Beliau dilahirkan di Abwa'(sebuah tempat di antara Makkah dan Madinah) pada tanggal 128 Hijriah dan pada bulan keenam tahun 182 beliau mencapai kesyahidannya. Penjara terakhir yang beliau tempati adalah penjara "Sindi bin Shohak" dinama ini adalah nama seorang Yahudi.
Harun mengasingkan Imam dari Madinah ke Baghdad pada bulan Syawal tahun 179. Beliau dijuluki Abul Hasan Awal, Abu Ibrahim, dan Abu Ali. Bahkan beliau terkenal dengan dengan julukan Abdus Shalih, Kadzimdan Babul Hawaij.
Pada 25 Rajab tahun 183 dalam usia lima puluh tahun, beliau mencapai kesyahidan akibat racun yang diberikan Harun.
Makam beliau ada di Kadzimiyain di Iraq (ada perbedaan pendapat tentang umur beliau, silakan Anda melihat Tadzkirotul Khowash, hal. 314).
Almarhum Imam Zadeh menulis: Imam Musa al-Khadzim as beliau tidak menikah secara da'im (permanen), karena semenjak Imam Shadiq syahid, kerajaan Bani Abbas selalu mengisolir beliau dari satu kota ke kota lain (dari satu penjara ke penjara lain). Dan yang tercatat dalam sejarah tentang istri-istri beliau selain ibu Imam Ridha as, beliau banyak memiliki budak perempuan atau istri-istri yang bangga dengan menjadi istri beliau seperti Ummu Isma'il, Ummu Ibrahim dan Ummu Walad.[17]
Najmah Istri Imam yang ketujuh.
Najmah (bintang yang gemerlap) adalah ibu Imam Ridha dan Sayyidah Ma'shumah as (Fathimah binti Musa bin Ja`far). Silakan Anda merujuk Dalailul Imamah, Thobary Syi'iy, hal. 149).
Najmah adalah dari Maghrib (utara Afrika). Hamidah, ibu Imam Kadzim, membelinya dan mendidiknya di rumah yang penuh dengan keilmuan dan pendidikan serta kesempurnaan ilmu dan akhlak yang tinggi-dikatakatan bahwa setelah mendapat pendidikan dan bimbingan lalu ia dinikahkan dengan putranya.
Hamidah mengatakan: Suatu malam aku bermimpi bertemu dengan Rasulullah saw lalu beliau bersabda: "Wahai Hamidah, nikahkanlah Najmah dengan putramu Musa bin Ja'far as, sehingga seorang putra sebaik-baik penduduk bumi akan segera lahir darinya."[18] Hamidah menjalankan perintah tersebut, lalu beliau menikahkan Najmah dengan Imam Musa bin Ja'far. Dan setelah Najmah melahirkan seorang putra ma'shum yaitu Imam Ridha as, maka beliau mendapat julukan "thahirah" (yang suci).
Diriwayatkan bahwa saat Hamidah hendak menikahkan Najmah dengan Imam Kadzim as, dia berpesan kepada Imam as: "Putraku, Tuktam (nama lain Najmah) adalah wanita yang baik dimana aku tidak pernah melihat seorang wanita yang lebih baik daripada dia. Aku titipkan ia kepadamu untuk kau jadikan istri maka hendaklah kamu berbuat baik padanya."
Najmah memiliki ketakwaan dan kecintaan kepada ibadah, munajat dan zikir kepada Allah SWT. Ketika sedang menyusui putranya, Imam Ridha as, beliau meminta bantuan kepada seorang yang bisa memberi susu. Ketika ditanya apakah air susumu telah kering? Dia menjawab: "Demi Tuhan tidaklah demikian, air susuku tidak kering. Hanya saja aku sebelumnya biasa melakukan ibadah, munajat dan zikir sedang sekarang aku tidak bisa melakukannya secara lengkap maka dari itu aku meminta tolong agar aku bisa menjalankan semua ibadah tersebut."
Syeikh Shaduq dengan sanad yang kuat meriwayatkan dari Ali bin Maitsam: "Najmah dari sisi agama, akal dan adab adalah termasuk wanita terbaik, namun demikian dia menghormati Hamidah, hingga dia tidak pernah duduk di depannya.
Syeikh Shaduq meriwayatkan dari Hisyam bin Ahmar: Imam Musa bin Ja'far as berkata padaku, 'Apa engkau tahu seseorang dari Maghrib telah datang kemari?' Aku berkata: Tidak. Imam berkata: Orang itu telah datang. Mari kita bertemu dia. Lalu Imam menaiki tunggangannya dan kami pun juga naik. Aku lihat orang dari Maghrib tersebut memiliki tempat penampungan budak wanita, lalu aku berkata: Coba tunjukkan mereka kepada kami. Kemudian dia membawa tujuh budak tapi semuanya ditolak oleh Imam. Imam berkata: Bagaimana kalau yang itu juga kamu bawa kemari. Tapi orang tersebut keberatan untuk menunjukkan budak wanita yang satu itu. Lalu Imam pun akhirnya bangun dan meninggalkan tempat tersebut. Keesokan harinya, kami pun diutus untuk menanyakan berapa harga budak tersebut yang dimaukan oleh pemiliknya. Imam berpesan kepada kami: "Berapa pun ia minta, belilah budak itu dengan harga tersebut. Hisyam mengatakan: Saya pergi kepadanya dan dia sudah menetukan harganya dan berkata: Saya tidak akan jual kurang dari harga ini karena saya juga segini dulu membelinya. Aku jual kepadamu tapi saya mau tanya orang yang beserta kamu kemarin siapa dia? Saya jawab: Seorang dari Bani Hasyim. Orang itu bertanya: Dia dari kabilah yang mana dari Bani Hasyim? Saya jawab: Saya tidak tahu lebih dari itu. Lalu dia berkata: Saya akan ceritakan padamu sebuah kejadian yang berhubungan dengan budak wanita ini. Aku beli dia dari tempat terpencil di Maghrib. Seorang perempuan ahlul kitab bertemu dengan kami lalu ia berkata: siapakah budak wanita ini? Saya jawab; dia saya beli. Perempuan itu berkata: Budak ini tidak cocok untuk jadi pendampingmu karena budak wanita ini akan jadi pendamping sebaik-baik penghuni muka bumi ini, dan darinya nanti akan lahir seorang putra yang tidak ada yang menyamainya dari barat sampai timur. Hisyam berkata: Saya bawa budak perempuan tersebut kepada Imam Musa as dan tidak lama setelah itu lahirlah Imam Ridha as.
Ketika menikahi Najmah, Imam al-Kadzim as berkata kepada para sahabatnya: Demi Allah, aku tidak membeli dia kalau tidak karena wahyu dari Allah.[19]
Wanita ini ternyata memiliki hati yang terang dan jiwa yang bersih. Syeikh Shaduq meriwayatkan tentang Najmah dan berkata: Saat aku mengandung putraku yang agung (Imam Ridha as), aku tak mengalami kesulitan dan ketika aku akan tidur, aku mendengar suara tasbih dan tahlil serta tamjid dari perutku...)
Referensi:
[17]. Imam Shadiq as menurut sebuah riwayat syahid pada tahun 148 H, sedang Imam Khadzim lahir pada tahu 128 H, yakni 20 tahun beliau hidup bersama dan pada masa imamah ayah beliau (Imam Shadiq) setelah syahadah ayah beliau, beliau hidup 34 tahun, dan jumlah putra beliau seperti yang ditulis Syeikh Mufid adalah 37 putra.dan Ibn Jauziy dalam Tadzkirah menulis 20 putra dan 20 putri.Hitungan ini menurut 'Imad Zodeh kurang sesuai. Tujuannya adalah beliau hidup 20 tahun bersama ayah beliau dimana beliau juga telah menikah dan Imam Ridha as pada bulan ke 11 tahun 148 lahir ke dunia, yakni 16 hari setelah syahidnya kakek beliau Imam Shadiq as yang lain juga telah menulis tentang syahadah beliau.
[18]. 'Uyun Akhbar- ar-Ridha as, juz 1, hal. 17. Untuk menghilangkan kesamaran tentang pembelian budak beberapa istri imam as, silakan merujuk kitab "Hamidah Mushoffah", tulisan Ashghar Nezod, hal. 62-68.
[19]. Muntahal Amal, juz 2, hal. 258 dengan menukil dari Durru Nadhim dan Itsbatul Wasiyyah. Dalam kisah pembelian Najmah dari penjual budak kebanyakan ulama Syiah dan penulis masa kini menulis bahwa Hamidah memberikan budak ini kepada putranya Imam Musa as, dan dua kejadian ini mungkin berhubungan.
(alhassanain/ABNS)
0 komentar:
Posting Komentar