Kisah pemalsuan hadis atas Imam Ali as adalah sebuah kisah lama yang telah dijelaskan di tempatnya. Meskipun para ulama tahu akan hal ini, namun kadang mereka menyebutkan beberapa hal yang saling bertentangan dalam kitab-kitab mereka. Di samping itu, para "pakar Islam" atau yang lazim disebut orientalis selalu memberikan kajian-kajian tentang Al-Qur'an, agama atau sejarah yang membuat para ulama sejati Islam menanggung banyak beban supaya hakikat-hakikat agama dan peristiwa-peristiwa penting sejarah tidak diselewengkan.
Hasilnya adalah mereka memulai pencemaran nama Ali as sejak hari awal pernikahannya. Sepertinya mereka hendak mengatakan bahwa hadis "Barang siapa yang membuat Fatimah marah, berarti ia telah membuatku marah" berkaitan dengan pernikahan Imam Ali as dengan putri Abu Jahal. Padahal mereka sendiri juga menulis bahwa selama Fatimah as masih hidup, Ali as tidak menikah dengan wanita lain.
Membahas sanad dan isi riwayat-riwayat palsu ini di luar dari tujuan buku ini. Pembaca budiman dapat merujuk mukadimah dan catatan kaki buku "Ats-Tsughurul Basimah fi Fadhaili As-Sayyidah Fatimah" karya Jalaluddin Suyuthi dan buku "Fatimah Az-Zahra, minal Mahdi ilal Lahd " tulisan almarhum Qazvini hingga dapat mengetahui kebohongan kisah-kisah palsu ini.
Al-Qunduzi Hanafi dalam kitab Yanabiul Mawaddah, bab 56 meriwayatkan dari Hudzaifah dan Jabir bin Abdullah Al-Anshari bahwa Nabi saw bersabda, "Ali adalah manusia terbaik. Barangsiapa yang mengingkarinya, berarti ia telah kufur."
Ia juga meriwayatkan dari Ibnu Abbas sabda Nabi saw kepada Ali as, "Wahai Ali, Allah menikahkanmu dengan Fatimah dan menjadikan bumi sebagai maharnya. Orang yang memusuhimu haram berjalan di atas bumi."
Ali as disebut dalam Al-Qur'an sebagai sholihul mukminin, sahabat setia Nabi saw dan eksistensi shiratul mustaqim (Tafsir Furat Al-Kufi, surat Al-Hajar, halaman 224, surat An-Nahl, halaman 233). Apabila tidak ada Ali, niscaya tidak akan ada jodoh bagi Fatimah. Kehidupan dua manusia suci yang dimulai pada tahun kedua Hijriyah ini dilalui dengan perjuangan melawan musuh-musuh agama.
Bukankah Abu Jahal yang disebut sebagai mertua Ali as oleh Bukhari dan Muslim (berdasarkan riwayat Musawir bin Makhzumah yang lahir di tahun kedua Hijriyah), adalah orang yang disebut Nabi saw lebih buruk dari Firaun di zaman Nabi Musa? Orang yang hingga ia mati dibunuh oleh Abdullah bin Masud[26] dalam perang Badar pun tetap tidak beriman kepada Allah? Apakah masuk akal orang yang pertama beriman kepada Nabi saw dan menjadi perwujudan ayat: "Orang yang menjual jiwanya demi keridhaan Allah"[27] lebih mengutamakan putri Abu Jahal ketimbang Fatimah as dan membuat Nabi saw marah?
Referensi:
[26] Abdullah bin Masud termasuk dari sahabat Nabi saw yang berilmu dan menguasai hadis dan fiqh. Ia ikut serta dalam perang Badar, Uhud, Khandaq, Baitur Ridhwan dan perang-perang yang lain. Abdullah bin Mas`ud dalam perang Badar memenggal kepala Abu Jahal dan membawanya ke Nabi saw. Beliau lalumengucapkan syukur kepada Allah atas terbunuhnya orang yang paling memusuhi Islam ini.Setelah ia berhijrah dari Kufah ke Madinah, ia meningggal pada tahun 32 H dalam usia lebih dari 60 tahun. Ia berwasiat untuk dikuburkan di malam hari.
[27] Al-Baqarah 27.
(alhassanain/ABNS)
0 komentar:
Posting Komentar