Hadits Al-Ghadir adalah hadits yang disampaikan oleh Rasulullah saw di Ghadir Khum, suatu tempat antara Mekkah dan Madinah, sesudah Haji Wada’. Hadits ini disampaikan di depan kurang lebih 150.000 sahabat, di bawah terik matahari yang sangat panas, sambil memegang tangan Imam Ali bin Abi Thalib as.
Hadits Al-Ghadir adalah hadits yang paling mutawatir dari semua hadits, tidak ada satupun hadits Nabi saw yang melebihi kemutawatiran hadits Al-Ghadir. Karena tidak satu pun hadits Nabi saw yang lain yang disaksikan dan didengarkan oleh puluhan ribu sahabat. Redaksi hadits ini juga bermacam-macam, antara lain:
Di Ghadir Khum, Rasulullah saw bersabda,
من كنت مولاه فعـلي مولاه، اللهمّ وال من والاه وعاد من عاداه
“Barangsiapa yang menjadikan aku pemimpinnya, maka Ali adalah pemimpinnya. Ya Allah, tolonglah orang yang menolongnya, dan musuhi orang yang memusuhinya.”
Dalam redaksi yang lain disebutkan:
من كنت مولاه فإنّ عليّاً مولاه، اللهمّ عاد من عاداه ووال من والاه
“Barangsiapa yang menjadikan aku pemimpinnya, maka sesungguhnya Ali adalah pemimpinnya. Ya Allah, musuhi orang yang memusuhinya, dan tolonglah orang yang menolongnya.”
Zaid bin Arqam juga mengatakan bahwa Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya Allah adalah pemimpinku dan aku adalah pemimpin setiap mukmin.” Kemudian beliau memegang tangan Ali seraya bersabda:
من كنت وليّه فهذا وليّه، اللهمّ وال من والاه وعاد من عاداه
“Barangsiapa yang menjadikan aku sebagai pemimpinnya, maka ini (Ali) adalah pemimpinnya. Ya Allah, tolonglah orang yang menolongnya, dan musuhi orang yang memusuhinya.”
Dalam redaksi yang lain disebutkan:
من كنت مولاه فهذا عليّ مولاه
“Barangsiapa yang menjadikan aku mawlanya, maka ini Ali adalah mawlanya.”
Dalam riwayat yang lain disebutkan bahwa orang yang pertama kali mengucapkan “ucapan selamat” kepada Ali bin Abi Thalib as di Ghadir Khum adalah Umar bin Khaththab, dengan mengatakan:
بخ بخ لك يابن ابي طالب قد اصبحت مولاي و مولا كل مؤمن و مؤمنة
Selamat, selamat atasmu wahai putera Abu Thalib, engkau telah menjadi pemimpinku dan pemimpin semua mukmin dan mukminah.
Hadits Al-Ghadir dengan segala macam redaksinya terdapat dalam kitab:
[1] Shahih Muslim, jilid 4/1873, Dar Fikr, Bairut;
[2] Shahih Tirmidzi, jilid 5, hal. 297, hadits ke 3797;
[3] Sunan Ibnu Majah, jilid 1, hal. 45, hadits ke 121;
[4] Musnad Ahmad jilid 5, hal. 501, hadits ke 18838, hal. 498, no. 18815, cet. Bairut;
[5] Musnad Ahmad, jilid 4, hal. 368 dan 372;
[6] Musnad Ahmad bin Hambal, jilid 1, hal. 88, cet. pertama; jilid 2, hal. 672, dengan sanad yang shahih; jilid 4, hal. 372. cet. pertama;
[7]Khashaish Amirul mu’minin (as), hal. 96, cet. Kuwait 1406 H;
[8] Fadhilah ash-Shahabah, hal. 15, Dar kutub ilmiyah, Bairut;
[9] Mustadrak Al-Hakim, jilid 3, hal. 533, Dar fikr, Bairut 1398 H;
[10] Majma’ az-Zawaid, jilid 9, hal. 104-105, Dar kitab Al-Arabi, Bairut 1402 H;
[11] Tarjamah Al-Imam Ali bin Abi Thalib, dalam Tarikh Damsyiq, oleh Ibnu Asakir Asy-Syafi’I, jilid 1, hal. 213, hadits ke: 271, 277, 278, 279, 281, 460, 461 dan 465; jilid 2, hal. 14, hadits ke: 509, 510, 519, 520, 524, 525, 529, 530, 531, 533, 534, 536, 537, 538, 540, 541, 542, 551, 554, 555, 556, 557, 563, 564, 574, 575, 577, 578, 579 dan 587, cet. pertama, Bairut;
[12] Majma’uz Zawaid, oleh Al-Haitsami Asy-Syafi’i, jilid 9, hal. 103, 105, 106, 107 dan 108;
[13] Kanzul ‘Ummal jilid 15, hal. 91, 92, 120, 135, 143, 147 dan 150, cet. kedua;
[14] Khashaish Amirul Mu’minin, oleh An-Nasa’I Asy-Syafi’i, hal. 94, 95 dan 50, cet. Al-Haidariyah;
[15] Al-Mustadrak Al-Hakim, jilid 3, hal. 110;
[16] Hilyatul Awliya’, oleh Abu Na’Imam Muhammad Al-Baqir (as), jilid 5, hal. 26;
[17] Usdul Ghabah, oleh Ibnu Atsir, jilid 5, hal. 369; jilid3, hal. 274; jilid 5, hal. 208;
[18] Jami’ul Ushul, oleh Ibnu Atsir, jilid 9, hal. 468;
[19] Al-Manaqib, oleh Al-Khawarizmi Al-Hanafi, hal. 79, 94 dan 95;
[20] Ad-Durrul Mantsur, oleh As-Suyuthi, jilid 5, hal. 182;
[21] Nizham Durar As-Samthin, oleh Az-Zarnadi Al-Hanafi, hal. 112;
[22] Manaqib Ali bin Abi Thalib, oleh Ibnu Al-Maghazili Asy-Syafi’i, hal. 19, hadits ke: 24, 23, 30, 31, 32, 34 dan 36;
[23] Al-Hawi, oleh As-Suyuthi, jilid 1, hal. 122;
[24] Al-jarh wat-Ta’dil, oleh Abi Hatim, jilid 4, hal. 431, cet. Haidar Abad;
[25]Yanabi’ul Mawaddah, oleh Al-Qundusi Al-Hanafi, hal. 31, 33, 36, 37, 38, 181, 187, 274;
[26] Dzakhairul ‘Uqba, hal. 67;
[27] Al-Ishabah, jilid 1, hal. 305, 372 dan 567; jilid 2, hal. 257, 382, 408 dan 509; jilid 3, hal. 542; jilid 4, hal. 80;
[28] Al-Aghani, oleh Abil Farj Al-Isfahan, jilid 8, hal. 307;
[29] Tarikh Al-Khulafa’, oleh As-Suyuthi Asy-Syafi’i, hal. 169, cet. As-Sa’adah, Mesir; hal. 65, cet. Al-Maimaniyah, Mesir;
[30]Mashabih As-Sunnah, oleh Al-Baghawi Asy-Syafi’i, jilid 2, hal. 275;
[31] Kifayah Ath-Thalib, oleh Al-Kanji Asy-Syafi’I, hal. 58, 60, 62 dan 286, cet. Al-Ghira;
[32] Al-Imamah was Siyasah, oleh Ibnu Qataibah, jilid 1, hal. 101;
[33] Syawahidut Tanzil, oleh Al-Haskani Al-Hanafi, jilid 1, hal. 157, hadits ke: 210, 212 dan 213;
[34] Sirr Al-‘Alamin, oleh Al-Ghazali, hal. 21;
[35] Misykat Al-Mashabih, oleh Al-Umari, jilid 3, hal. 243;
[36] Ar-Riyadh An-Nadharah, jilid 2, hal. 222, 223 dan 224;
[37] At-Tarikh Al-Kabir, oleh Al-Bukhari, jilid 1, hal. 375, cet. Turki;
[38] Faraid As-Samthin, jilid 1, hal. 63 dan 66;
[39] Ihqaqul Haqq, jilid 6, hal. 228;
[40] Al-Bidayah wan-Nihayah, jilid 5, hal. 211, 212, 213 dan 214; jilid 7, hal. 338, 348, 448 dan 334;
[41] Al-Manaqib, oleh Abdullah Asy-Syafi’i, hal. 106;
[42] Wafaul Wafa’, oleh Abdullah Asy-Syafi’i, hal. 106;
[43] Miftahun Naja, oleh Al-Badkhasyi, hal. 58;
[44] Taysirul Wushul, oleh Ibnu Ar-Rabi, jilid 2, hal. 147;
[45] Tarikh Baghdad, oleh Al-Khatib Al-Baghadi, jilid 8, hal. 290;
[46] Al-Kina wal- Asma’, oleh Ad-Dawlabi, jilid 1, hal. 160, cet. Haidar Abad;
[47]Nizham An-Nazhirin, hal. 39;
[48] Al-Jarh wat-Ta’dil, oleh Ibnu Mundzir, jilid 4, hal. 431;
[49] Asy-Syadzarat Adz-dzahabiyah, hal. 54;
[50] Akhbar Ad-Duwal, oleh Al-Qurmani, hal. 102;
[51] Dzakhair Al-Mawarits, oleh An-Nabilis, jilid 1, hal. 213;
[52]Kunuzul Haqaiq, oleh Al-Mannawi, huruf Mim, cet. Bulaq;
[53] Arjah Al-Mathalib, oleh Syaikh Abidillah Al-Hanafi, hal. 564, 568, 570, 471, 448, 581, 36 dan 579;
[54]Muntakhab min shahih Bukhari wa Muslim, oleh Muhammad bin Utsman Al-Baghdadi, hal. 217;
[55] Fathul Bayan, oleh Haasan Khan Al-Hanafi, jilid 7, hal. 251, cet. Bulaq
[56]Al-Arba’in, oleh Ibnu Abil Fawaris, hal. 39;
[57] Al-I’tiqad ‘Ala Madzhab As-Salaf, oleh Al-Baihaqi, hal. 182;
[58] Al-Mu’tashar minal Mukhtashar, jilid 2, hal. 332, cet. Haidar Abad;
[59] MawdhihAwhamil Jam’I Wat-Tafriq, oleh Al-Khatib Al-Baghdadi, jilid 1, hal. 91;
[60] At-Tahdzib, oleh Ibnu Hajar Al-‘Asqalani Asy-Syafi’i, jilid 1, hal. 337;
[61] Al-Bayan Wat-Ta’rif, oleh Ibnu Hamzah, jilid 2, hal. 230;
[62] Al-Adhdad, hal. 25 dan 180;
[63] Al-‘Utsmaniyah, oleh Al-Jahizh, hal. 134 dan 144;
[64] Mukhtalib Al-Ahadits, oleh Ibnu Qutaibah, hal. 52;
[65] An-Nihayah, oleh Ibnu Atsir Al-Jazari, jilid 4, hal. 346, cet. Al-Muniriyah, Mesir;
[66] Ar-Riyadh An-Nadharah, oleh Muhibuddin Ath-Thabari Asy-Syafi’i, jilid 2, hal. 244, cet. Al-Kaniji, Mesir;
[67] Duwal Al-Islam, jilid 1, hal. 20;
[68] Tadzkirah Al-Huffazh, oleh Adz-Dzahabi, jilid 1, hal. 10;
[69] Al-Mawaqif, oleh Al-Iji, jilid 2, hal. 611;
[70] Syarah Al-Maqashid, oleh At-Taftajani, jilid 2, hal. 219;
[71] Muntakhab Kanzul ‘Ummal (catatan pinggir) Musnad Ahmad, jilid 5, hal. 30;
[72]Faydhul Qadir, oleh Al-Mannawi Asy-Syafi’i, jilid 1, hal. 57;
[73] Atsna Al-Mathalib fi Ahadits Mukhtalif Al-Maratib, hal. 221;
[74] Ar-Rawdh Al-Azhar, oleh Al-Qandar Al-Hindi, hal. 94;
[75] Al-Jami’ Ash-Shaghir, oleh As-Suyuthi, hadits ke 900;
[76] Al-Mu’jam Al-Kabir, oleh Ath-Thabrani, jilid 1, hal. 149 dan 205;
[77] Al-Fadhail, oleh Ahmad bin Hambal, hadits ke: 91, 822 dan 139;
[78] Al-Kamil, oleh Ibnu ‘Adi, jilid 2, hal. 20;
[79] Asy-Syaraf Al-Muabbad Li-Ali Muhammad, oleh An-Nabhani Al-Bairuti, hal. 111;
[80] Maqashid Ath-Thalib, oleh Al-Barzanji, hal. 11;
[81] Al-Fathu Ar-Rabbani, jilid 21, hal. 312.
(syiahali/dedyzulvita/ABNS)
0 komentar:
Posting Komentar