Dalam perjalanan pulang dari Syam menuju Madinah, di suatu tempat Imam Muhammad Al Baqir as berhenti karena menyaksikan orang-orang Nasrani sedang berkumpul dan seolah-olah mereka sedang akan melakukan sebuah perayaan di sebuah tempat dekat gunung.
Beliau bertanya kepada salah satu dari mereka: “Apakah ini? Apakah ada hari raya untuk mereka orang-orang Nasrani?” Mereka menjawab: “Tidak. Ini adalah acara tahunan. Setiap tahun para pembesar Kristen mengundang orang-orang Kristen untuk berkumpul di tempat ini dan di antara para pembesar mereka akan keluar seseorang yang paling alim dari mereka untuk menjawab semua pertanyaan mereka.”
Imam Baqir mengajak Imam Ja’far as, anaknya, untuk ikut bersama mereka dan kemudian mengenakan sorbannya untuk menutupi wajah beliau dan diikuti oleh Imam Ja’far as. Lalu masuk ke dalam rombongan untuk duduk bersama-sama orang-orang Kristen. Tidak lama datanglah orang yang paling alim dari para pembesar Kristen tersebut yang hanya terjadi setahun sekali perayaan ini untuk menjawab semua pertanyaan mereka.
Satu persatu para peserta rombongan diperhatikan oleh sang alim Kristen ini. Namun ia mendapati orang asing yang tidak pernah dia lihat sebelumnya. Tatap menatap pun terjadi antara sang alim dan Imam Baqir as.
Kemudian ia bertanya kepada Imam Baqir as: “Siapakah anda? Apakah anda dari golongan kami (Nasrani) atau golongan Marhumah (Muhammad)?”
Imam Baqir as menjawab: “Dari golongan Marhumah (yang dirahmati).”
Sang alim Nasrani bertanya kembali: “Apakah dari golongan alim mereka atau orang-orang bodoh dari mereka?”
Imam Baqir as menjawab: “Bukan dari orang-orang bodoh dari mereka.”
Sang alim bertanya kembali: “Engkau ingin bertanya atau ingin aku bertanya kepadamu?”
Imam Baqir as menjawab: “Kalau anda berkenan silahkan bertanya kepadaku.”
Maka sang alim Nasrani pun berteriak kepada para hadirin: “Wahai para hadirin dengarkan bahwa saat ini ada dari umat Muhammad yang sok menunjukkan ilmunya di tempat kita yang kita hanya jumpa setiap setahun sekali. Perhatikan bahwa aku akan memberikan beberapa pertanyaan untuk menunjukkan bahwa umat Muhammad ini tidak memiliki orang yang berilmu.”
Imam Baqir as pun menegaskan kembali: “Tanyakan apa saja yang ingin anda tanyakan.”
Sang alim Nasrani pun bertanya: “Aku bertanya bahwa ada suatu waktu yang waktu tersebut tidak termasuk waktu malam juga tidak termasuk waktu siang. Waktu apakah itu?”
Imam Baqir as pun langsung menjawab: “Itu adalah waktu antara terbit fajar dengan terbitnya matahari.”
Tercengang karena pertanyaan itu terjawab oleh Imam Baqir as, sang alim pun berkata: “Kamu tadi mengatakan bahwa engkau bukan dari golongan alim umat Marhumah.” Imam pun menjawab: “Aku hanya mengatakan bahwa aku bukan termasuk dari golongan orang-orang bodoh dari mereka.”
Sang alim Nasrani pun berkata: “Kalau begitu aku akan menanyakan sebuah pertanyaan kembali.”
Imam Baqir as berkata: “Silahkan.”
Sang alim Nasrani bertanya: “Kalian umat Muhammad mengaku bahwa surga yang akan diberikan kepada kalian di dalamnya terdapat buah-buahan selalu fresh, tidak pernah busuk dan selalu tersedia (tidak kosong). Adakah engkau mampu menjelaskannya dalam kehidupan dunia ini?”
Imam Baqir as pun menjawab dengan tenang: “Aku akan memberikan sebuah contoh dalam kehidupan dunia ini. Bukankah anda melihat tanah ini? Pernahkah manusia yang hidup di dunia ini tidak menemukan tanah? Pernahkah tanah ini tidak fresh? Selamanya dan dimanapun manusia berada akan selalu menemukan tanah. Dan begitulah kelak di surga Allah, di mana pun dan kapan pun anda akan menemukan buah-buahan yang fresh (ghaddan thariyyan).
Tercengang karena pertanyaan itu terjawab oleh Imam Baqir as, sang alim pun berkata: “Kamu tadi mengatakan bahwa engkau bukan dari golongan alim umat Marhumah.” Imam pun menjawab: “Tidakkah aku hanya mengatakan bahwa aku bukan termasuk golongan orang-orang bodoh dari mereka?”
Sang alim Nasrani pun berkata: “Kalau begitu aku akan menanyakan sebuah pertanyaan kembali.”
Imam Baqir as berkata: “Silahkan.”
Sang alim Nasrani pun berkata: “Surga Allah yang dijanjikan untuk kalian ini aneh. Tiap kali mereka makan dan minum segala kenikmatan sebanyak-banyaknya tidak pernah buang air. Adakah engkau mampu menjelaskannya dalam kehidupan dunia ini?”
Imam Baqir as pun langsung menjawab: “Aku akan berikan contoh kembali dalam kehidupan dunia ini sebelum masuk surga.”
Sang alim Nasrani bertanya penasaran: “Apa itu?”
Imam Baqir as berkata: “Tidakkah kau lihat janin dalam perut ibu? Ia akan selalu makan apapun yang dimakan oleh sang ibu. Namun selama dalam kandungan pernahkah ia buang kotoran dari sisa makanannya?”
Sang alim pun bertambah jengkel dan tercengang karena pertanyaan itu terjawab oleh Imam Baqir as. Sang alim pun berkata: “Kamu tadi mengatakan bahwa engkau bukan dari golongan alim umat Marhumah.” Imam pun menjawab: “Tidakkah Aku hanya mengatakan bahwa aku bukan termasuk golongan orang-orang bodoh dari mereka?”
Sang alim Nasrani pun berkata: “Kalau begitu aku akan menanyakan pertanyaan terakhir!”
Imam Baqir as berkata: “Silahkan.”
Sang alim bertanya: “Siapakah 2 anak kembar yang dikandung dalam perut yang sama, lahir dan wafat di hari yang sama. Namun salah satunya berusia 50 tahun sedang yang lainnya berusia 150 tahun?”
Imam Baqir as pun tersenyum dan menjawab: “Mereka adalah ‘Uzair dan ‘Uzairah. Lahir di hari yang sama, dalam kandungan yang sama namun ketika mereka berdua berusia 25 tahun, maka ‘Uzair diwafatkan oleh Allah selama 100 tahun sedang ‘Uzairah tetap hidup. Maka ketika ‘Uzairah berusia 125 tahun, ‘Uzair dihidupkan oleh Allah kembali sebagai pemuda berusia 25 tahun. (fa amaatahu Allah mi’ata ‘am tumma ba’atsahu [QS. al-Baqarah: 259]) Keledai dan makanannya pun tetap utuh. Maka ia pun kembali ke rumahnya. Dan mereka berdua hidup selama 25 tahun setelah itu. Kemudian mereka pun mati di hari yang sama.”
Sang alim Nasrani malu, menyerah dan berkata: “Wahai para hadirin, sungguh kalian telah durhaka kepadaku. Mengapa kalian mengizinkan ia hadir dalam acara setahun sekali ini dan mempermalukan aku di hadapan kalian? Maka aku tidak akan pernah lagi keluar sepanjang hidupku.”
_______________
Muhammad al-Baqir bin Ali bin Husain (676–743), (Bahasa Arab: Ù…Øمد ألباقر إبن علي) adalah imam ke-5 dalam tradisi Islam Syi’ah Imamiyah, sedangkan menurut Ismailiyah, ia merupakan imam ke-4. Dia lahir pada tanggal 1 Rajab 57 Hijriyah, di Madinah. Ayahnya adalah Imam Ali Zainal Abidin dan ibunya adalah Fatimah binti Hasan bin Ali. Dia mendapatkan penghormatan yang tinggi di kalangan Sunni karena pengetahuan agamanya.
(dedyzulvita/ABNS)
0 komentar:
Posting Komentar