Makam Abu Lu'lu
Pertanyaan:
Mengapa di Iran dibangun tempat ziarah pembunuh Khalifah Umar?
Jawaban Global:
Firuz atau Abu Lu’lu (yang dinilai sebagai pembunuh khalifah kedua
Umar) merupakan seorang yang tidak jelas keberadaannya dalam sejarah.
Sebagian literatur menyebutkan bahwa agama yang dianutnya adalah
Zoroaster,[1] dan sebagian lainya mengklaim bahwa ia adalah pemeluk agama Kristen.[2]
Terkait dengan motif pembunuhan Umar; pada umumnya literatur-literatur menyebutkan: Mughirah bin Syu’bah dalam sebuah surat meminta kepada Umar untuk mengirim Abu Lu’lu ke Kufah supaya keahliannya dalam bidang besi, kayu, dan melukis itu dapat dimanfaatkan. Umar kemudian menyetujui permintaan ini. Setelah beberapa lama, Abu Lu’lu mengeluhkan upah yang diterima dari Mughirah (yang setiap harinya membayar dua Dirham atau sebulan sebanyak tiga Dirham).
Umar menolak keluhan Abu Lu’lu dan akhirnya terjadilah pertengkaran mulut di antara keduanya. Setelah beberapa lama, Abu Lu’lu menikam Umar dengan sebilah pisau yang membuat nyawa Umar melayang.[3]
Sebagian sejarawan berbicara tentang biografi dan akhir hidup Abu Lu’lu. Mereka menyatakan bahwa karena melakukan perbuatan membunuh Umar, Abu Lu’lu ditangkap kemudian dibunuh.[4] Sebagian lainnya menyebutkan bahwa Ubaidillah bin Umar, demi membalas pembunuh sang ayah, membunuh Abu Lu’lu dengan putrinya berserta dua orang Persia lainnya yang bernama Hurmuzan dan Jufainah.[5]
Kita tidak memiliki informasi akurat tentang apa yang menimpa jasad Abu Lu’lu. Sebagian sejarawan kontemporer berkata, “Abu Lu’lu Firuz sesuai dengan riwayat Syiah kabur dari Madina menuju Irak dan wafat di Kasyan.”[6]
Bagaimanapun, terdapat sebuah kuburan kuno yang disandarkan kepada Abu Lu’lu terbangun di Kasyan yang tentu saja tidak dapat diandalkan kebenaranyna; karena sejarawan yang menukil tentang bagaimana Abu Lu’lu, keluarga dan sahabat-sahabatnya terbunuh, mengatakan bahwa mereka terbunuh di Madinah[7] dan terdapat banyak dalil yang menyatakan bahwa kuburannya bukan di Kasyan. Di antara dalil-dalil tersebut adalah sebagai berikut:
- Jauhnya jarak antara Madina dan Kasyan yang akan menyebabkan membusuknya badan Abu Lu’lu.
- Sebagaimana yang disebutkan kampung asli Abu Lu’lu adalah Nahawand bukan Kasyan.
- Dalam literatur-literatur muktabar dan kuno sejarah Syiah terdapat sebuah sanad yang tidak menyebutkan bahwa kuburan pembunuh Umar itu di Kasyan.[8] Demikian juga dapat dikatakan, “Orang-orang Persia dahulu di Kasyan membangun tugu peringatan untuk Abu Lu’lu, bukan menyatakan bahwa kuburannya terdapat di Kasyan. Pada masa-masa berikutnya tugu peringatan tersebut secara keliru dianggap sebagai kuburan Abu Lu’lu sebagaimana tugu peringatan yang dibangun untuk Imam Ali As di Harat, putra-putra Muslim di Muzduran Sarkhas, Abu Muslim di Thus.”[9]
Referensi:
[1] Dzahabi, Syamsuddin, Siyar A’lām al-Nubalā, jil. 2, hal. 416, Dar al-Hadits, Kairo, 1417 H; Mas’udi, Abu al-Hasan Ali bin al-Husain, Muruj al-Dzahab wa Ma’ādin al-Jauhar, Riset oleh Daghir, As’ad, jil. 2, hal. 320, Dar al-Hijrah, Qum, Cetakan Kedua, 1409 H.
[2] Maliqi Andalusi, Muhammad bin Yahya, al-Tamhid wa al-Bayān fi Maqtal al-Syahid Utsmān, Riset oleh Zaid, Mahmud Yusuf, hal. 36, Dar al-Tsaqafah, Doha, Cetakan Pertama, 1405 H; Thabari, Ahmad bin Abdullah, al-Riyādh al-Nadhrah fi Manāqib al-‘Asyrah, jil. 2, hal. 408, Dar al-Kutub al-‘Ilmiyah, Beirut, Cetakan Kedua, Tanpa Tahun; Ibnu Abdil Bar, Yusuf bin Abdullah, al-Isti’āb fi Ma’rifat al-Ashhāb, Riset oleh al-Bajawi, Ali Muhammad, jil. 3, hal. 1155, Dar al-Jail, Beirut, Cetakan Pertama, 1412 H.
[3] Muruj al-Dzahab wa Ma’ādin al-Jauhar, Riset oleh Daghir, As’ad, jil. 2, hal. 320; Ibnu Atsir Jarzi, Ali bin Muhammad, al-Kāmil fi al-Tārikh, jil. 3, hal. 49-50, Dar Shadir, Beirut, 1385 H; Ibnu Atsir A’tsam Kufi, Ahmad bin A’tsam, al-Futuh, Riset oleh Syiri, Ali, jil. 2, hal. 323-324, Dar al-Adhwa, Beirut, 1411 H; al-Tamhid wa al-Bayān fi Maqtal al-Syahid Utsmān hal. 36.
[4] Ibnu al-Thaq-thaqi, Muhammad bin Ali Thabathabai, al-Fakhri fi al-Adab al-Sulthāniyah wa al-Duwal al-Islamiyah, Riset oleh Muhammad Mayu, Abdul-Qadir, hal. 101, Dar al-Qalam al-‘Arabi, Beirut, Cetakan Pertama, 1418 H.
[5] Dzahabi, Muhammad bin Ahmad, Tārikh al-Islām,
Riset oleh Tadmiri, Umar Abdul-Salam, jil. 3, hal. 306-307, Dar
al-Kutub al-‘Arabi, Beirut, Cetakan Kedua, 1409 H; Ibnu Hibban Tamimi,
Muhammad bin Hibban, al-Tsiqāt, jil. 2, hal. 240, Dairah al-Ma’arif al-Utsmaniyah, Haidar Abad, India, Cetakan Pertama, 1393 H; Ibnu Khaldun bin Muhammad, Diwān al-Mubtada wa al-Khabar fi Tārikh al-‘Arab wa Al-Barbar wa Man Ashārahum min Dzawi al-Sya’n al-Akbar (Tārikh Ibnu Khaldun), Riset oleh Khalil Syahadah, jil. 2, hal. 570, Beirut, Dar al-Fikr, Cetakan Kedua, 1408 H.
[6] Khand Miri, Ghiyats al-Din bin Hamam al-Din, Tārikh Habib al-Siyar, jil. 1, hal. 489, Khayyam, Tehran, Cetakan Keempat, 1380 S.
[7] Silahkan lihat, Ibnu Hajar Asqalani, Ahmad bin Ali, al-Ishābah fi Tamyiiz al-Shahābah,
Riset oleh Abdul Maujud, Adil Ahmad, Muawwadh, Ali Muhammad, jil. 6,
hal. 449, Dar al-Kutub al-‘Ilmiyah, Beirut, Cetakan Petama, 1415 H;
Muqaddasi, Muthahhar bin Thahir, al-Badā’ wa al-Tārikh, jil. 5, hal. 92, Maktabah al-Tsaqafah al-Diniyah, Bur Sa’id, Tanpa Tahun; Muruj al-Dzahab wa Ma’ādin al-Jauhar, Riset oleh Daghir, As’ad, jil. 2, hal. 379.
[8] Silahkan lihat, Dāirah al-Ma’ārif Buzurgh Islami, Abu Lu’lu; Dānesynameh Tasyayyu’.
[9] Silahkan lihat, Muqaddasi, Muhammad bin Ahmad, Ahsan al-Taqāsim fi Ma’rifat al-Aqālim,
Penj. Minzawi, Ali Naqi, jil. 1, hal. 65 (catatan kaki), Syarkat
Muallifan wa Mutarjiman Iran, Tehran, Cetakan Pertama, 1361 S; Razi, Abu
Ali Miskawaih, Tajārib al-Umam, Penj. Minzawi, Ali Naqi, jil. 6, hal. 229 (catatan kaki), Tehran, Thus, 1376 S.
(islamquest/ABNS)
0 komentar:
Posting Komentar