SELAMAT DATANG DI AHLUL BAIT NABI SAW

AHLUL BAIT NABI SAW: Media Agama Dan Hati Umat Islam * Media Persatuan dan Kesatuan Sunni Dan Syiah


Safiyah putri Huyai bin Akhtab dari kabilah Yahudi Bani Nadhir. Ia pertama kali menikah dengan Salam bin Misykam, lalu diperistri oleh Kinanah bin Abil Huqoiq.[44] Kinanah terbunuh dalam perang Khaibar di tahun tujuh Hijriyah.

Safiyah tertawan dalam perang ini. Bilal membawa Safiyah dan sepupunya menemui Rasul saw. Ia membawa mereka melewati orang-orang Yahudi yang terbunuh dalam perang. Melihat mayat-mayat itu, sepupu Safiyah kehilangan kontrolnya dan memukuli wajah dan kepalanya. Namun, Safiyah tetap tenang. Ketika mereka menghadap Rasulullah saw, beliau menyiapkan tempat duduk khusus buat mereka. Saat beliau tahu bahwa mereka melewati tempat terbunuhnya pasukan Yahudi, beliau berkata kepada Bilal, "Apakah engkau tidak memiliki perasaan hingga kau bawa mereka melewati jenazah kerabat-kerabat mereka?" Di saat itu, Rasul saw melihat wajah memar Safiyah dan bertanya kepadanya, "Kenapa wajahmu memar?" Safiyah menjawab, "Semalam aku bermimpi melihat bulan turun di pangkuanku. Pagi harinya, aku ceritakan mimpiku kepada suamiku (atau ayahku). Dia lalu menampar wajahku dan berkata: "Sepertinya kau mengharapkan Muhammad dalam hatimu?" Rasulullah saw berkata, "Apabila kau masuk Islam, kau akan kujadikan sebagai istriku. Tapi bila kau tetap memeluk agama Yahudi, kau akan kubebaskan dan kukembalikan ke kabilahmu."
Safiyah menjawab, "Aku telah beriman sebelum Anda mengajakku masuk Islam. Tinggal di sisi Rasulullah saw lebih berharga bagiku."

Berkah-berkah Pernikahan ini:

1. Kegelisahan jiwa Safiyah terobati.
2. Dengan perlakuan penuh hormat yang sesuai dengan kedudukan Safiyah sebagai putri kepala kabilah, ia memeluk Islam dan menyatukan keluarganya dan orang-orang Yahudi yang baru memeluk Islam.
3. Dengan pernikahan ini, para tawanan dibebaskan dan diperlakukan dengan hormat. Mereka kembali ke tengah kaum mereka dan menyampaikan kemuliaan akhlak Rasul saw hingga mereka masuk Islam.

" Disebutkan bahwa Safiyah termasuk wanita pandai di kabilah Bani Nadhir. Dalam perang Khaibar, ia di bawah kekuasaan Dihyah Al-Kalbi yang kemudian dihadiahkan kepada Rasulullah saw. Beliau membebaskannya dan menikahinya serta menjadikan pembebasannya sebagai mahar nikah. Dalam kitab A'lamul Waro disebutkan: "Rasulullah saw memilih Safiyah dari para tawanan lalu membebaskannya dan menikahinya. Pembebasan Safiyah adalah mahar nikahnya. Ia meninggal di tahun 36 Hijriyah."

" Di hari pernikahannya dengan Safiyah, Rasul saw mengadakan acara walimah. Ketika beliau sampai di Madinah, beliau menitipkannya di rumah Harits bin Nu`man. Para wanita Anshar berdatangan menemui Safiyah dan mengucapkan selamat kepadanya. Empat orang dari istri-istri Rasul saw, termasuk Aisyah, menemui Safiyah untuk melihat kecantikan dan kesempurnaannya yang mereka dengar sebelumnya. Rasulullah saw bertanya kepada Aisyah, "Bagaimana kau lihat dia?" Ia menjawab, "Ia tidak lebih baik dari wanita-wanita Yahudi lainnya." Rasul saw menjawab, "Jangan berkata seperti ini! Safiyah adalah wanita Muslim yang bertakwa."

" Safiyah seorang wanita yang beradab, cerdas dan sangat menghormati Rasul saw. Salah satu ucapannya yang menunjukkan cinta dan hormatnya kepada Nabi saw adalah: "Andai aku mati sebagai tebusan Nabi hingga tidak ada yang mengganggunya." Mengomentari ucapannya, Rasul saw berkata, "Ia mengatakan yang sebenarnya." Thabari menulis: "Di saat ajal mendekati Rasul saw, Safiyah adalah istri beliau yang paling bersedih. (Dan ia juga menghibur Sayidah Fatimah as).


Pernikahan Rasul saw dengan Maimunah

Maimunah putri Harits bin Huzn dari Bani Hilal. Suami pertamanya adalah Abu Ruham bin Abdul Uzza. Kemudian di bulan Dzul Qaedah tahun tujuh Hijriyah, dalam perjalanan Umratul Qadha`, ia dinikahkan dengan Rasul saw oleh Abbas bin Abdul Muthalib di sebuah tempat bernama Sarif (dekat Makkah).

Dalam kitab-kitab rijal dan diroyah disebutkan: "Maimunah adalah wanita yang terpercaya dalam meriwayatkan hadis. Setelah Ummu Salamah, dia adalah istri Nabi yang paling bertakwa. Menurut sebuah pendapat, ia meninggal dalam usia delapan puluh tahun. Ibnu Abbas menyalati jenazahnya dan ia dikuburkan di Baqi`."

Apabila Maimunah meninggal di tahun 63 atau 66 Hijriyah, maka ia meninggal setelah Ummu Salamah, karena ia meninggal di tahun 62 Hijriyah. Maimunah berasal dari kabilah Humair (Hamir) atau Kananah. Nama aslinya adalah Birrah yang diganti oleh Nabi saw menjadi Maimunah.
Maimunah adalah saudari seibu Asma` binti Umais. Saudara perempuan lainnya adalah Ummul Fadhl Lubabah, istri Abbas bin Abdul Muthalib. Salma binti Umais, saudarinya yang lain, adalah istri Hamzah Sayidus Syuhada. Tentang keutamaan Asma atau Hindun ibunya, disebutkan: "Wanita paling mulia dari sisi para menantunya (Jafar Thayyar, Ali as, Abbas, Hamzah Sayidus Syuhada dan Rasulullah saw)." Dalam kitab Majmauz Zawaid dikatakan bahwa Maimunah menghibahkan dirinya kepada Rasul saw.

Para mufasirin menjelaskan bahwa ayat ke-51 dari surat Al-Ahzab menunjukkan sebagian wanita, termasuk Maimunah, yang menghibahkan diri mereka kepada Rasul saw.

Di antara keistimewaan Rasul saw adalah beliau dapat menikah tanpa mahar dengan para wanita Muslimah yang bercerai atau ditinggal mati suami mereka. Oleh karenanya, pernikahan seperti ini memiliki sisi penghibahan, seperti yang ditunjukkan oleh ayat "Dan wanita mukminah bila ia hibahkan dirinya kepada Nabi."[45] Dalam kitab Durrul Mantsur, ada riwayat dari Imam Ali Zainal Abidin as bahwa ayat 51 dari surat Al-Ahzab turun berkaitan dengan Ummu Syarik Azdi yang menghibahkan dirinya kepada Rasul saw. Allamah Thababai mengatakan, "Diriwayatkan bahwa nama wanita itu adalah Khulah binti Hakim. Dalam riwayat lain disebutkan bahwa ia adalah Laila binti Hatim atau Maimunah. Tampaknya, ada beberapa wanita yang menghibahkan diri mereka kepada Rasul saw."

Ibnu Abbas berkata, "Wanita yang menghibahkan dirinya itu adalah bibiku Maimunah." Dalam Al-Kafi, Muhammad bin Abi Qois meriwayatkan dari Abu Jafar as: "Seorang wanita dari Anshar datang menghadap Rasul saw dan berkata kepadanya, "Wahai Rasulullah, meskipun bukan adat wanita datang melamar suami, tapi karena sudah lama aku menjanda dan tidak punya anak, maukah Anda menikah denganku? Kalau Anda setuju, aku hibahkan diriku kepadamu." Rasulullah saw lalu mendoakannya dan berkata kepadanya, "Wahai saudari Anshar, Allah akan memberikan pahala terbaik kepada kalian lewat utusan-Nya. Kaum lelaki kalian telah menolongku dan wanita-wanita kalian menunjukkan penghormatan mereka kepadaku." Hafshah, putri Umar, berkata kepada wanita itu, "Apakah kau tidak punya harga diri dan rasa malu di depan lelaki?" Rasulullah saw bersabda, "Hafshah, jangan kau ganggu dia karena ia lebih baik darimu. Ia tunjukkan cinta dan hormatnya kepada Rasul Allah, tapi kau malah mencelanya."

Kemudian beliau berkata kepada wanita itu, "Semoga Allah merahmatimu dan mengaruniakan surga-Nya padamu, karena kau telah tunjukkan cintamu kepadaku dan membuatku gembira. Pulanglah dan akan kuberi kabar secepatnya kepadamu, insya Allah."

Ayat di atas lalu turun menyusul peristiwa ini. Imam Sajjad as berkata, "Dengan ini, Allah menyampaikan pesan bahwa bila ada wanita yang menghibahkan dirinya kepada Nabi saw, maka Ia menghalalkannya bagi beliau, tapi mengharamkannya bagi selain beliau."[46]

Dalam kitab Majma`ul Bayan, menukil pendapat sebagian orang, Thabarsi menulis: "Ketika wanita itu menghibahkan dirinya kepada Rasul saw, Aisyah berkata, "Apa yang terjadi pada para wanita sampai mereka menghibahkan diri tanpa mahar?" Kemudian, ayat ini diturunkan. Kata Aisyah, "Betapa seringnya Allah bertindak sesuai keinginanmu!"[47]

Ada empat wanita yang dicatat para fukaha dan sejarawan sebagai wanita yang menghibahkan diri mereka kepada Rasul saw:
1. Ummu Syuraik binti Jabir.
2. Zainab binti Khuzaimah.
3. Khulah binti Hakim.
4. Maimunah binti Harits.

Sebagian dari mereka menambahkan nama Laila binti Khutaim. Keempat wanita ini juga dijuluki Ummul Mukminin.

Almarhum Imad Zadeh menulis: Diriwayatkan dalam sebuah hadis bahwa Rasul saw bersabda, "Aku tidak pernah menikah dengan seorang wanita dan tidak pernah aku nikahkan putriku dengan seseorang kecuali dengan wahyu Allah yang dibawa Jibril as."

Maimunah, saudari Ummul Fadhl istri Abbas, yang terpengaruh oleh daya tarik Rasul saw, berkata kepada iparnya Abbas, paman Rasul saw, bahwa ia bersedia menikah dengan beliau. Beliau menyetujui tawaran Maimunah dan dengan ini, beliau semakin mengokohkan hubungannya dengan Quraisy. Ketertarikan seorang gadis kepada lelaki yang jauh lebih tua darinya menunjukan pengaruh dan kharisma spiritual lelaki itu. Rasulullah saw meminta dari wakil Quraisy untuk memberinya waktu hingga beliau dapat melangsungkan acara pernikahan di Mekkah dan dihadiri oleh para pembesar Quraisy. Namun, wakil Quraisy menolak permintaan beliau dan berkata bahwa kami tidak membutuhkan makanan dari kalian.

Rasul saw lalu memerintahkan kaum Muslim pergi keluar Mekkah di tengah hari dan jangan ada yang tinggal di sana sampai Zhuhur. Beliau hanya menyuruh pelayannya, Abu Rafi` untuk tinggal di sana dan membawa istri beliau di saat terbenamnya matahari.[48]

Setelah Muslimin keluar dari Mekkah, kaum musyrik mengecam Maimunah. Namun, kecaman dan cemoohan mereka tidak berrpengaruh dalam dirinya. Dengan ini, janji yang Rasul saw berikan kepada Muslimin lewat mimpi beliau untuk berziarah ke Kabah telah terwujud. Ayat 27 dari surat Al-Fath turun dalam rangka mengabarkan kebenaran janji Rasul ini. Dalam ayat ini, Allah menceritakan kemenangan yang dekat, yaitu penaklukan kota Mekkah yang terjadi pada tahun delapan Hijriyah.


Pernikahan Rasul saw dengan Mariyah Qibtiyah

Pada tahun enam Hijriyah, Rasulullah saw mengutus duta-dutanya ke kawasan luar Hijaz. Beliau mengrim salah satu suratnya kepada Maququs, penguasa Iskandaria di Mesir dan menyerunya memeluk agama Islam. Meskipun ia tidak menjawab seruan beliau, namun ia membalas surat Nabi saw dengan mengirim hadiah-hadiah, termasuk seorang budak wanita bernama Mariyah.[49]

Setelah itu, Mariyah diperistri oleh Nabi saw dan melahirkan seorang anak bernama Ibrahim. Ibrahim sangat disayang oleh Nabi dan seedikit banyak dapat mengurangi kesedihan beliau setelah kematian putra terdahulunya. Namun, kegembiraan beliau tidak berlangsung lama, karena Ibrahim meninggal pada usia 18 bulan di tahun sepuluh Hijriyah tiga bulan sebelum beliau wafat.

Muhammad Jadul Maula dan rekan-rekannya dalam buku "Kisah-kisah Al-Qur'an" menulis:
"Maququs, penguasa Mesir mengirimkan hadiah-hadiah kepada Nabi saw, termasuk Mariyah Qibtiyah dan seorang pembantu wanita. Beliau menikahi Mariyah, namun ia tidak ditempatkan di samping masjid seperti istri-istri beliau yang lain. Beliau menempatkannya di sebuah kebun di sekitar Madinah yang dipenuhi pohon kurma dan anggur. Beliau selalu mengunjungi Mariyah hingga ia melahirkan Ibrahim."[50]

Dalam buku-buku sejarah, nama saudara permpuan Mariyah termasuk dalam hadiah yang dikirimkan kepada Nabi saw. Ia bernama Syirin atau Sirin yang kemudian Rasul saw menghibahkan atau menikahkan dengan Hassan bin Tsabit.

Allamah Majlisi dalam kitab Hayatul Qulub menukil dari Manaqib Ibnu Syahr Asyub, jilid 1, halaman 209 dari Syaikh Thusi: "Rasul saw memiliki dua pembantu perempuan yang beliau perlakukan sama dengan istri-istri beliau yang lain. Salah satunya adalah Mariyah binti Syamun Qibtiyah dan yang lain bernama Raihanah binti Zaid Qardhiyah. Keduanya dihadiahkan oleh Maququs penguasa Iskandaria Mesir kepada Rasul. Mariyah meninggal lima tahun setelah wafatnya Rasul saw."


Sepuluh Poin Penting

Istri-istri Rasul saw berasal dari:
1. Kerabat dekat beliau.
2. Putri-putri para pembesar Quraisy dan teman-teman beliau di Makkah (sebagian dari negeri lain).
3. Para wanita tawanan perang yang mereka sendiri rela menikah dengan beliau.
4. Sebagian mereka dilamar sendiri oleh beliau dan sebagian yang lain menawarkan dan menghibahkan diri mereka kepada beliau.
5. Kecuali satu-dua wanita, istri-istri beliau adalah janda.
6. Selama Khadijah hidup, beliau tidak pernah menikah dengan wanita lain. Beliau menikah dengan istri-istri lain dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir kehidupan beliau di Madinah.
7. Beliau hanya mempunyai anak dari Khadijah dan Mariyah Qibtiyah.
8. Beliau selalu memberi pilihan kepada istri-istrinya untuk memilih kehidupan duniawi atau hidup dengan beliau. Ayat 28-32 surat Al-Ahzab menyinggung hal ini.
9. Dikarenakan akhlak dan kesucian jiwa beliau, tidak ada seorangpun dari istri-istri beliau yang meminta cerai. Ketika beliau wafat, sembilan wanita menangisi kepergiannya.
10. Semua istri beliau senantiasa menjaga kesucian mereka. Setelah beliau wafat, tidak ada seorangpun yang menikah dengan lelaki lain sesuai dengan perintah Allah.

Inilah kumpulan kisah pernikahan Rasul saw dengan motivasi-motivasi berbeda yang telah kami sebutkan dalam awal atau akhir setiap kisah. Sedikit banyak, kami telah gambarkan riwayat hidup beliau dari masa muda hingga kenabian, dari kenabian hingga hijrah dan dari hijrah hingga wafat. Bagi mereka yang ingin lebih memperdalam pengetahuan mereka tentang beliau, kami persilakan untuk merujuk kitab-kitab tafsir dan sejarah.

Referensi:
[44] Riwayat hidup Huyai bin Akhtab dapat Anda lihat di kitab Al-Irsyad, karya Syaikh Mufid, bab 2, pasal 26.
[45] Al-Ahzab 50.
[46] Al-Kafi, jilid 5, hal. 568 hadis 53.
[47] Majmaul Bayan, jilid 8, hal. 365, Al-Mizan, jilid 16, hal. 514.
[48] Sirah Ibnu Hisyam, jilid 3, hal. 12-14, Tarikhul Khamis, jilid 2, hal. 62-65.
[49] Menurut Ya`qubi, (Tarikh Ya`qubi, jilid 2, hal. 82) ada 12 surat yang dikirim Rasul saw. Tapi, para pengkaji sejarah di zaman sekarang berpendapat bahwa ada 26 surat yang ditulis dan dikirim sejak tahun enam Hijriyah sampai wafatnya beliau. Ibnu Jazm berkata: Kecuali Kaisar Romawi, semua raja yang mendapatkan surat dari Nabi saw beriman kepada beliau.
[50] Sebelum kelahiran Ibrahim, Rasul saw kehilangan tiga putra (Qasim, Tayyib dan Thahir ) dan tiga putri ( Zainab, Ummu Kultsum dan Ruqayyah). Sebagian sejarawan mengatakan bahwa Tayyib dan Thahir adalah julukan Abdullah. Jadi, Sayidah Khadijah mempunyai dua anak. 

(alhassanain/ABNS)

0 komentar:

Sejarah

ABNS Fatwa - Fatwa

Pembahasan

 
AHLUL BAIT NABI SAW - INFO SEJARAH © 2013. All Rights Reserved. Powered by AHLUL BAIT NABI SAW
Top