SELAMAT DATANG DI AHLUL BAIT NABI SAW

AHLUL BAIT NABI SAW: Media Agama Dan Hati Umat Islam * Media Persatuan dan Kesatuan Sunni Dan Syiah


Nama: Muhammad saw;  
Gelar: Al-Musthafa;  
Julukan: Abu Al-Qosim;  
Ayah: Abdullah bin Abdul Muththalib; 
lbu: Aminah binti Wahab; 
Tempat dan tanggal lahir: Makkah, Senin, 12 Rabiul Awal; 
Hari dan tanggal wafat: Senin, 28 Shofar Tahun 11 H; 
Umur: 63 tahun; Makam: Madinah; 
Jumlah anak: 7 orang, 3 laki-laki dan 4 perempuan; 
Anak laki-laki: Qosim, Abdullah dan lbrahim; 
Anak perempuan: Zainab, Ruqoiyah, Ummu Kaltsum, dan Fathimah.

Riwayat Hidup
Riwayat Hidup Nabi Muhammad saw di kala umat manusia dalam kegelapan dan kehilangan pegangan hidupnya lahirlah seorang bayi dan keluarga yang sederhana di kota Makkah, yang kelak akan membawa perubahan besar bagi sejarah peradaban manusia. Ayahandanya bernama Abdullah putra Abdul Muththalib yang wafat sebelum beliau dilahirkan 7 bulan. Kehadiran bayi itu disambut oleh datuknya Abdul Muththalib dengan penuh kasih sayang dan kemudian bayi itu dibawanya ke kaki Ka’bah. Di tempat suci inilah bayi itu diberi nama Muhammad, suatu nama yang belum pernah ada sebelumnya.

Dan dalam usia enam tahun beliau juga kehilangan ibudanya yang tercinta, Aminah binti Wahab. Setelah kematian kedua orang tuanya, datuk beliau Abdul Muthalib mengambil alih pendidikannya. Menjelang wafatnya, Abdul Muththalib menunjuk putranya, Abu Thalib, sebagai wali dari Nabi Muhammad saw. Beliau dikenal sebagai orang yang tampan, ramah, jujur dan suka menolong sesamanya. Dan pada usia 25 tahun, beliau menikah dengan seorang bangsawan nan rupawan, Khadijah binti Khuwailid. Pada usia 40 tahun, Muhammad saw mendapat wahyu dari Allah SWT dan diangkat sebagai Nabi untuk sekalian alam. Ketika itu beliau senantiasa merenung dalam kesunyian, memikirkan nasib umat manusia. Hingga datanglah Jibril as dengan membawa berita gembira, lalu menyapa dan memerintahkan: “Bacalah dengan nama Tuhanmu”.
Kemudian Rasululullah saw mulai berdakwah mengajak kerabatnya menuju kepada pengesaan Allah SWT yang merupakan asal muasal dari segala yang wujud. Khadijah, istrinya merupakan orang pertama dari kalangan kaum wanita yang mempercayai kenabiaannya. Sedang laki-laki pertama yang mengikuti dan mengimani ajarannya adalah, Ali bin Abi Thalib as. Selama tiga tahun Rasululullah saw berdakwah secara diam-diam di kalangan keluarganya dan setelah turun ayat 94 dari Surah Al-Hijr yang berbunyi: “Maka siarkanlah apa-apa yang diperintahkan Allah kepadamu dan berpalinglah dari orang-orang musyrik”, Rasulullah saw mulai berdakwah secara terang-terangan.

Narnun, temyata kaum Quraish menolak ajakan suci dari Rasulullah saw, bahkan bapa saudaranya sendiri, Abu Lahab, termasuk salah seorang yang memusuhinya. Melihat permusuhan kaum Quraish pada beliau saw, bapa saudaranya, Abu Thalib, berkata: “Bagaimana rancanganmu dalam menghadapi permusuhan ini, wahai anak saudaraku? Akankah engkau menghentikan misimu?” Dengan spontanitas Rasululllah saw menjawab: “Wahai bapa saudaraku! Andai matahari diletakkan di tangan kiriku dan bulan di tangan kananku, agar aku menghentikan misi ini, sungguh aku tidak akan menghentikannya, hingga agama Allah ini meluas ke segala penjuru atau aku binasa karenanya.”

Bagi Muhammad saw, demi projek Allah apapun boleh terjadi. Gangguan demi gangguan, penderitaan demi penderitaan. ejekan, fitnahan, cemohan serta penganiayaan, telah mewarnai kehidupannya. Kaum Quraish bukan hanya mengganggu Rasulullah saw, akan tetapi para sahabatnya seperti, Amar serta kedua orang tuanya, Bilal dan yang lainnya juga tidak luput dari penyiksaan dan penganiyayaan.

Melihat tingkah laku umatnya, khususnya kaum Quraish, Rasulullah saw sangat sedih sekali. Beliau saw yang dikenal sebagai pembawa rahmat, penuh belas kasih, terhiasi dengan kasih sayang, merasa sedih karena beliau tahu bahwa penolakan dan gangguan kaumnya itu tidak lain hanya akan mengakibatkan kesengsaraan dalam kehidupan mereka di dunia dan di akhirat. Kesedihan itu semakin bertambah ketika pada tahun kesepuluh dari kenabiaannya, istrinya, Khadijah, yang sangat menyayanginya, yang membantu penyebaran misi Allah dengan harta dan jiwanya, yang selalu menghibur dan membahagiakan Rasulullah saw di saat beliau diganggu dan dianiaya oleh kaumnya, meninggal dunia. Tidak hanya itu, bapa saudaranya, Abu Thalib, yang memelihara sejak kecil hingga dewasa, yang selalu membela dengan jiwa dan raganya, juga meninggal dunia pada tahun yang sama.

Setelah kepergian dua orang terkemuka, pembela Rasululah saw dalam segala keadaan, gangguan kaum kafir Quraish semakin menjadi-jadi. Dan pada tahun ke-13 dari kenabiannya, Rasulullah saw berhijrah ke kota Madinah, setelah kaum kafir Quraish bersepakat untuk mcmbunuhnya. Di tempat hijrahnya itulah Rasulullah saw mulai mendapat sambutan, sehingga beliau mampu menyebarkan misi Allah dengan lebih leluasa dan mendirikan negara Islam di bawah pimpinan beliau sendiri.

Negara Islam yang masih muda belia itu dipaksa untuk menghadapi tentangan dan serangan yang datang dan kaum kafir Quraish Mekkah dan kaum Yahudi yang ada disekitar Madinah. Kemudian terjadilah peperangan-peperangan yang dipaksakan kepada negara Islam yang masih muda itu oleh pihak-pihak yang tidak setuju terhadap misi suci yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. Peperangan itu berawal dengan perang Badar, Uhud, Khandak dan peperangan yang lainnya. Berkat bantuan Allah, dan kepandaian Rasulullah dalam mengatur siasat serta berkat keberanian para sahabatnya, khususnya keluarganya seperti Hamzah bin Abdul Muthalib, Ja’far bin Abi Thalib, Ali bin Abi Thalib, akhirnya negara Islam yang baru didirikan itu mampu menahan segala serangan dan berdiri dengan kokoh. Setelah Rasulullah saw berhasil mendirikan negara Islam kemudian beliau memberikan pengajaran dan pengalaman yang lebih kepada sahabatnya.

Bukti keberhasilan yang beliau ajarkan adalah banyaknya para sahabat yang menjadi cerdik pandai dan yang paling pandai di antara sahabatnya adalah sepupunya sendiri yang sekaligus suami dari putrinya yaitu Ali bin Abi Thalib as. Karena banyaknya kegiatan yang beliau laksanakan, serta bertambahnya usia, menyebabkan kekuatan fisik beliau cepat menurun.

Akhirnya, tepat pada tanggal 28 Shafar tahun 11 H dalam usianya 63 tahun, Nabi suci, Nabi pilihan yang sekaligus penutup segala nabi yang sejak awal kehidupannya senantiasa mengabdikan diri pada Allah SWT, harus meninggalkan dunia fana ini menuiu ke hadirat Allah SWT. Beliau telah tiada, namun namanya tetap terukir indah sepanjang masa.

(dedyzulvita/ABNS)

0 komentar:

Sejarah

ABNS Fatwa - Fatwa

Pembahasan

 
AHLUL BAIT NABI SAW - INFO SEJARAH © 2013. All Rights Reserved. Powered by AHLUL BAIT NABI SAW
Top