Dear kasihku…
kupersembahkan jiwaku untukmu…
Saat ini, ketika aku diuji berpisah dari anak-anakku tersayang dan penguat hatiku, aku kemudian teringat padamu dan Keindahan wajahmu yang terlukis di dalam cermin hatiku.
Kasihku…
Aku berharap semoga Allah senantiasa menjagamu dan memberikan kesehatan dan kebahagiaan dalam lindungan-Nya. Sementara untukku, segala kesulitan yang ada telah berlalu. Alhamdulillah apa yang terjadi sampai saat ini adalah kebaikan dan sekarang aku tengah berada di kota Beirut yang asri.[1]
Sejujurnya, ketiadaanmu di sisiku membuat perjalanan ini menjadi sepi. Dengan hanya melihat kota dan laut yang ada merupakan pemandangan yang sedap dipandang mata. Aku tak dapat menghitung betapa besar keharuanku ketika mengingat kekasihku tidak di sisiku menemaniku menatap pemandangan indah yang meresap di kalbu.
Dar har hal, malam ini adalah malam kedua aku menanti kapal yang akan membawa kami. Sesuai dengan ketentuan yang ada, keesokan hari akan ada kapal yang bertolak dari sini ke Jeddah. Sayangnya, karena kami agak terlambat sampai di sini harus menanti kapal yang lain. Untuk saat ini apa yang harus dilakukan belum jelas. Aku berharap semoga Allah dengan belas kasih-Nya kepada kakek-kakekku yang suci, sebagaimana Ia mensukseskan perjalanan seluruh hamba-Nya untuk melaksanakan haji, memberikan kesempatan yang sama pula kepada kami.
Dari sisi ini aku agak sedikit sedih dan gelisah, namun Alhamdulillah kondisiku sehat bahkan semakin baik dan lebih meyakinkan. Sebuah perjalanan yang indah, sayangnya dan sekali lagi sayangnya, engkau tidak bersamaku di sisiku. Hatiku merindukan putramu (Sayyid Musthafa). Aku sangat berharap bahwa mereka berdua[2] senantiasa selamat dan bahagia di bawah lindungan dan bimbingan Allah swt.
Bila engkau menulis surat kepada ayahmu dan ibu serta nenekmu sampaikan salamku juga kepada mereka. Aku telah menyiapkan diriku menjadi pengganti ziarah kalian semua. Sampaikan juga salamku kepada adikmu Khanum Shams Afagh. Dan lewat adikmu sampaikan salamku kepada Agha Alavi. Sampaikan salamku kepada Khavar Sultan dan Rubabeh Sultan. Katakanlah kepada mereka tentang lembaran lain dari surat ini untuk disampaikan kepada Agha Syaikh Abdul Husein.
Semoga hari-hari kalian dilalui dengan panjang umur dan kemuliaan.
Duhai kasihku…
Belahan jiwaku…
Ruhullah saat ini bak gambar kosong yang sedang menanti keberangkatan yang tak kunjung datang.[3]
NB: Surat ini ditulis pada bulan Farvardin tahun 1312 H.S. (sekitar 77 tahun yang lalu) sambil menanti kelahiran putra keduanya.
Sumber: http://baztab.com/news/40128.php
(diterjemahkan oleh Ustd Shaleh Lapadi… wartawan Irib.Ir)
(lenteralangit/ABNS)
0 komentar:
Posting Komentar