Bismillahirrahmanirrahim.
Dari ayah yang telah tua, yang mengakui pengalaman masa yang
mengunduri umur, yang menyerah kepada keadaan, yang meremehkan dunia,
yang tinggal di tempat orang-orang yang telah mati, dan kelak ia pun
akan meninggalkan tempat itu.
Kepada anak yang masih mengharap sesuatu yang tidak mudah
dicapai, yang sedang melalui jalan yang telah di tempuh oleh orang-orang
yang telah binasa, sasaran dari segala penyakit, tanggungan hari-hari,
sasaran bala’ hamba dunia, pedagang tipuan, langganan bencana, tawanan
maut, sekutu kerisauan, teman duka-cita, incaran bencana, selalu
dikalahkan syahwat, dan sebagai khalifah dari orang-orang yang telah
mati.
Amma ba’du (adapun setelah kata pendahuluan itu). Sesungguhnya
dari pengalamanku dari apa yang nyata bagiku tentang mundurnya dunia
dari padaku, dan ketegangan masa atas diriku.
Dan menghadapnya alam akhirat kepadaku, sesuatu yang
meng-enggankanku (membuatku enggan) untuk memperingatkan orang lain dan
memerhatikan apa yang berada di belakangku.
Hanya saja setelah aku menyendiri memperhatikan kepentinganku,
maka timbullah pendapatku yang benar dan dipalingkan aku dari hawa
nafsuku, dan jelas bagiku urusanku yang asli, sehingga mendorong diriku
kepada kesungguhan yang bukan main-main, dan kebenaran yang bukan dusta,
dan aku menganggapmu sebagian dari diriku, bahkan dapat pula dianggap
sebagai keseluruhan diriku.
Sehingga umpama ada sesuatu mengenai dirimu, berarti hal itu
langsung mengenai diriku, dan seolah-olah umpama maut itu datang
kepadamu berarti ia juga datang kepadaku.
Maka terasa urusanku sendiri, maka karena itulah aku menulis
surat wasiat ini kepadamu, untuk melahirkan kepentingan itu, baik aku
masih lanjut hidup atau segera mati.
Sesungguhnya aku berwasiat kepadamu supaya tetap bertaqwa kepada
Allah, dan tetap mengerjakan perintah-Nya, dan memakmurkan hatimu
dengan zikrullah, serta berpegang dengan Al-Qur’an, dan pegangan mana
lagi yang lebih kuat daripada pegangan (tali) yang menghubungkan antara
dirimu dengan Allah jika berpegangan kepadanya.
Hidupkan hatimu dengan suka menerima/memperhatikan nasehat. Dan
matikan dengan sifat zuhud (mengabaikan kemewahan), dan kuatkan dengan
keyakinan, dan terangilah hatimu dengan hikmah.
Dan lunakkan hatimu dengan selalu mengingati maut dan
sadarkanlah dengan adanya kerusakan, dan perlihatkan kepadanya
bencana-bencana dunia, dan peringatkan terhadap kejadian-kejadian di
masa, dan kengerian yang terjadi pada tiap siang dan malam.
Hidangkan kepadanya berita-berita orang terdahulu dan peringatkan dengan apa yang menimpa orang-orang sebelumnya.
Dan pergilah ke daerah dan tempat mereka untuk memerhatikan
bekas-bekas mereka, kemudian perhatikan apa yang mereka lakukan, dan
mengapa mereka berpindah dan dimana kini mereka tinggal dan berada, maka
engkau akan mendapatkan tinggal di tempat pengasingan seorang diri.
Dan anggaplah dirimu tidak lama akan menjadi sama dengan
seseorang dari mereka, karena itu perbaikilah dirimu (tempat yang akan
kau tempati itu), dan jangan menjual akhirat untuk memperoleh dunia. Dan
jangan membicarakan apa yang tidak engkau ketahui, dan menjawab apa
yang bukan kewajibanmu.
Hentikanlah perjalananmu jika engkau khawatir tersesat, karena
berhenti di saat kebingungan itu lebih baik daripada menerjang bahaya.
Dan anjurkan kebaikan, supaya engkau tergolong dari ahlinya dan
cegahlah kemungkaran dengan tangan dan lidahmu, dan hindarilah (bergaul
dengan) orang yang (suka) berbuat munkar sekuat tenagamu, dan
berjuanglah untuk menegakkan kalimatullah dengan sesungguhnya, dan
jangan menghiraukan celaan orang ketika menegakkan kalimatullah.
Selamilah (tempuhlah) segala jalan perjuangan untuk
mempertahankan kebenaran dimanapun (engkau) berada. Dan pelajari
benar-benar tuntunan agama. Dan biasakan (latih)lah dirimu (untuk)
bersabar menghadapi kesukaran, (karena) sebaik-baik sifat sabar adalah
(ketika engkau) mempertahankan kebenaran.
Sandarkan dirimu kepada Tuhanmu dalam segala hal (urusan), maka
sesungguhnya engkau telah menyadarkannya kepada Perlindungan Yang Kokoh
kuat dan Mulia. Dan ikhlaskan (tuluskan) permintaan itu kepada Tuhan,
karena hanya ditangan-Nya (lah) pemberian dan penolakan. Dan
perbanyaklah melakukan istikharah (meminta pilihan Tuhan).
Perhatikanlah wasiatku ini, dan jangan mengabaikannya, maka
sesungguhnya sebaik-baik kalimat itu yang berguna, dan ketahuilah bahwa
tidak baik ilmu yang tidak berguna, dan tidak berguna ilmu yang tidak
layak dipelajarinya.
Wahai putraku, sesungguhnya ketika aku telah mencapai usia tua,
dan bertambah lemah, maka aku segerakan menyampaikan wasiatku padamu,
dan menerangkan beberapa hal sebelum tiba ajal sehingga tidak dapat lagi
aku menyampaikan isi hatiku kepadamu, dan sebelum berkurang kekuatan
pikiranku, sebagaimana berkurangnya kekuatan jasmaniku.
Dan sebelum kedahuluan pengaruh hawa nafsumu yang kuat, atau
pengaruh duniawi padamu, sehingga menjadi bagaikan kuda yang liar, sebab
hati pemuda itu bagaikan tanah kosong, mudah menerima apa pun yang
ditanam di dalamnya, karena itulah aku segera menyampaikan tuntunan adab
kepadamu sebelum keras dan beku hatimu dan sibuk pikiranmu.
Agar kau dapat menyambut dengan ketajaman pikiranmu sesuatu yang
telah dialami ahli-ahli pengalaman yang sebelumnya, sehingga tidak
sukar lagi bagimu untuk mencari atau mencoba-coba, maka telah sampai
kepadamu apa yang dahulu kami telah melakukannya, dan jelas bagimu
hal-hal yang mungkin masih gelap bagi kami.
Wahai anakku, meskipun aku tidak berusia sebagaimana orang-orang
dahulu, namun aku telah memperhatikan sejarah amal perbuatan mereka,
dan mengikuti berita serta bekas-bekas mereka, sehingga seolah-olah aku
berada di antara mereka, bahkan seolah-olah (karena sedemikian besar
perhatianku terhadap mereka) aku telah bergaul dengan orang yang pertama
hingga yang terakhir, maka aku ketahui dan dapat kubedakan yang jernih
dari yang keruh, dan yang berguna dari pada yang berbahaya, maka
kupilihkan untukmu segala yang murninya dan yang terbaiknya, dan aku
halaukan/singkirkan dari padamu kegelapannya.
Dan aku sebagai seorang ayah yang mengasihi, memperhatikan
dengan sungguh-sungguh segala kepentinganmu dan ingin mendidikmu selama
kau masih dalam usia muda remaja dan (engkau) akan menghadapi segala
suasana dengan jiwa dan pikiran yang masih jernih.
Dan pertama yang kuajarkan kepadamu ialah Kitab Allah dengan
arti tafsirnya, serta syariat Islam dengan semua hukum-hukumnya, halal
dan haramnya, dan tidak melebihi dari itu.
Kemudian aku merasa khawatir engkau bingung menghadapi apa yang
diperselisihkan manusia menurut paham dan hawa nafsu mereka, sebagaimana
telah membingungkan mereka yang berselisih itu sendiri, maka
kumemperkokoh dan memperdalam ajaran itu meskipun tadinya pada mulanya
kurang, tetapi nyata lebih aku senangi ketimbang membiarkanmu terjerumus
di dalam sesuatu yang tidak aman dari kebinasaan.Kemudian kuberharap
semoga Allah memberi taufiq dan hidayat kepadamu untuk mencapai
tujuanmu, karena itulah maka aku sampaikan Surat Wasiat ini.
Ketahuilah, wahai anakku, bahwa yang paling kusuka dari wasiatku
agar engkau terima adalah bertaqwa kepada Allah, dan melakukan apa yang
diwajibkan Allah atas dirimu, dan mengikuti jejak orang-orang yang
dahulu dari ayah-ayah (al-awwaluna min abaa-ika) dan orang-orang shalih
dari Ahlil Bait-mu, sebab, mereka selalu mawas diri dan berpikir,
seperti halnya engkau berpikir.
Setelah berpikir, barulah mereka memutuskan untuk menerima apa
yang mereka ketahui, dan memilih diam bila tak ada perintah bagi mereka.
Jika hatimu tak bisa menerima tradisi mereka karena belum
mengerti sebagaimana mereka mengerti, maka engkau harus mempelajarinya
dengan mendalam, bukan menjerumuskan diri dalam keraguan dan
pertentangan pendapat.
Sebelum engkau mengkaji persoalan, engkau harus minta
pertolongan kepada Allah dan memohon taufik dari-Nya. Semoga Allah
menjauhkan engkau dari kebingungan, keraguan dan kesesatan.
Apabila engkau sudah yakin dan hati engkau telah bersedia menerima, berarti engkau telah tentram dan akal engkau telah sempurna.
Dalam soal ini, engkau harus berpegang pada satu pendapat.
Ingatlah apa yang telah ayah terangkan (kepadamu)! Namun, jika engkau
kurang menyepakati apa yang telah diterima oleh hati dan ditetapkan oleh
akal (yang sehat), maka sadarilah bahwa engkau telah menjadi orang yang
lemah dan tumpul daya pandang. Sulitlah bagimu untuk mendapatkan
kebenaran. ‘Ulama itu bukanlah yang pinter keblinger, juga bukan yang
ambivalen. Daripada bersikap demikian, berdiam adalah lebih baik.
Engkau, resapilah wasiat ayahanda.
Ketahuilah, sesungguhnya Zat yang menguasai maut, Dia pula yang
menguasai hidup. Dia-lah yang menciptakan dan mematikan. Dia-lah yang
membinasakan dan yang membangkitkan. Dia-lah yang memberikan cobaan dan
Dia pula yang memberi ampunan. Kehidupan dunia akan berjalan seperti
yang telah ditetapkan Allah. Suka dan duka, nikmat dan cobaan, datang
silih-berganti.
Wahai Anakku, resapilah wasiat ayahanda. Ketahuilah,
sesungguhnya Zat yang menguasai maut, Dia pula yang menguasai hidup.
Dia-lah yang menciptakan dan mematikan. Dia-lah yang membinasakan dan
yang membangkitkan.
Dia-lah yang memberikan cobaan dan Dia pula yang memberi maaf.
Kehidupan dunia akan berjalan seperti yang telah ditetapkan oleh Allah.
Suka dan duka, nikmat dan cobaan, datang silih-berganti.
Dan di hari kiamat nanti akan ada pahala dan siksa, serta
lainnya yang tak kita ketahui. Kalau engkau meragukan apa yang tersebut
di atas, maka selidikilah kebodohan diri engkau, karena engkau memang
diciptakan dalam keadaan bodoh, kemudian mengerti. Biasanya, yang sering
membuat engkau bodoh dan bingung adalah pikiran engkau sendiri.
Kadangkala ia malah menyesatkan mata hati engkau.
Setelah itu, engkau baru akan memahami dan mengetahui. Untuk
itu, engkau harus selalu mengingat Allah yang menciptakan dan memberi
rezki serta memberi bentuk terbaik. Kepada-Nya engkau harus menghadirkan
persembahan, mencintai dan tunduk.
Anakku, ketahuilah bahwa tak seorang pun yang dapat memberikan
informasi tentang Allah seperti yang telah dilakukan Rasulullah
(shallallahu ‘alaihi wa alihi) karena itu, ikutilah beliau dan
jadikanlah dia tokoh panutan.
Ayahanda tak main-main dalam memberi keterangan ini. Engkau tak
akan memperoleh kebenaran seperti yang ayahanda berikan bila engkau
berpegang teguh pada pikiran sendiri — meskipun engkau sudah berusaha
sekuat tenaga.
Anakku, ketahuilah, seandainya ada tuhan selain Allah maka tuhan
itu akan mengirim utusannya. Dan engkau akan melihat kekuasaan dan
bukti pekerjaannya. Engkau akan mengetahui perbuatan-perbuatan dan
segala sifatnya. Akan tetapi, tiada tuhan selain Allah seperti Dia
tegaskan sendiri. Tiada tuhan lain yang menyaingi kekuasaan-Nya. Dan tak
ada seorang pun yang dapat menggeser kedudukan-Nya.
Dia sudah ada sebelum segala sesuatu ada. Dia-lah Yang Maha Awal
namun tiada bermula, dan Yang Maha Akhir namun tiada berkesudahan. Dia
terlalu Agung untuk dapat diliput pancaindera ataupun kalbu. Jika engkau
sudah mengenal demikian, maka lakukanlah apa yang mesti engkau lakukan,
sejauh kemampuan engkau.
Engkau harus selalu taat kepada-Nya. Sungguh Allah tiada
menyuruhmu kecuali kebaikan (untukmu), dan tak pernah melarang kecuali
keburukan (bagimu).
Anakku, ayahanda sudah menceritakan perihal dunia, keadaannya,
kepunahannya, dan proses peralihannya menuju alam yang lebih kekal.
Ayahanda sudah menceritakan pula perihal akhirat dan balasan
serta ganjaran yang dipersiapkan untuk orang-orang yang mencintainya.
Ayahanda telah memberikan gambaran dan seluk-beluk dua kehidupan itu
supaya engkau dapat mengambil pelajaran.
(dedyzulvita/ABNS)
0 komentar:
Posting Komentar