SELAMAT DATANG DI AHLUL BAIT NABI SAW

AHLUL BAIT NABI SAW: Media Agama Dan Hati Umat Islam * Media Persatuan dan Kesatuan Sunni Dan Syiah


Aqil as saudara Imam Ali as sudah dikenal sebagai seorang yang memiliki pengetahuan luas tentang ilmu nasab. Dia ahli dalam bidang ini dan namanya sering disebut-sebut.

Karena pengetahuan dan pengalaman Aqil inilah suatu hari Imam Ali as meminta kepadanya untuk dicarikan dan dipilihkan seorang gadis untuknya dari kabilah ternama di Arab supaya dia bisa mendapatkan keturunan yang baik, pemberani dan gagah darinya.

Setelah sekian lama mencari dan menyelidiki di berbagai kabilah dan suku di Arab serta mempelajari akhlak dan kepribadian mereka, Aqil akhirnya menjatuhkan pilihannya pada Fathimah yang kemudian dikenal dengan Umul Banin. Aqil kemudian menceritakan sifat-sifat yang dimiliki Fathimah (Umul Banin) kepada Imam Ali as. Setelah itu, Imam Ali as meminta Aqil untuk mendatangi keluarga Fathimah (Umul Banin) dan melamar Fathimah untuk dirinya.

Aqil datang untuk melamar Umul Banin. Ia memberitahukan maksud kedatangannya ini kepada Hazam bin Khalid ayah Fathimah. Hazam dengan segenap kejujuran berkata: "Amirul Mu'minin tidak layak menikah dengan wanita desa dan berperadaban rendah. Beliau selayaknya menikah dengan seorang wanita terhormat dan berperadaban tinggi. Kedua budaya ini sangat berbeda satu dengan yang lainnya."

Setelah mendengarkan pendapatnya, Aqil berkata: "Amirul Mu'minin as mengetahui dan menyadari apa yang kau katakan ini. Walau demikian, beliau ingin menikah dengan putrimu dengan apa adanya."

Ayah Umul Banin meminta waktu kepada Aqil untuk membicarakan masalah ini dengan istrinya dan meminta pendapat dari anaknya sendiri. Dia berkata: "Para wanita lebih mengenal watak, keadaan dan kemauan anak-anak gadisnya, dan mereka lebih tahu apa yang terbaik untuk anak-anaknya."

Ketika ayah Umul Banin mendatangi istri dan anak gadisnya, dia melihat istrinya sedang menyisir rambut putrinya, dan Umul Banin menceritakan mimpinya yang tadi malam dia lihat dalam tidurnya kepada ibunya:
"Ibu tadi malam aku bermimpi. Aku duduk di sebuah kebun yang subur dan hijau dan dipenuhi pohon-pohon yang di bawahnya mengalir sungai-sungai. Di sana banyak sekali buah-buahan dan bulan serta bintang bergemerlapan. Mereka sangat menarik perhatianku. Di sana aku merenungi keagungan ciptaan dan makhluk Tuhan tentang langit yang menjulang tinggi tanpa tiang, begitu juga tentang terangannya bulan dan bintang dst... Aku tenggelam dalam lamunanku dan tiba-tiba tiba-tiba bulan turun dari langit dan jatuh di pangkuannku. Cahaya memancar darinya dan membuat kagum setiap mata yang melihatnya. Belum hilang rasa kaget dan kagumku, aku melihat ada tiga bintang lain yang bergemerlapan di pangkuanku. Cahaya mereka pun membuatku terpesona. Aku masih dalam keadaan terpana dan keheranan, lalu aku mendengar suara yang misterius dimana dia memanggil namaku. Aku mendengar suaranya tetapi aku tidak melihat orangnya. Dia berkata: "Fathimah, berbahagialah kamu dengan keutamaan dan kesucian serta tiga bintang yang cemerlang. Ayah mereka adalah pemimpin dan pemimpin setiap umat manusia setelah Rasul saww. Setelah itu, aku terbangun dari tidurku dalam keadaan ketakutan. Ibu, apa gerangan takwil mimpiku ini?" Sang ibu berkata kepada putrinya: "Putriku, mimpimu adalah mimpi benar dan nyata. Wahai putriku, tak lama lagi kau akan menikah dengan seorang laki-laki gagah perkasa yang memiliki kebesaran dan kemuliaan. Seorang laki-laki yang ditaati umatnya. Kau akan mendapatkan empat putra darinya. Dimana yang pertama wajahnya bagaikankan bulan yang cemerlang, dan tiga lainnya bagaikan bintang-bintang di langit."

Setelah mendengarkan percakapan ibu dan anak yang penuh keakraban, Hazam bin Khalid masuk ke kamar dan bertanya kepada mereka apakah lamaran Ali bin Abi Thalib mau diterima atau tidak. Dia berkata: "Apakah menurutmu putri kita layak menjadi istri Amirul Mu'minin?"

Istrinya yang hatinya dipenuhi dengan kecintaan kepada Imam berkata: "Wahai Hazam, demi Tuhan aku bersumpah, aku telah mendidik putriku dengan baik. Dan aku memohon kepada Allah SWT supaya dia benar-benar bahagia dan senang, mampu dan cakap dalam mengabdi kepada Amirul Mu'minin Ali as. Karena itu, nikahkan dia dengan Ali bin Abi Thalib, junjunganku."[39]

Hazam juga memberitahukan berita penting dan membahagiakan ini kepada putrinya Fathimah supaya ia ikut merasakan kebahagiaan yang ia rasakan.

Ketika Fathimah (Umul Banin) mengetahui identitas dan keutamaan orang yang melamar dirinya, dalam keadaan keringat membasahi keningnya karena rasa malu, ia tidak mampu membendung kegembiraannya. Walaupun secara lahir dia diam, tetapi kebahagiaan menyelimuti sekujur tubuhnya. Ya, mengapa dia harus tidak bahagia? Bukankah Ali as manifestasi kesederhanaan dan di kedua tangannya ada kekuatan Islam? Di setiap langkahnya ada ketabahan dan keadilan dan di hatinya terdapat cahaya hidayah Muhammadi. Terjalinnya hubungan yang penuh berkah ini merupakan kebanggaan dan kehormatan bagi dirinya dan keluarganya serta kemuliaan yang tak terbayangkan sebelumnya.

Umul Banin berkata: "Demi Tuhan, aku akan menjadi ibu yang baik dan penuh kasih sayang untuk Hasan as dan Husain as." Karena itu, ia menapakkan kakinya di rumah suci itu dengan hati yang dipenuhi cinta dan pengertian.[40]

Aqil sebagai wakil dari saudaranya Amirul Mu'minin Ali as membacakan khotbah nikah (akad nikah). Kemudian Fathimah putrid Hazam segera diberangkatkan menuju rumah Amirul Mu'minin Ali as.

Referensi:
[39] Maulid Abbas bin Ali as, Muhammad Ali al-Naashiri, 36-38.
[40] Ummu al-Banin adalah Wanita Penuh Pengorbanan, hal. 19

(alhassanain/ABNS)

0 komentar:

Sejarah

ABNS Fatwa - Fatwa

Pembahasan

 
AHLUL BAIT NABI SAW - INFO SEJARAH © 2013. All Rights Reserved. Powered by AHLUL BAIT NABI SAW
Top