Khulah binti Jafar bin Qois, ibu Muhammad bin Hanifah. Muhammad mendapat julukan ini dari nama ibunya.[33]
Ada perselisihan tentang diri Khulah. Sebagian mengatakan dia adalah tawanan orang-orang yang murtad setelah wafatnya Rasul saw dan keluarganya menolak membayar zakat kepada khalifah Abu Bakar. Bani Hanifah mengakui kenabian Musailamah.[34] Mereka terbunuh dalam perang melawan Khalid bin Walid. Abu Bakar lalu menyerahkan Khulah kepada Imam Ali as sebagai bagian rampasan perang.
Sebagian lain mengatakan bahwa Khulah adalah salah satu tawanan perang di zaman Rasul saw. Menurut mereka, waktu itu Rasul mengutus Imam Ali as ke Yaman. Bani Rubaid murtad dari Islam dan menyerang Bani Hanifah dan menawan Khulah. Setelah Bani Rubaid kalah dalam perang melawan Rasul, Khulah termasuk dalam bagian ghanimah Ali as. Rasul bersabda kepada Ali as, "Apabila Khulah melahirkan anak lelaki untukmu, berilah ia nama dan panggilanku." Khulah melahirkan Muhammad setelah wafatnya Fatimah as dan Imam Ali as memberinya panggilan Abul Qosim.[35] (Pendapat ini didukung oleh Madaini dan masih bisa diperdebatkan).
Allamah Majlisi meriwayatkan sabda Rasul saw kepada Imam Ali as, "Wahai Ali, engkau akan mempunyai anak yang akan kau beri nama dan panggilanku."[36]
Ibnu Abil Hadid dalam menjelaskan khutbah kesebelas Nahjul Balaghah[37] menulis demikian, "Kelompok lain yang pendapat mereka lebih kuat dan terkenal mengatakan bahwa Bani Asad menjarah Bani Hanifah di zaman Abu Bakar dan menawan Khulah binti Jafar. Mereka membawanya ke Madinah dan menjualnya kepada Ali as. Ketika kerabatnya mendengar kabar Khulah, mereka pergi ke Madinah dan menemui Ali as. Seraya menjelaskan kedudukan Khulah dalam Bani Hanifah, mereka meminta kejelasan nasibnya. Pertama, Ali as membebaskannya dan menentukan mahar lalu menikahinya. Dari Khulah, beliau mendapatkan Muhammad dan memberinya panggilan Abul Qosim. (Ahmad bin Yahya Baladzari juga mendukung pendapat ini dalam kitabnya Ansabul Asyraf ).
Muhammad bin Hanifah adalah putra Imam Ali as yang terkenal pemberani dan riwayat hidupnya menarik untuk disimak. Sebuah kalimat dari wasiat Imam Ali as untuk Imam Hasan as menunjukkan kecintaan beliau terhadap Muhammad. Imam Ali as berwasiat kepada Imam Hasan as, "Aku berwasiat kepadamu untuk berlaku baik dengan saudaramu Muhammad. Ia adalah saudaramu dan anak ayahmu dan kau tahu kecintaanku kepadanya..."[38]
Syaikh Abbas Qummi dalam kitab Safinatun Najah, jiild 2, halaman 464 menukil dari Kharaij Rawandi tentang kisah penawanan Khulah dan pengaduannya di sisi makam Rasul saw. Beliau menulis: Thalhah dan Khalid ingin menikah dengannya, tapi ia menolak niat mereka. Abu Bakar lalu berkata kepada Imam Ali as, "Ambillah ia untukmu, wahai Abul Hasan. Semoga Allah memberkatinnya untukmu." Imam Ali as lalu mengirim Khulah kepada Asma binti Umais (yang diperistri Abu Bakar setelah Jafar At-Thayyar syahid) dan berpesan kepadanya, "Ambillah wanita ini dan muliakanlah ia." Khulah lalu tinggal bersama Asma sampai saudaranya datang dan Imam Ali as menikah dengannya.
Disebutkan bahwa Muhammad bin Hanifah ikut serta dalam memandikan jenazah Imam Hasan bersama Imam Husain dan Abbas.
Referensi:
[33] Khulah binti Jafar bin Qois bin...bin Hanifah bin ...Bakr bin Wail.
[34] Musailamah datang ke Madinah pada tahun kesepuluh Hijriyah dan memeluk Islam. Tapi setelah ia kemballi ke kampung halamannya, ia mengaku sebagai nabi dan dikenal dengan julukan Al-Kadzdzab. Ia terbunuh dalam perang Yamamah.
[35] Sejarah Khulah ditulis dalam kitab Biharul Anwar, jilid 41, hal. 33 dan 326, Safinatun Najat Qummi, jilid 2, hal. 463. Adapun sejarah Muhammad bin Hanifah ditulis dalam kitab Thabaqat Ibnu Saad, Ansabul Asyraf, jilid 3, hal. 269-296 dan Safinatun Najat Qummi, jilid 2, hal. 380.
[36] Biharul Anwar, jilid 18, hal. 112, jilid 38, hal. 304, jilid 42, hal. 99.
[37] Ketika Imam Ali as memberi panji perang kepada Muhammad dalm perang Jamal, beliau berkata, "Andai gunung-gunung tercabut dari tempatnya, kau harus tetap tegak. Rapatkan gigi-gigimu, persembahkan jiwamu kepada Allah, teguhkan kakimu di atas tanah, pandanglah barisan akhir musuh dan jangan lihat banyaknya musuh. Ketahuilah bahwa kemenangan akan datang dari sisi Allah."
[38] Biharul Anwar, jilid 42, hal. 203 dan 245.
(alhassanain/ABNS)
0 komentar:
Posting Komentar