“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka (ya, Muhammad). Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma’afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.” (Quran 3:159).
Ayat Suci Al-Qur’an ini menunjukkan bahwa sikap Nabi Muhammad (saw) merupakan faktor yang menarik orang-orang masuk ke dalam Islam. Setiap pemimpin yang ingin menyeru manusia kepada Allah juga harus toleran dan lembut dalam sikap pribadinya.
Pentingnya ayat ini adalah bahwa orang harus toleran sebagai individu, tetapi tidak dalam prinsip-prinsip.
Nabi Suci (saw) sangat tegas kalau sudah sampai masalah prinsip-prinsip dan tidak menunjukkan fleksibilitas ataupun kelonggaran. Jika ada orang menghina dia, dia akan memaafkan mereka, karena itu sesuatu yang berhubungan dengan dirinya sendiri. Tapi kalau ada yang melanggar hukum Islam dan aturan, Nabi Suci (saw) akan menindak mereka dengan tegas dan adil.
Pernah seseorang menghentikan Nabi Suci (saw) dan menyatakan bahwa Nabi berhutang uang dan orang itu tidak akan membiarkan Nabi pergi kecuali ia telah menerima pembayaran segera. Nabi saw berkata: “Aku tidak berutang apa-apa, tetapi bahkan jika aku lakukan, biarkan aku pulang untuk mendapatkan uangmu.” Orang itu berkata bahwa ia tidak akan membiarkan Nabi mengambil langkah lain. Mengabaikan betapa lembutnya Nabi (saw) bersikap, lelaki itu bertindak keras dan kasar, sampai-sampai dia menarik jubah Nabi dan melingkarkan ke lehernya dan menariknya, sampai menjadi memar.
Nabi Suci (saw) sedang dalam perjalanan ke Mesjid dan ketika orang-orang mengetahui bahwa ia terlambat, mereka pergi mencari beliau dan menemukan seorang Yahudi menghalangi di jalan. Pada saat itu umat Islam ingin menampar dan menghukum orang kasar ini, tetapi Nabi (saw) berkata: “Tidak, kalian tidak usah ikut campur, aku tahu apa yang harus aku lakukan dengan temanku.” Melihat sikap rendah hati dan kelonggaran Nabi, orang Yahudi itu memeluk Islam di tempat itu juga dan berkata: “Engkau begitu kuat namun juga sangat toleran, dan ini tidak mungkin (bisa dilakukan) orang biasa. Aku bersaksi tidak ada Tuhan kecuali Allah dan engkau Muhammad (saw) adalah utusan Allah.”
Ketika Nabi Suci (saw) memasuki Mekah setelah kota itu ditaklukkan, seorang wanita dari kalangan bangsawan kaya Quraisy telah mencuri sesuatu yang penting, dan sesuai dengan aturan Islam, tangannya harus dipotong. Wanita itu adalah seorang tokoh terkenal berpengaruh Quraisy, dan kerabatnya berusaha menyelamatkan dirinya dengan membujuk Nabi (saw) untuk tidak memberikan putusan karena wanita itu adalah putri sebuah keluarga kaya dan kelas atas dan jika tangannya dipotong seluruh keluarga akan menanggung malu.
Nabi Suci (saw) berkata: “Tidak mungkin, aku tidak bisa menangguhkan keputusan tersebut. Jika wanita ini bukan anggota aristokrasi (kaya & terkenal), kalian semua akan setuju jika ia harus dihukum, tetapi sekarang kalian mengatakan dia tidak seharusnya dihukum karena dia akan dipermalukan. Bagaimana aku bisa memaafkannya? Tidak, hukum Allah tidak akan dihentikan sementara dan tidak ada alasan yang akan diterima.”
Dari kedua kejadian tersebut, kita melihat bahwa Nabi Suci (saw) tidak pernah berkompromi dalam hal-hal mengenai prinsip, tapi ketika dalam hal kepentingan pribadinya, ia sangat toleran dan murah hati. Beberapa alasan di balik kemajuan Islam adalah karena sikap yang sangat baik, sikap dan karakteristik yang ditampilkan oleh Nabi Suci (saw) dan cara hidupnya.
Peran besar-Nya sebagai Nabi, Rasul, pembimbing, pemimpin dan semua karakteristik besar kepribadian yang berbeda digabungkan menjadi satu manusia unggul atas semua manusia dalam sejarah, dan juga karena Quran Suci, yang merupakan mu’jizat yang diberikan kepada Nabi saw dari Allah. Keindahan, kedalaman yang unik, keanggunan dan daya tarik Al-Qur’an meninggalkan dampak yang besar dalam penyebaran Islam.
Inilah sebabnya mengapa Allah menyebutkan dalam Quran Suci sehubungan dengan kebesaran Nabi Suci saw. (Quran 68:4) “Sesungguhnya, engkau benar-benar memiliki sikap yang terpuji.”
Jadi, siapapun yang berkata atau berkhotbah dari hatinya, akan memenangkan hati orang lain, dan siapa pun berbicara dan berkhotbah dari mulutnya, kata-katanya tidak akan menembus hati. Dalam pesan yang disampaikan oleh hamba-hamba Allah, hal ini jelas diamati tapi tidak dalam pesan para pemimpin lain di dunia.
Nabi Muhammad (saw) mengubah dunia dari kebodohan dan penyembahan berhala menjadi tauhid dan keselamatan. Dia melakukan tugas yang paling luar biasa dalam kesulitan yang luar biasa pula, tapi selalu menjaga kebaikannya, kemurahan hati dan pengampunan, yang benar-benar ciri utusan Allah. Pada dirinya, kesempurnaan tertinggi terkumpul. Dia dalam kenyataannya adalah manusia sempurna yang di hadapannya malaikat diperintahkan untuk bersujud (bershalawat). Itulah mengapa Allah dan para malaikat-Nya memuji dan memberkati dia dan orang-orang yang beriman diperintahkan juga untuk memuji dan memberkati dia, mengikuti dan mengambil hikmah dari kehidupan dan ajaran Nabi Muhammad (saw).
_______________
Diterjemahkan dari The Holy Prophet Muhammad (SAW) Transformed the World
(dedyzulvita/ABNS)
0 komentar:
Posting Komentar