Pada kebanyakan riwayat, syahâdah diperkenalkan sebagai parameter nilai. Dalam penjelasan ihwal nilai dan keagungan syahâdah sebagian kondisi, perbuatan dan pribadi disampaikan dalam redaksi sedemikian bahwa apabila manusia dalam suatu kondisi atau tengah sibuk melakukan suatu perbuatan kemudian meninggal dunia secara natural maka ia memiliki nilai dan ganjaran syahid. Kondisi dan perbuatan tersebut adalah: iman, bermohon dan meminta syahâdah kepada Tuhan, menantikan kemunculan Qaim Ali Muhammad (Imam Mahdi Ajf).
Setinggi-tinggi nilai dan martabat bagi manusia adalah mencapai kesyahidan di jalan Allah; karena manusia dengan kesyahidan ia akan sampai pada kedudukan yang sangat tinggi di sisi Allah Swt.
Al-Qur’an dalam hal ini menyatakan, “Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati, bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezeki.” (Qs. Ali Imran [3]:169)[1]
Pada kebanyakan riwayat, syahâdah diperkenalkan sebagai parameter nilai dan dalam menjelaskan nilai dan keagungan sebagian kondisi, perbuatan dan pribadi disampaikan redaksi sedemikian bahwa apabila manusia dalam sebuah kondisi atau tengah sibuk melakukan suatu perbuatan kemudian meninggal dunia secara natural maka ia memiliki nilai dan ganjaran syahid.
Di sini kami akan menyebutkan sebagian kondisi danperbuatan tersebut:
1. Iman: Imam Muhammad Baqir As bersabda: “Setiap orang beriman
(mukmin) akan mencapai syahid meski ia wafat secara natural di atas
pembaringannya…”[2] Pada hadis ini, dijelaskan signifikansi dan nilai
iman sejati sedemikian sehingga apabila seseorang dengan iman sempurna
dan sejati wafat di atas pembaringannya maka ia akan mendapatkan pahala
dan ganjaran yang setara dengan ganjaran syahid yang gugur di medan
tempur dalam menggempur musuh-musuh Allah.2. Memohon dan meminta syahid di jalan Allah Swt:[3] Maksudnya adalah bahwa seseorang yang mempersiapkan dan berharap untuk mencapai syahâdah di jalan Allah Swt dan memohon kesyahidan dari Allah Swt, sehingga apabila ia meninggal dunia di atas pembaringan maka Allah Swt akan menganugerahkan ganjaran dan pahala syahid kepadanya.
3. Menanti kemunculan Qaim Ali Muhammad (Imam Mahdi Ajf). Sesuai dengan sebagian hadis yang menandaskan bahwa barang siapa yang yakin dan beriman kepada Imam Keduabelas dan kebangkitannya serta menanti kemunculannya kemudian ia meninggal di atas pembaringan dengan kondisi seperti ini maka ia meninggalkan dunia ini sebagai syahid.[4]
Catatan Kaki:
[1].
“وَ لا تَحْسَبَنَّ الَّذينَ قُتِلُوا في سَبيلِ اللَّهِ أَمْواتاً بَلْ أَحْياءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ”
[2]. Muhammad Baqir Majlisi, Bihâr al-Anwâr, jil. 52, hal. 144, hadis 64, Dar al-Wafa, Beirut, 1404 H.
“[الأمالي للشيخ الطوسي] أَحْمَدُ بْنُ عُبْدُونٍ عَنْ عَلِيِّ بْنِ
مُحَمَّدِ بْنِ الزُّبَيْرِ عَنْ عَلِيِّ بْنِ الْحَسَنِ بْنِ فَضَّالٍ
عَنِ الْعَبَّاسِ بْنِ عَامِرٍ عَنْ أَحْمَدَ بْنِ رِزْقٍ الْغُمْشَانِيِّ
عَنْ يَحْيَى بْنِ الْعَلَاءِ عَنْ أَبِي جَعْفَرٍ ع قَالَ كُلُّ
مُؤْمِنٍ شَهِيدٌ وَ إِنْ مَاتَ عَلَى فِرَاشِهِ فَهُوَ شَهِيدٌ وَ هُوَ
كَمَنْ مَاتَ فِي عَسْكَرِ الْقَائِمِ ع ثُمَّ قَالَ أَ يَحْبِسُ
نَفْسَهُ عَلَى اللَّهِ ثُمَّ لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ”.
[3]. Ibid, jil. 67, hal. 201, hadis 4:
“وَ بِإِسْنَادٍ آخَرَ عَنْهُ ص قَالَ مَنْ سَأَلَ اللَّهَ
الشَّهَادَةَ بِصِدْقٍ بَلَّغَهُ اللَّهُ مَنَازِلَ الشُّهَدَاءِ وَ إِنْ
مَاتَ عَلَى فِرَاشِهِ”.
[4]. Muhammad bin Ya’qub Kulaini, al-Kâfi, jil. 8, hal. 146, hadis 120, Nasyr Dar al-Kutub al-Islamiyah, Teheran, 1365 S.
“يَحْيَى الْحَلَبِيُّ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مُسْكَانَ عَنْ
أَبِي بَصِيرٍ قَالَ قُلْتُ جُعِلْتُ فِدَاكَ أَ رَأَيْتَ الرَّادَّ
عَلَيَّ هَذَا الْأَمْرَ فَهُوَ كَالرَّادِّ عَلَيْكُمْ فَقَالَ يَا أَبَا
مُحَمَّدٍ مَنْ رَدَّ عَلَيْكَ هَذَا الْأَمْرَ فَهُوَ كَالرَّادِّ عَلَى
رَسُولِ اللَّهِ ص وَ
عَلَى اللَّهِ تَبَارَكَ وَ تَعَالَى يَا أَبَا مُحَمَّدٍ إِنَّ
الْمَيِّتَ مِنْكُمْ عَلَى هَذَا الْأَمْرِ شَهِيدٌ قَالَ قُلْتُ وَ إِنْ
مَاتَ عَلَى فِرَاشِهِ قَالَ إِي وَ اللَّهِ وَ إِنْ مَاتَ عَلَى
فِرَاشِهِ حَيٌّ عِنْدَ رَبِّهِ يُرْزَقُ”.
(islamquest/ABNS)
0 komentar:
Posting Komentar