marja pada zamannya; Sayyid bin Tawus – pribadi yang terkenal karena ketaqwaannya dan periwayat yang adil; Sayyid Bahru l-‘Ulum – seorang ulama yang terkenal; dan lain-lain tokoh besar dalam Islam.
Memang benar, mereka telah melihat “matahari” (Imam AS) dengan saksi mata dan hati-hati mereka dipenuhi dengan iman kepad Imamu l-Asr (Imam Zaman AS) dan dengan penjelasan yang penuh hormat mereka memberitahu kepada orang-orang lain tentang pertemuan mereka dengan Imam Zaman AS.
Sebagai contoh, kami hadirkan bagian dari wasiat Sayyid Tawus yang ditulis untuk anaknya pada tahun 650H. Ia menjelaskan kepada anaknya, merujuk kepada pertemuan tersebut tanpa menyatakan telah melihatnya:
“Wahai anakku! Jika perolehan izin dan misteri telah dianugerahkan kepadamu, maka aku akan menyatakan kepadamu sehubungan dengan Imam al-Mahdi AS supaya dengan demikian kamu tidak akan lagi merasa ragu dan kamu tidak akan lagi memerlukan dalil-dalil ilmiah dan hadits-hadits, karena Imam al- Mahdi AS memang benar-benar hidup dan eksistensinya adalah benar, selama Allah SWT belum mengizinkannya melakukan sesuatu, maka ia AS dihindari dari mengungkapkan dan menyatakan kerja-kerja beliau AS. Dan hal ini bukanlah khusus untuk beliau AS semata-mata, tetapi adalah hal yang biasa terjadi di kalangan nabi-nabi dan Wasi-Wasi mereka. Maka kamu harus yakin dan menganggapnya sebagai iman dan aqidah kamu. Dan ketahuilah keyakinan hati ayahmu terhadap Imam al-Mahdi AS adalah terang benderang dari pengetahuannya tentang dunia ini.48
Kemuliaan melihat Imam Zaman AS bukan saja di kalangan ulama syi’ah tetapi juga dirasakan di kalangan orang-orang biasa yang taat. Kami rasa kagum ketika kami menemukan orang-orang yang pada suatu ketika dahulu terjebak dalam kemaksiatan dalam hidupnya tetapi setelah benar-benar bertobat, dan setelah hati mereka terpaut kepada cinta terhadap Imam Zaman AS, juga mendapat kesempatan menemuinya dan di antara pribadi-pribadi ini juga terdapat di kalangan saudara kita Ahlul Sunnah.
Salah seorang dari mereka adalah Hasan Iraqi yang pada suatu ketika hidup dalam moral yang rendah pada masa mudanya. Pada suatu hari, ia tiba-tiba tersadar dari kehidupan buruknya itu dan bertanya kepada dirinya, “Apakah aku dijadikan untuk melakukan praktek jahat itu? Kemudian beliau meninggalkan perbuatan buruknya itu dan pergi ke masjid. Pada saat itu seorang alim sedang menyampaikan kisah Imam al-Mahdi AS. Iraqi merasa sangat terharu dan hatinya sangat cinta kepada Imam Mahdi. Justru, dia berdoa kepada Allah setelah setiap shalat lima waktu agar diberi kesempatan menemui Baqiyatullah (Imam Mahdi AS). Akhirnya doanya terjawab dan selama tujuh hari dan malam ia mempelajari jalan kebenaran dengan kehadiran Imam Mahdi AS.
Maka, sejak hari itu, orang ini menjadi salah seorang dari ulama yang terkenal. Abdul Wahab Sharani, salah seorang ulama Sunni yang terkenal, dan periwayat asal kisah ini menggelarkan orang itu sebagai, “Guruku yang agung Shaykh Iraqi.” 49
Pada zaman Ghaib Kubra, surat-surat telah dikirimkan oleh Imam Mahdi AS kepada individu-individu dan ulama Islam terkenal. Dalam surat-surat tersebut, masalah-masalah baru yang sulit telah diselesaikan, dan panduan yang diperlukan telah diberikan. Di antara surat-surat ini adalah yang dikeluarkan pada tahun 410H yang memuji ulama Islamyang terkenal, Muhammad ibn Muhammad Nu’man ataupun Shaykh Mufid.
Shaykh Mufid merupakan ulama yang tinggi posisinya dari segi ilmu dan ketaqwaannya dan surat tersebut adalah satu pengakuan di atas usahanya yang melayani Islam. Walaupun setelah berlalunya beberapa abad, banyak orang masih menghormati dan memuliakannya.
Kepentingan surat ini menunjukkan kesadaran Imam AS pada sikap salahlaku dan moral di kalangan sejumlah syi’ah, dan pada saat yang sama ia memberikan harapan kepada tujuan kehadirannya:
“Kami sangat mengetahui urusan kalian dan tidak ada satupun yang tersembunyi dari kami. Kami mengetahui masalah-masalah yang dihadapi oleh Anda dari saat Anda menyukai kesenangan dan melakukan perbuatan-perbuatan yang buruk yang selama ini dijauhi oleh orang-orang sebelum kamu.Kami menyadari saat-saat ketika orang-orang sebelum kamu mengingkari janji yang telah disahkan oleh mereka, umpama mereka tidak mengetahui hal itu. Kami tidak akan mengabaikan atau lupa segala kesusahan yang menimpa kamu, dan musuh-musuh kamu mempunyai peluang untuk mengalahkan kamu. Karena itu, ingatkan akan Allah dan bertaqwalah kepadaNya. “50
Tulisan yang sangat bernilai oleh Imam Mahdi AS pada zaman Ghaib Kubra ini adalah satu panduan yang sangat penting bagi para syi’ah. Surat-surat ini dapat dikaji atau disebut dalam kitab-kitab sahih syi’ah .51
Namun, kita kini sedang dalam zaman yang mutakhir dalam era Ghaib Kubra.
Dalam tradisi Islam bila judul ghaibah Imam Kedua Belas dibahas, referensi dibuat ke atas ujian Allah ini. Para syi’ah yang benar-benar beriman dan ikhlas di bedakan dengan orang-orang lain “dan menjadi setulen emas murni.” 52
Dalam tradisi Islam, perbandingan di buat di antara para syi’ah yang ikhlas dan beriman dengan para pengikut Nabi Nuh AS yang kekal dengan keimanan mereka walaupun menghadapi ujian yang berat dan mereka yang bersama Nabi Nuh AS dalam bahtera selamat dari bencana yang besar itu. Justru, rahmat kepada orang-orang yang lulus ujian Ilahi ini, dan kami berharap dapat bersama-sama mereka dalam posisi tersebut.
Syi’ah Pada Zaman Ghaibah
Maka apakah peran dan tanggungjawab para syi’ah pada masa kini?
Maka sesungguhnya, apakah kita mengklaim sebagai para syi’ah Imam al-Mahdi AS?
Jika kita mempelajari kehidupan para syi’ah Imam-imam yang suci AS sebelum Imam Kedua Belas, dan menyaksikan pengorbanan mereka tanpa keraguan, kita akan menyadari bahwa kita masih lagi tergolong dari orang-orang yang lalai dan lemah.
Tidakkah Salman al-Farisi, Abu Dharr al-Ghifari, ‘Ammar bin Yasir, dan Malik al-Ashtar menjadi syi’ah Imam Ali Amirul Mu’minin AS dan apakah kita juga tergolong kepada para syi’ah Imam Zaman AS?
Tidakkah Maytham al-Tammar, yang tidak henti-henti memuji Ali, Amirul Mu’minin, adalah seorang syi’ah Imam Ali AS, dan kita juga yang dalam zaman Imam Zaman AS, merupakan syi’ah Imam Mahdi AS?
Tidakkah para syuhuda ‘Karbala’, yang dengan cinta yang kuat berjihad mempertahankan Imam pada saat itu, Husayn AS, dan mereka ini kemudian mati syahid, merupakan para syi’ah Imam Husayn AS, dan kita, yang keberatan memberikan harta benda, kehidupan dan lain -lain hal di jalan Imam pada zaman kita kita, adalah para syi’ah Imam Mahdi AS?
Apakah pribadi seperti Hisham ibn Hakam, yang memiliki kemampuan berdebat yang luar biasa telah menghancurkan argumen-argumen musuh-musuh Imamah sehingga beliau digelar, “Penolong Imam” oleh Imam al-Sadiq AS, adalah seorang Syi’ah? Dan apakah kita juga, yang bermalas-malas menunaikan kewajiban kita untuk mengenali Imam pada zaman ini, adalah para syi’ah!
Dari apa yang kita telah pelajari tentang berita gembira dalam Qur’an dan hadits-hadits Nabi SAWAW dan para Imam AS, bahwa Imam Zaman AS memiliki tanggung jawab yang khusus yang tidak dilaksanakan oleh Imam-imam sebelumnya. Imam Zaman AS akan mendirikan Daulah Islamiyah di muka bumi ini. Ia akan memenuhi bumi ini dengan kebenaran dan keadilan. Ia akan menggunakan sumber-sumber bumi dan lingkungan kita ini. Ia akan memperbaiki dan membangun bumi ini, dan dengan cara ini kesadaran dan pemahaman umat akan meningkat.53
Justru, tidakkah para syi’ah Imam Mahdi AS mempunyai tugas dan tanggung jawab yang khusus juga? Tidakkah para syi’ah berusaha untuk mencapai kualifikasi dan standar untuk menjadi para sahabat Imam Mahdi AS ketika beliau muncul kelak dengan kehendak Ilahi?
Maka, marilah kita meneliti tugas dan tanggung jawab kita, dan bagaimanakah kita akan memenuhinya. Tidak ragu-ragu lagi, tugas pertama kita adalah menyakini kehadirannya.
Mengenal Imam Zaman AS amat penting dan dasar seperti yang tercantum dalam hadis Nabi SAWAW:
“Barang siapa yang mati, tetapi tidak mengenal Imam zamannya maka, mati ia dalam keadaan jahiliyyah.” 54
Mati dalam keadaan jahiliyyah berarti mati dalam keadaan sesat dari dari agama Islam dan menyimpang dari keimanan. Dan berapa nyata orang yang mati tanpa mengenal Imam zamannya keimanannya tidak dihitung.
Dalam riwayat lain, Imam Muhammad al-Baqir AS dipetik berkata:
“Seseorang yang mati tanpa memiliki Imam, maka mati ia dalam keadaan jahiliyyah, dan banyak orang tidak dikecualikan sehingga mereka mengenal Imam mereka.”
Maka, kita harus berusaha mengenal Imam Zaman AS demi keimanan dan keislaman kita, dan agar kita akan diakui di kalangan orang-orang yang memperoleh keselamatan dan di kalangan orang-orang yang beriman.
Tugas lain para syi’ah pada zaman Ghaibah Kubra, yang telah diterangkan oleh Imam AS adalah siap menunggu kedatangan penyelamat, maka langkah pertama untuk menjamin keamanan adalah mengenal Imam zamannya, dan langkah kedua adalah siap untuk mendirikan Daulah Yang Adil oleh Imam Mahdi AS .
Barang siapa yang menunggu (muntazir) dan menyiapkan dirinya menanti kedatangan Imam AS harus memiliki pribadi dan kecakapan menjadi para sahabat Imam al-Mahdi AS dan sanggup mengorbankan diri dan harta benda di jalannya. Berdasarkan dalil ini, Imam as-Sadiq AS berkata:
“Barang siapa yang menanti perintah kami adalah umpama orang yang berkorban darahnya di jalan Allah.” 55
Memang benar, barang siapa yang benar-benar siap menanti kedatangan Imamul ‘Asr umpama mati syahid di jalan Allah.
Dalam riwayat lain, Imam yang sama menyatakan kepada beberapa pengikutnya pada pribadi yang merupakan Imam Zaman AS:
“Barang siapa yang mati ketika menanti pemerintah al-Qaim merupakan perumpamaan orang yang berada pada zaman kehadiran al-Qaim (Imam Mahdi AS).”
Kemudian beliau AS menambahkan:
“Tetapi dia umpama orang yang ditetak dengan pedang ketika bersamanya.”
Kemudian, beliau AS menjelaskan lebih lanjut:
“Demi Allah! Dia adalah umpama orang yang mati syahid ketika hadir bersama Rasulullah SAWAW. “56
Apakah kita dianggap di kalangan orang-orang yang menanti kehadiran Imam Mahdi AS? Tidakkah kita setidaknya menanti Wali Allah yang janjinya seperti penantian kita kepada kepulangan orang yang tersayang dari sesuatu perjalanan?
Dalam hadits yang lain, Imam Sadiq AS meriwayatkan kualifikasi-kualifikasi para sahabat Imam al-Mahdi AS:
“Jika seseorang ingin menjadi salah seorang sahabat al-Qaim, maka ia harus menanti kehadirannya dan hendaklah ia beramal dengan warak dan akhlak yang baik. Maka jika ia mati dan al-Qaim hadir setelah kematiannya, ia mendapat balasan umpama orang yang mengikutinya. Maka Bekerjalah dengan sungguh-sungguh dan tunggulah, bahwa usaha dan penantian itu akan memberikan kamu nikmat, wahai orang yang telah mendapat keamanan. “57
Maka orang yang sedang menanti kehadiran dan tidak henti dari usaha yang baik harus berusaha untuk mencapai posisi yang akan membawa rahmat Allah SWT.
Maka kita harus berdoa kepada Allah semoga kita termasuk orang-orang yang sedang menanti kehadiran Imam Zaman AS dan praktek kita menjadi suatu tanda kebenaran tuduhan kita itu. Pertama, kita harus menyiapkan diri kita dengan rasa cinta kepada Imam Mahdi AS, dan kemudian kita harus mengajak orang-orang lain ke jalannya, juga para musuh-musuhnya. Kita harus mencapai tingkat kepribadian para sahabat Imam Mahdi AS dan harus selalu dalam keadaan mengharapkan kemunculannya.
Para Syi’ah harus memiliki rasa cinta yang kokoh dengan Imam Mahdi AS saat Ghaibah.
Hati-hati dan jiwa mereka harus dipenuhi dengan cinta kepadanya.
Pikiran mereka harus taat untuk melayani kepadanya dan kehendak diri mereka harus sesuai dengan kehendaknya.
Doa-doa mereka harus ke arah mendapatkan rahmat Allah SWT agar dicurahkan ke atas Imam Mahdi AS, dan doa-doa mereka harus membawa kepada keselamatan.
Kehidupan mereka harus dicerna dan dinyalakan dengan cinta kepadanya.
Catatan Kaki:
[1] At-Taubah: 33
[2] Al-A’raf: 128
[3] Al-Qur’an 57: 17
[4] An-Nur: 55
[5] As-Shaff: 8
[6] An-Nisa: 49
[7] Muthakhabul Athar, Lutfullah Safi Galpayagan
(lenteralangit/ABNS)
0 komentar:
Posting Komentar